Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - KAAPPAAN (2019)

Kaappaan (Protector) dibuka lewat sebuah ledakan yang seseorang sengaja lakukan diatas kereta, menyusul setelahnya adalah pemandangan berupa ancaman pembunuhan terhadap Perdana Menteri, Candrakanth Varma (Mohanlal) di New Delhi oleh sekelompok teroris (baca: ISIS) yang menuntut pembebasan lima rekannya di penjara. Perdana Menteri berhasil lolos dan diamankan, namun menteri persatuan dan komunikasi dalam tahanan hingga akhirnya meregang nyawa. "Bukan sebuah dosa mengorbankan seseorang demi keselamatan banyak orang". Demikian ucap sang Perdana Menteri yang terdengar logis bahkan idealis.
 
 
Ungkapan bernada serupa nantinya akan sering kita dengar lewat mulut Perdana Menteri yang seolah menjadikan Kaappaan sebagai satu lagi tontonan aksi patriotik langganan sinema Bollywood maupun Kollywood. Tak masalah jika opsi itu dipilih-selama nantinya menghadirkan sebuah straighforwad menyenangkan sebagai hiburan yang tak perlu melibatkan pikiran. Namun, Kaappaan ingin tampil lebih, ambisi besar pun dikedepankan yang justru membawanya pada sebuah jurang kesesatan.


Salah satu teroris berhasil ditangkap dan mengungkapkan bahwa rencana selanjutnya adalah membunuh Perdana Menteri selama kunjungannya ke London. Mengetahui hal itu, National Security Guard (NSG) mengutus Kathiravan (Suriya) sebagai Special Protection Guard (SPG) bagi Perdana Menteri.


Paruh awal Kaappaan tampil terstruktur berkat naskah hasil tulisan Pattukottai Prabhakar (Vaadaa, Vanthaan Vendraan, Imaikka Nogidal) bersama sang sutradara K.V. Anand (Maattrraan, Anegan, Ayan) yang meluangkan waktu bagi narasi, bahkan sempat tampil mengecoh tatkala memperkenalkan karakter Kathir yang ternyata merangkap profesi sebgai petani organik. Nantinya, pondasi ini memberikan sebuah pemahaman cukup signifikan meski keseluruhan cerita tak bernasib demikian.


Ya, setelah memasuki interval, Kaappaan mulai alih haluan dengan menampilkan beragam sub-plot yang tak hanya sekedar mengenai cerita seorang penjaga melawan teroris, ditempatkan bersamanya ragam formula biasa yang dibutuhkan meliputi sajian komedi, romansa bahkan sosial yang kehadirannya tampil tumpang tindih. Alur bercabang ini malah mengeliminasi plot utama yang terasa dikesampingkan, pun tak sepenuhnya tampil maksimal.


Sebutlah cerita mengenai kerusuhan massal di mana pejabat pemerintah licik (diperankan oleh Boman Irani dalam sosok antagonis stereotif yang seketika akan mengingatkan kita pada perannya dalam Dilwale-nya Rohit Shetty) memanipulasi lahan pertanian guna dijadikan pabrik bahan kimia dengan mengirimkan serangga caelifera sebagai tindakan hingga cerita mengenai pengkhianatan. Itu semua ditampilkan secara bersamaan yang membuat inkoherensi terhadap narasi, sementara penyelesaiannya tampil mudah ditebak dengan sepenuhnya mengandalkan twist.


Padahal, penyutradaraan K. V. Anand berkesan kala menampilkan momen kasual seperti ketika menangkap pembicaraan para menteri bersama Abhishek Varma (Arya), putera semata wayang Candrakanth Varma yang nantinya menggantikan posisinya-yang duduk santai dengan kaki diatas kursi dan meneguk minuman Starbucks secara perlahan, sama halnya tatkala Anand merangkai ragam aksi beserta desingan tembakan yang tampil elegan (pengecualian bagi aksi diatas kereta), walaupun penuturannya jauh dari kesan baru.
 
 
Suriya tampil penuh kharismatik seperti biasa. Sangat disayangkan, romansanya bersama Anjali (Sayyeshaa), sekretaris kantor junior Perdana Menteri, urung tampil merekah akibat ketiadaan cerita yang banyak menampilkan keduanya sebagai seorang kekasih. Mohanlal di film ke-337 (sementara Suriya di film ke-37) tak memberikan sumbangsih lebih selain sebagai sosok Perdana Menteri yang kehadirannya dimanfaatkan sebagai penyalur atau penyampai pesan patriotik, Chirag Jani sebagai Ranjith Kumar adalah antagonis yang cukup menyebalkan meski setelahnya berakhir sebagai sosok antagonis lain yang menguasai teknologi sebagai senjata utamanya.


Kaappaan berpotensi tampil menarik andai memilih jalur lurus, saya lebih mengapresiasi itu ketimbang penuh kelokan-kalau ujungnya sebatas memilih jalan tengah dengan segala penyederhanaannya. Credit tittle-nya setidaknya sedikit mengobati kekecewaan ketika nomor trek Kurilae Kurilae menangkap pesona keindahan Indonesia di mana Gunung Bromo dan Kawah Ijen Banyuwangi menjadi sebuah spotlite tersendiri.


SCORE : 2.5/5

Posting Komentar

0 Komentar