Disadur dari sebuah novel non-fiksi yang nyaris tak memiliki narasi-berjudul sama rekaan Marchella FP, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini adalah sebuah adaptasi lepas nan beresiko yang diangkat Visinema Pictures selaku rumah produksi sekaligus menjadi sebuah karya terhangat dan personal seorang Angga Dwimas Sasongko (Filosofi Kopi, Surat Dari Praha, Buka'an 8). Terasa personal karena filmnya mengupas rutinitas keluarga yang memiliki sebuah rahasia, di samping menghadirkan sebuah relevansi nyata terkait cerita.
Keluarga yang dimaksud adalah keluarga Narendra (Donny Damara) bersama Ajeng (Susan Bachtiar) yang sekilas memiliki kehidupan sempurna dengan tiga orang anaknya: Angkasa (Rio Dewanto) si sulung, Aurora (Sheila Dara) si anak tengah dan Awan (Rachel Amanda) si anak bungsu yang menjadi pusat keluarga (terutama sang ayah). Akibatnya, perlakuan tersebut memunculkan masalah, di mana Angkasa kerap diberi tanggung jawab guna menjaga dan memperhatikan Awan (termasuk mengantar-jemput ia ke tempat kerja) dan melalaikan hidupnya pula hubungannya bersama Lika (Agla Artalidia), sementara Aurora harus terkena imbasnya kala kehadirannya kerap tak dianggap.
Permasalahan-permasalahan tersebut disajikan secara runut pula solid oleh Angga Dwimas Sasongko bersama Jenny Jusuf (Filosofi Kopi, Critical Eleven, Mantan Manten) serta Melarissa Sjarief dalam cakupan naskah luas yang mengupas karakternya secara mendalam. Pun, keputusan menerapkan metode non-linier dalam narasinya berujung pada sebuah penguatan yang memaparkan sebuah penjelasan pula alasan karakternya bersikap demikian. Angga paham betul bagimana menciptakan sebuah karakterisasi tanpa harus saling terdistraksi.
Konflik semakin membuncah ketika sang ayah mendapati sikap anaknya yang kian berubah, terutama Awan-yang kerap memberontak pasca ia berkenalan dengan Kale (Ardhito Pramono) rekan sekaligus manager band idolanya yang mengajarkan sebuah pengalaman kepada Awan terkait memilih jalan kehidupan. Dari sini konflik semakin meningkat, pun kita dapat melihat rentetan emosi menguar secara natural, termasuk pada sebuah kejadian masa lalu di mana Narendra muda (Oka Antara) dan Ajeng (Niken Anjani) yang mewariskan sebuah sifat dan tugas terhadap anak-anaknya yang membuatnya menjadi seperti sekarang.
Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini adalah perihal keluarga beserta tugas di dalamnya yang kerap mengakar, di mana si sulung kerap menjadi andalan, si bungsu sebagai pusat perhatian dan si tengah menjadi sosok bayang-bayang yang terabaikan. Angga menjadikan trope tersebut secara intim, kuat dan personal sekaligus memberikan sebuah sentilan terhadap kaum penganut patriarki beserta pemuja maskulinitas yang seolah berhak atas semuanya. Ini tentu terjadi pada pribadi sang ayah, yang ingin terlihat gagah dan menutupi kesedihan supaya tak dianggap lemah.
Bukan berarti sepenuhnya mengutuk, Angga mencoba mempertontonkan sifat tersebut guna dipahami-meski tak lantas harus dibenarkan. Setelahnya, Angga menghadirkan sebuah puncak terbaik filmnya yang sarat akan sebuah emosi pula menjadi titik balik filmnya, itu terjadi ketika sebuah momen "pameran Aurora" yang menjadi sebuah permulaan guna membuka sebuah "momen ruang tamu" yang mampu menyulut sebuah perasaan mengharu-biru. Pun, saya dan penonton lain berhasil dibuat tersentak, terhanyut, dan terbawa emosi yang kemudian disusul sebuah air mata yang mengalir secara tiba-tiba. Ini adalah bukti kepekaan dan sensibilitas Angga dalam merangkul dan memberikan koneksi terhadap penontonnya tanpa harus terkesan mengemis atau mengasihani. Itu karena Angga menganggap penonton sudah pintar dan mampu mencerna semuanya tanpa harus menyuapi guna mengasihani.
Subtil. Demikian kata yang mewakili keseluruhan Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang kerap memperhatikan segala aspek termasuk sisi teknis-yang memberikan sebuah pengalaman menonton kaya makna pula rasa, salah satunya berasal dari penggunaan kamera hasil bidikan Yadi Sugandi (Laskar Pelangi, Sang Penari, Ada Apa Dengan Cinta? 2) yang kerap memainkan sebuah metode mise-en-scène, close-up atau long-take yang kerap memanjakan mata. Di samping lagu pengiring yang senantiasa memberikan rasa pula enak di dengar, sebutlah Untuk Hati yang Terluka milik Isyana Sarasvati, Secukupnya-nya Hindia, Fine Today-nya Ardhito Pramono serta Rehat milik Kunto Aji dan Lagu Pejalan-nya Sisir Tanah yang memberikan sebuah impak besar pula emosi terhadap cerita.
Tentu, semuanya kian sempurna berkat performa para pemain yang memberikan nyawa terhadap filmnya, duet Oka Antara-Niken Anjani menghantarkan sebuah sekuen manis pula pahit, Nayla D. Purnama sebagai Aurora kecil gemilang bermain gestur pula rasa, Rio Dewanto dan Donny Damara menyimpan kerapuhan dibalik ketangguhan, Sheila Dara adalah yang paling mencuri perhatian, di man sorot mata pula tingkah seorang Aurora siap merobohkan benteng perasaan, Rachel Amanda tampil meyakinkan sekaligus sebagai performa terbaik selama kariernya, ia melahirkan sebuah karakter pula sifat yang akan diamini oleh para anak bungsu. Sementara Susan Bachtiar, dibalik diamnya seorang perempuan, membawa pesan women empowerment yang digaungkan.
Sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini adalah sebuah sajian jujur yang mewakili perasaan saya (juga para anak tengah dan sulung lainnya). Sebuah karya yang dibuat berdasar hati dan nurani dan tak lupa untuk mengindahkan segala aspek termasuk pesan yang hendak disampaikan. Angga kembali bersinar lewat karyanya-yang meski memiliki sedikit kekurangan (twist yang dibuka secara terburu-buru pula dampaknya yang sedikit lemah pasca melewati 90 menit adegan) namun tetap terasa personal. Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini membuka awal tahun 2020 secara hangat, yang membuat penonton ingin mendekap dan memeluk erat keluarga setelahnya.
SCORE : 4.5/5
0 Komentar