Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

GHOST STORIES (2020)

Ghost Stories merupakan antologi horror ketiga hasil kolaborasi sutradara kenaamaan India: Zoya Akhtar, Anurag Kashyap, Dibakar Banerjee dan Karan Johar pasca Bombay Talkies (2013) dan Lust Stories (2018). Saya kerap menyebut sajian antologi/omnibus kerap memiliki kualitas tak seimbang, di mana salah satu segmen bisa saja berada di atas rata-rata, sementara yang lainnya bisa tersaji biasa saja. Hal tersebut nyatanya tak berlaku kala Ghost Stories ternyata memiliki kesamaan di tiap segmennya, yakni sama-sama memiliki konklusi yang tersaji lemah.
 
 
Harus diakui, masing-masing cerita menawarkan sebuah potensi yang semestinya bisa digali. Mulai dari kecemasan seorang perawat, trauma seorang wanita yang tak kunjung mempunyai anak, ketakutan seorang pria hingga keanehan yang dialami pengantin baru menikah. Singkatnya, Ghost Stories sama-sama menekankan sebuah psychological horror yang sesekali menyentuh ranah body-horror. Namun, modal niat saja tak cukup ketika pengemasannya terlampau menyederhanakan (jika tak ingin disebut malas) dan hanya demi membuka sebuah twist yang nihil sebuah penanaman sedari awal.
 
 
Cerita pertama disutradarai oleh Zoya Akhtar (Zindagi Na Milegi Dobara, Dil Dhadakne Do, Gully Boy), mengetengahkan kisah seorang perawat bernama Sameera (Janhvi Kapoor) yang menjalankan tugas untuk merawat seorang wanita tua bernama Malik (Surekha Sikri) yang hanya bisa berbaring di tempat tidur. Keanehan terjadi kala Nyonya Malik kerap berbicara perihal puteranya yang tidur di sebelah kamarnya. Meskipun kenyataannya sang putera benar-benar tak menampakan batang hidungnya. Zoya bermain dengan sebuah keheningan sarat keanehan-disamping memberikan sebuah layer cerita kelam terhadap karakter Sameera yang nantinya ia jadikan sebuah kritikan terkait kelalaian dalam menangani pasien. Janhvi boleh saja menampilkan performa yang selayaknya-meski kehadirannya sulit untuk menutupi bahwa cerita filmnya teramat dangkal dan kehadirannya hanya demi membuka sebuah twist yang nihil sebuah pembaharuan.
 
 
Anurag Kashyap (Ugly, Bombay Velvet, Raman Raghav 2.0) mengarahkan cerita kedua yang menyoroti kehidupan seorang wanita bernama Neha (Sobhita Dhulipala) yang mendambakan kehamilan di tengah rutinitasnya mengasuh Ansh (Zachary Braz) sang keponakan yang sudah ditinggal ibu kandungnya. Neha kini mengandung-namun berita tersebut membuat Ansh kecewa. Kashyap meminjam DNA The Babadook (2014) yang lantas menyentuh ranah kelam seputar kasih sayang obsesif. Kecemburuan Ansh jadi poros utama keadaan Neha. Segmen ini boleh dibilang yang paling mencekam ketika Kashyap tak ragu untuk mengeksploitasi sebuah keanehan dengan menerapkan sebuah mitos atau kebiasaan "menyentuh telur burung" di samping ia berhasil menampilkan monster burung yang mengerikan di tengah penggunaan palet monokrom yang menangkap keadaan 90-an di Britania Raya.
 
 
Hasil karya Dibakar Banerjee (Shanghai, Detective Byomkesh Bakshy!, Sandeep Aur Pinky Faraar) bernasib sama seperti cerita Zoya Akhtar yang kehadirannya hanya demi membuka sebuah twist nihil pembaharuan-meskipun dalam eksekusinya sarat akan sebuah ketegangan. Mencampurkan elemen cannibal holacaust dengan rasa A Quiet Place (2018) menemani perjalan seorang lelaki (Sukant Goel) yang tengah meneliti sebuah sekolah di sebuah kota bernama Smalltown-yang kini hanya menyisakan dua orang anak. Dua orang anak tersebut berhasil lolos dari serangan manusia yang memakan masyarakat dan memilih bersembunyi di rumah tanpa keluar dan bergerak. "Don't move" demikian aturan untuk terhindar dari serangan-yang nantinya berujung pada sebuah upaya keluar yang membahayakan. Banerjee menyajikan elemen tersebut sarat akan sebuah ketakutan di mana wujud monster-nya terlihat mengerikan. Sayang, semuanya nihil memberikan sebuah kesan pasca sebuah twist usang diterapkan.
 
 
Cerita pamungkas dinahkodai oleh Karan Johar (Kuch Kuch Hota Hai, Kabhie Khusi Kabhie Gham, My Name is Khan) menampilkan Mrunal Thakur sebagai Ira, gadis yang baru saja menikahi Dhruv (Avinash Tiwary) mendapati perilaku sang suami yang selalu berbicara kepada sang nenek yang telah meninggal sementara keputusan yang dilakukan harus atas se-izinnya. Sebagai satu-satunya cerita yang menyelipkan sentuhan lagu pula mengikuti pakem generik, tak bisa dipungkiri bahwa karya Karan Johar adalah yang paling terlemah. Karan menyajikan sebuah misteri untuk ditelusuri yang jauh dari kata seram sekalipun permainan peek a boo! (ciluk ba!) diterapakan guna memantik keseraman. Pengungkapan misterinya tersaji hambar, berbekal satu insiden yang langsung memberikan jawaban.
 
 
Seperti yang telah saya singgung sedari awal, keseluruhan cerita Ghost Stories terkendala sebuah kebingungan dalam menutup penceritaan. Cerita Kashyap adalah yang paling baik diantara yang lain, meski dampak setelahnya hanya berjalan sambil lalu. Ghost Stories adalah kolaborasi yang tak segemilang pendahulunya. Namun, saya bisa menyimpulkan bahwa semuanya adalah perihal pengalaman dalam mengemas sajian horor (keempatnya baru pertama kali menjajal genre ini). Setidaknya, percobaan ini patut diapresiasi, meski semuanya tak lantas mengangkat derajat filmnya sendiri. 
 
 
SCORE : 2.5/5

Posting Komentar

0 Komentar