Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

RUMAH MALAIKAT (2016)

Dilihat dari poster dan trailer-nya, Rumah Malaikat jelas menawarkan sebuah suguhan yang berbeda, menempatkan sebuah keanehan dan kejangglan yang terjadi di sebuah panti asuhan, sehingga menggiring saya untuk ingin segera menonton dan memahami apa yang karakternya terapkan. Bisa kita lihat dari poster dan trailer-nya beberapa anak tampil begitu aneh, ada yang menggunakan paper bag sebagai penutup wajah, wajah yang semuanya tertutupi dengan perban juga ada yang sering muntah tiba-tiba. Jelas ini adalah sebuah bekal bagi filmnya untuk menggulirkan cerita, namun sayangnya apa yang tidak saya harapkan dan yang saya inginkan turut menjangkit dan menempel pada "Rumah Malaikat".

Rumah Malaikat adalah sebuah nama panti asuhan yang di gawangi oleh Ibu Maria (Roweina Umboh) sebagai pengurus. Disanalah Alex (Mentari De Marelle) tengah melakukan penelitian akan skripsinya. Demi mencoba lebih dekat dengan sang anak yang mana adalah tujuan dan subjek skripsi, Alex menawarkan diri untuk mengganti seorang pegawai yang tak tahan dengan kejanggalan yang terjadi pada anak dan panti tersebut. Tak butuh waktu lama, Alex pun merasakan gelegat aneh yang menimpa pada dirinya yang berujung pada sebuah rasa penasaran terkait latar belakang panti tersebut.

Karya sutradara sekaligus penulis naskah Billy Christian (Kampung Zombie, Tuyul Part 1) ini jelas kaya akan makna di balik semua kejanggalan yang saya harapkan sebagai penonton mampu terjawantahkan di layar, seperti yang telah saya singgung di awal tadi, karakter anak di film ini memiliki kejanggalan dan keanehan yang ditampilkan hanya sebatas pelengkap saja oleh Billy sendiri tanpa adanya sebuah penjelasan dan maksud terkait semuanya. Padahal ini dapat menjadi sebuah soongan yang kuat di tengah filmnya yang berjalan begitu repetitif.

Ya, repetitif memang. Ketika Alex merasakan kejanggalan dan semua itu sirna sudah dengan kehadiran Bi Arum (Dayu Wijanto) repetisi adegan itu pun terus terulang menciptakan sebuah momen yang melelahkan, menjemukan dan menyebalkan. Saya selalu menyebut bahwa sebuah film horor harus menyeramkan, tapi bukan berarti tak memperhatikan naskah. Memang dalam sebuah film bergenre drama naskah memegang alih kendali, namun dalam horor ini adalah sebuah motor penggerak guna filmnya berjalan begitu rapi dan turut sumbangsih juga relevan terhadap teror yang dihasilkan. Dan ini terus menjangkit dan melekat pada Rumah Malaikat.

Alhasil apa yang dimiliki oleh naskah sebagai jawaban utama terhadap disturbing backstory yang dimiliki Rumah Malaikat berjalan begitu sesak, dan nyaris melelahkan. Bayangkan, poin utama atas jawaban sebuah kasus ditumpahkan semuanya dalam durasi 20 menit. Jelas penuh sesak dan cacat yang turut menyebabkan tak terealisasikannnya naskah secara jelas apalagi secara rinci maupun intim, begitu jauh.

Naskah garapan Billy Christian memang kaya akan potensi. menuju klimaks kita digiring pada sebuah persepsi masing-masing karakternya, termasuk Ario (Agung Saga) anak Bi Arum yang difabel. Saya sangat suka bagaimana Billy merangai sebuah kengerian, sebut saja momen saat melibatkan ayunan atau ketika sosok misterius muncul dalam bathtub, jelas sebuah sorotan yang harus lebih dikedepankan sama halnya dengan naskah utama film ini yang harus dikedepankan ditengah potensi yang begitu menggiurkan.

SCORE : 2.5/5

Posting Komentar

0 Komentar