Butuh waktu 21 tahun untuk penulis sekaligus sutradara Robert Rodriguez (juga dibantu oleh Max Borenstein dalam mengembangkan naskahnya) mewujudkan Hypnotic. Sejenak keluar dari sub-genre miliknya, Hypnotic bergerak dalam ranah science-fiction dengan sentuhan bumbu thriller yang bahkan akan banyak mengingatkan kita pada mahakarya seorang Christopher Nolan dalam Inception (2010) dalam salah satu adegan yang melihatkan bangunan runtuh pula jalan berliku yang terbalik.
Seorang detekfir Departemen Kepolisian Austin bernama Danny Rourke (Ben Affleck) masih saja belum menerima bahwa Minnie (Ionie Olivia Nieves) telah menghilang dan masih belum ditemukan jasadnya selepas keduanya menghabiskan waktu di sebuah taman. Ketika sedang melakukan konsultasi mengenai traumanya, Rourke kemudian mendapati panggilan dari rekannya, Nicks (JD Pardo) yang mengabarkan bahwa sebuah perampokan bank akan terjadi.
Rourke bergegas pergi dan mendapti bahwa sang pelaku yang disinyalir bernama Lev Dellrayne (William Fitchner) memiliki kemampuan hipnosis yang dapat dengan mudah melancarkan misinya. Hingga sebuah foto polaroid bertuliskan "Find Lev Dellrayne" berhasil ditemukan oleh Rourke di sebuah brankas bank yang menjadi incaran, Rourke yakin bahwa Dellrayne merupakan dalang dibalik hilangnya sang putri.
Hypnotic dibuka tanpa basa-basi melemparkan penonton pada inti penceritaan yang turut melibatkan atensi akan misteri yang dilontarkan filmnya terkait hilangnya Minnie setelah mengetahui tindak-tanduk Dellrayne yang mencurigakan. Apalagi, Dellrayne bukan sebatas pengguna hipnotis biasa, ia merupakan ahli hipnotis terkemuka dan tengah mengincar sebuah alat bernama Domino, senjata ampuh buatan Division (oraganisai pemerintah rahasia yang bertugas mengendalikan pikiran seseorang).
Dalam pengejarannya, Rourke meminta bantuan Diana Cruz (Alice Braga), seoramg peramal yang juga memiliki kemampuan serupa. Selanjutnya, Hypnotic akan bergerak dalam menyoroti usaha Rourke dan Diana yang kemudian menjadi buronan pemerintah dalam pelariannya mengejar dan menghentikan misi Dellrayne.
Diatas kertas mudah untuk tertarik kedalam jalinan cerita Hypnotic berdasarkan trailer dan premisnya yang sederhana namun menyimpan banyak misteri penuh tanda tanya. Sadar akan hal itu, Rodriguez pun memainkan atensi penonton dalam upayanya menampilkan sebuah keterikatan tersendiri diluar segala teknis filmnya yang terkadang terasa biasa (budget keseluruhannya hanya sebesar $65 juta).
Ekspetasi penonton yang sudah tinggi setelah menyaksikan Inception seperti saya berharap Hypnotic setidaknya memiliki narasi yang kuat sebagaimana kompatriotnya, sayang semuanya hanya sebatas bualan yang tak terwujudkan ketika Rodriguez sendiri acap kali kebingungan mengolah misteri dalam menjembatani filmnya menuju jawaban sebenarnya. Sebutlah momen pengejaran yang hanya sebatas melengkapi tanpa pernah dibarengi akan sebuah urgensi.
Bohong memang jika saya tidak menikmati filmnya, namun, ada sebua potensi yang terpendam ketika menikmatinya. Entah itu akibat faktor durasi yang kurang memadai (hanya 94 menit) atau pengembangannya yang kurang luas, Hypnotic terkungkung akan ambisi sutradara dalam menghadirkan tontonan mind-blowing berdasarkan ilusi demi ilusi dengan sedikit sentuhan nuansa dreamy.
Hingga ketika sebuah third-act ditampilkan, filmnya kentara bermain sulit ditengah keputusan yang tak begitu sulit maupun spesial (mengingat banyaknya film serupa yang jauh lebih baik maupun standar Nolan yang sudah begitu tinggi). Semuanya berakar pada sebuah kalimat "trust no one" yang entah sudah berapa banyak kesimpulan tersebut dijamah. Hypnotic tak ada bedanya dengan deretan film dibawah standarisasi sok nyeni.
Kehadiran Ben Affleck pun sama sekali tak membantu disaat filmnya sibuk untuk mengungkap segala detail konklusi dan terlampau banyak berceramah. Untuk sajian seperti ini yang mengajak penonton untuk terlibat di dalamnya, keputusan demikian jelas mengkhianati esensi kalimat "show, don't tell" yang seharusnya diterapkan oleh filmnya.
SCORE : 2.5/5
0 Komentar