Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

SİCCİN 2 (2015)

Siccîn 2 melanjutkan tongkat estafet film pertamanya di tahun 2014 yang mana berkat kesuksesannya lantas membuat Alper Mestçi kembali duduk dibangku sutradara (turut merangkap sebagai penulis naskah) bersama Ersan Özer yang mana ini menandakan kali kedua mereka bergabung kembali pasca film pertamanya. Masih berbicara mengenai ruang lingkup keluarga yang turut terjawab di akhir film serupa dengan film pertamanya, Siccin 2 masih sama seperti film pertamanya menumpahkan semua jawaban di konklusi yang membuatnya tampil penuh sesak.

Kali ini giliran sepasang suami istri Hicran (Seyda Terzioglu) dan Adnan (Bulut Akkale) yang baru saja kehilangan sang buah hati, Birol (Ege Ariav). Adnan menyalahkan Hicran karena keteledorannya dalam mengurus Birol sementara Hicran terus dirundung rasa bersalah yang kemudian membuat keduanya terpecah belah dan acap kali berhalusinasi. Menarik memang, ketimbang bermain dalam horor bernuansa gore, Mestçi menyoroti usaha karakternya dalam mencoba mencari jawaban dibalik kematiannya yang aneh di tataran logika, memuntahkan setiap aspek emosi guna mendeskripsikan rasa bersalah karakternya yang kerap bermain eskapisme yang masih nihil akan sebuah perubahan. Aspek psikologis ini sejatinya sebuah jalan baru yang ampuh menyulut emosi pula koneksi dengan penonton.

Alhasil apa yang dirasaknan oleh Hicran dan Adnan mampu menyita perhatian, membuat penonton fokus mengiuti ceritanya meski kita sudah tahu terkait konklusi yang hadir di masa lalu bermain dengan cara kotor. Upaya Mestçi dalam menghadirkan itu semua tersusun rapi mulai dari memunculkan sosok wanita dengan jubah hitam sebagai penanda hingga teror gore yang membuat anda ngilu untuk melihatnya. Mengenai jumpscare pun terhitung efektif mesti beberapa kali tampil kewalahan.

Pujian patut diberikan kepada kedua peran utamanya Seyda Terzioglu yang bermain apik mengukuhkan bahwa Hicran adalah sosok ibu yang paling teledor dan bersalah atas kehilangan sang buah hati, sementara Bulut Akkale piawai menyuntikan tensi terhadap karakter Adnan yang rapuh luar dalam, hingga kala bertemu seorang anak kecil pun ia meminta untuk memanggilnya ayah dan kemudian memanggil anak tersebut dengan nama Birol hingga puncaknya di depan makam sang buah hati semuanya terjawab sudah kegelisahan dan kesedihannya.

Meski bukan sebuah suguhan yang baik, Siccîn 2 mampu menebus kelemahan dari film pertamanya, paruh pertama film ini begitu menawan bermain lewat ranah horo psikologis yng turut di fasilitasi karakternya yang konsisten sedari awal hingga konklusi pun merusak apa yang telah dibangun sejak awal meski tak tampil secara fatal. Disinilah kelemahan film ini, terlalu mengandalkan konklusi ketimbang menyebar benih yang sedari awal sudah dibangun, saya tetap menyaankan anda untuk menonton film ini karena jelas sebagi hiburan film ini masih relatable, meski keinginan saya menonton film ini lebih, namun bukannya satu langkah kecil lebih berarti ketimbang tak melangkah sekalipun.

SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar