Ya,
siapa sih yang tidak tahu dengan lagu fenomenal berjudul 'Nina Bobo'
yang biasa digunakan sebagai penghantar tidur bagi para anak-anak? Saya
yakin semuanya mengenal lagu ini dan bahan hafal. Mendengar kabar bahwa
lagu bertajuk "Nina Bobo" itu ternyata menyimpan sebuah misteri
tersendiri yang sangat erat kaitannya dengan seorang bocah Belanda
bernama Nina yang sering mengalami
insomnia, dan sang ibu sering menyanyikan lagu itu sebelum tidur dan
hingga lagu itu yang menemaninya hingga meninggal, merinding memang
mendengarnya. Hal itu menjadi dasar bagi kolega Rizal Mantovani, Jose
Poernomo untuk membawanya ke ranah layar lebar, dengan perombakan cerita
yang mungkin sedikit berbeda. Oo Nina Bobo akankah menjadi sebuah film
yang membuat kamu betah di layar ataukah menjadikan kamu justru tertidur
lelap di depan layar?
Demi menyelesaikan studi
psikologinya, dr. Karina (Revalina S. Temat) berencana untuk melakukan
terapi pada seorang bocah bernama Ryan (Firman Ferdiansyah) yang
menderita post traumatic stress disorder selama lima tahun lamanya
akibat ditinggal orang tua serta adiknya yang meninggal secara tak
wajar. Langkah pertama Karina adalah dengan membawa Ryan kembali ke
rumah lamanya dan menempatkannya pada kamar lamanya, Karina diberi waktu
dua minggu untuk melakukan penelitian pada Ryan, awalnya Ryan memang
menunjukan hasil yang baik, hingga pada saat Karina melihat doumen dari
seorang dokter yang terakhir memeriksa Ryan yang tertulis di dalamnya
"dilarang menyanyikan lagu nina bobo" sebelum tidur kepada Ryan. Suatu
malam, Karina dengan sengaja menyanyikan lagu Nina Bobo kepada Ryan,
hingga terjadilah sesuatu yang mengerikan yang disebut "dia" yang sering
datang mengganggu Ryan.
Memang dalam kamus film horor jika
ada sebuah tulisan atau perkataan untuk "tidak dilakukan maupun
dilarang" pasti dijadikan ajang untuk "dilanggar" entah itu atas dasar
keinginan tahu maupun aksi nekat sudah hal yang lumrah dari dunia film
horor kerap terjadi (jika tidak terjadi cerita tidak akan berkembang
ataupun menemui konflik) dan seperti yang tertera di sinopsis diatas ini
pun menjadi dasar utama sebuah pembangunan konflik bagi oo Nina Bobo.
Jose Poernomo memang sudah ahli dalam genre horor, memang ada beberapa
yang berhasil seperti halnya "Jelangkung" namun tak sedkit pula yang
mengalami kegagalan, dan disini ia bermodalkan sebuah "pelanggaran"
mencoba membawa penonton untuk menyimak sebuah horor dengan balutan
psikologis dengan ranah bermain dengan penonton untuk menebak sebuah
pertanyaan terkait apa, siapa, dan kenapa.
Cara penyampaian
Poernomo memang berjalan generik, bermain dengan penuh misteri lalu
mencoba mengungkap misteri. Itu adalah dua hal yang paling mendasar
disini, memang di paruh awal ia mampu menggiring rasa penasaran penonton
akan semua misteri, namun perlahan ia membawa kamu menyeruak masuk
terkait apa yang sebenarnya terjadi mungkin terasa sedikit kecewa dengan
jawaban dari Poernomo tadi, rasa penasaran yang kamu bangun sejak awal
harus hancur seketika tatkala melihat sosok hantunya yang bisa dibilang
lebih ke imajinatif penggambaran scream atau angel death, ya sedikit
kurang memuaskan mungkin. Tapi jika ditilik lebih lagi, ini dasarnya
adalah sebuah trauma bukan? perlahan saya memaafkan, namun setelah kamu
melihat apa yang terjadi cerita cenderung repetitif dan dangkal, apa
yang kamu bayangkan mungkin tak sesuai ekspetasi. Begitupun dengan
eksekusi yang dilakukan Jose disini, perlahan naik perlahan pula atensi
penonton terhadapnya berkurang, hal ini disebabkan karena kurangnya cara
mengikat penonton terhadap karakter, bukannya tampil memikat melainkan
terasa menjemukan.
Revalina S. Temat mampu memberikan
performa yang memukau, cara ia bermain bahasa rasa serta bagaimana ia
dikelilingi rasa curiga patut diacungi jempol, Firman Ferdiansyah memang
bermain oke, tapi beberapa adegan terasa dipaksakan menurut saya, lalu
ada Daniel Topan sebagai aktor pendukung yang menurut saya berperan
menemani karakter saja. oo Nina Bobo memang berpotensi menjadi sebuah
film horor yang mampu mengikat dan memikat, namun apa yang dilakukan
oleh Jose disini kurang mengikat dan memikat.
SCORE : 2/5
0 Komentar