Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - TALBIS IBLIS (2022)

 

Talbis Iblis dibuka oleh penggalan Surah Al-A'raf ayat 17. Sejenak saya memikirkan bahwa film garapan Kabir Bhatia (Pulang, Sangkar, Juang) ini akan terjerumus pada pola film horror religi yang akan lebih getol berceramah ketimbang bereksplorasi, untungnya sangkaan saya itu salah, Talbis Iblis menegaskan bahwa penggalan ayat tersebut merupakan sebuah manifestasi dari isi kandungannya.


Ditulis naskahnya oleh Ajami Hashim (Ombak Rindu) dan Ashraf Modee Zain (Aliff Dalam 7 Dimensi, Malbatt: Misi Baskara), ide awal Talbis Iblis semula muncul karena keresahan keduanya dalam menanggapi kasus penelantaran anak yang kian marak terjadi, pesannya sendiri tersampaikan, meski dalam penuturannya sedikit terbata-bata, terlebih kala melakukan sebuah titik balik bagi karakter utamanya.


Kisahnya sendiri menyoroti Hajar (Azira Shafinaz), wanita yang tengah hamil tua dan terpaksa mengunjungi Bukit Abu Merah bersama sang suami, Arshad (Amir Nafis) yang meragukan janin yang dikandungnya bukanlah anak hasil buah cintanya. Di sisi lain, fakta mengatakan bahwa Hajar mengandung anak di luar nikah, keputusannya melarikan diri tak lain dan tak bukan demi menutupi harga diri keluarganya yang terpandang, terlebih sang ibu yang merupakan psikolog terkenal.


Kedatangan mereka disambut oleh Zaini (Jay Iswazir), yang kelak menemukannya kepada sang pemilik rumah sekaligus bidan yang akan membantu persalinan, Mak Ju (Nasha Aziz) yang terlihat ramah, memberikan perhatian penuh kepada Hajar, yang tak sempat ia rasakan dari sang ibu. Mudah untuk Hajar merasa nyaman pada awalnya, pun kehadiran Nasir (Zul Ariffin) yang terlihat misterius pun ia eliminasi dengan alasan tersebut.


Tak butuh waktu lama untuk Talbis Iblis dan penonton menyadari bahwa ada sesuatu yang tak beres di tempat tersebut, yang sedari awal memang tak naskahnya tutupi, dari sini filmnya menyentuh unsur dramatic irony, dan selanjutnya hanya menunggu sebuah rahasia tersibak secara perlahan. Singkatnya, Talbis Iblis memang nihil sebuah pembaharuan.


Paruh awalnya memang berjalan secara lamban, di mana beberapa momen flashback ditampilkan secara singkat, Kabir Bhatia mungkin ingin memberikan sebuah informasi secara pasti sebelum akhirnya menawarkan sebuah kesraman yang di beberapa adegan terlihat nyata, meski tak jarang pula jumpscare yang dihasilkan miskin modifikasi, sebatas menggedor dan menyetorkan wajah sang hantu dengan begitu serampangan.


Beruntung, Talbis Iblis mempunyai beberapa deretan scary imageries yang akan berlangsung lama di ingatan, sebutlah momen yang melibatkan banyak tangan di kasur berkat tata riasnya yang mumpuni (meski sekali lagi, beberapa diantaranya merupakan hasil CGI yang kentara artificial). Kabir Bhatia paham dan tahu betul bagaimana membuat para penggemar horror sumringah.


Itulah yang kemudian ia terapkan di konklusi, yang semakin menekan filmnya menampilkan kembali sosok yang baru, yang saya yakin banyak terinspirasi oleh horor Barat tanpa pernah merasa kehilangan tajinya. Konfrontasi yang dihasilkan memberikan sedikit ketegangan, meski setelahnya, amat disayangkan kala Talbis Iblis menerapkan sebuah simplifikasi alih-alih memperkuat bobot narasi.


Hadirnya twist memang sudah ditebar sedari awal, namun permasalahannya ialah ketika dua keping itu disatukan tercipta sebuah pergeseran yang cukup kasar tanpa pernah memaksimalkan apa yang seharusnya dilakukan. Padahal, Kabir sendiri sudah menutup kisahnya dengan rapi, hanya untuk kemudian dikhianati mengikuti pola lingkaran setan yang tak berujung, sebagaimana banyak dilakukan oleh film horror yang enggan menutup kisahnya secara pasti.


SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar