Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

ALONG WITH THE GODS: THE LAST 49 DAYS (2018)

Along with the Gods: The Two Worlds (2017) adalah sajian yang berhasil karena mampu mengimplementasikan elemen fantasi bersama drama persidangan hari akhir-yang kuat potensinya dalam melakukan kebaikan di dunia tanpa harus terkesan preachy. Tak sampai setahun, sekuelnya kemudian di rilis-yang mana bukan sebuah kejutan lagi pasca film pertamanya berhasil mengumpulkan 14 juta penonton sekaligus menempatakan filmnya dalam daftar kedua film terlaris sepanjang masa di Korea Selatan. Pun, tak sulit melihat prediksi sekuelnya yang dalam kurun waktu dua minggu, sudah ditonton oleh 10,5 juta orang. Namun, ada pertanyaan krusial di balik sebuah prestasi yang tertoreh: Akankan kualitasnya lantas sama seperti pendahulunya atau melebihi atau malah turun drastis? Along with the Gods: The Last 49 Days nyatanya mewakili jawaban ketiga.
 
 
Masih disutradarai oleh Kim Yong-hwa (200 Pounds Beauty, Mr. Go, Along with the Gods: The Two Worlds) yang juga mengembam tugas sebagai penulis naskah-yang masih disadur dari komik webtoon berjudul sama buatan Joo Ho-min, The Last 49 Days memfokuskan ceritanya untuk menyibak masa lalu malaikat pencabut nyawa: Gang-rim (Ha Jung-woo), Haewonmaek (Ju Ji-hoon) dan Lee Deok-choon (Kim Hyang-gi) yang kali ini bertugas memberikan pembelaan terhadap partisipan ke 49 yang ternyata merupakan seorang Paragon (Suri tauladan). Ialah Kim Soo-hong (Kim Dong-wook) yang merupakan adik dari Kim Ja-hong (Cha Tae-hyun), si protagonis film pertama.
 
 
Masalah datang ketika Raja Yeomra (Lee Jung-jae) tak terlalu yakin atas nasib Soo-hong, diperintahkannya Gang-rim untuk membawa Soo-hong melintasi empat neraka sebagai pembuktian. Pun, disisi lain, mereka ditugaskan untuk menjemput pelindung baru di bumi, Heo Choon-sam ( Nam Il-woo) yang tinggal bersama sang cucu yang belum masuk jenjang pendidikan formal-ditengah keadaan ekonomi mereka yang sulit. Membawa Choon-sam rupanya mengalami kendala karena ia dijaga oleh Seongju (Ma Dong-seok) yang ternyata merupakan Dewa Penjaga Rumah.
 
 
Naskah hasil tulisan Yong-hwa menyimpan tiga subplot sekaligus-yang mana sangat riskan dalam eksekusinya, meski keberaniannya patut untuk diapresiasi. Upaya mengejawantahkan hal tersebut yakni memperbesar cakupan durasi yang mencakup 141 menit. Naskahnya penuh sesak akan penjabaran yang hendak disampaikan-yang kemudian membawa The Last 49 Days pada sebuah distraksi kala salah satu subplot yang berpotensi menguras emosi berujung hambar.
 
 
Seongju rupanya menyimpan sebuah kebenaran terkait para malaikat pencabut nyawa-yang membawa filmnya menyelami sebuah flashback di mana era Dinasti Goryeo ditampilkan. Penerapannya berhasil menambah dinamika-meski terkait eksekusinya sebatas jembatan menuju twist ke twist berikutnya. Saking banyaknya twist yang ditampilkan membuat diri ini lelah akan cakupan kisahnya yang sebatas memberikan kejutan tanpa memperdulikan sebuah substansi di dalamnya. Bagi para penonton pemuja twist, mungkin ini bukan sebuah masalah, malah akan bersorak terhadapnya, lantas menyukainya hingga memberikan gelar film terbaik kepadanya. 
 
 
Pun, ketika pengisahannya berpindah pada kisah Soo-hong, menciptakan sebuah ketimpangan akan perbedaan kisah yang mengubah mode penceritaan sedikit tersendat. Walaupun memiliki status sebagai adik kandungm Ja-hong, Soo-hong bukanlah sosok yang mampu memantik simpati, bukan karena tokohnya sempat disinggung di film pertama-melainkan sikapnya yang tak se-lovable maupun se-meyakinkan Ja-hong, terlebih ketika dalam perjalannya ia sempat mengacau-yang membuat sebuah atensi urung tercurah secara penuh.
 
 
Mudah untuk menyebut bahwa The Last 49 Days memiliki cerita yang semerawut akibat terlalu banyak fokus utama yang dijamah. Meskipun demikian, intensitas filmnya tetap terjaga berkat kecermatan Yong-hwa mengatur sebuah pacing pula tensi agar durasi tetap terjaga. Alhasil, meski terlampau melelahakan-rasa kantuk urung muncul berkatnya. Terlebih, The Last 49 Days mampu menjaga mata berkat parade efek visual yang memanjakan bahkan memberikan sebuah layer lebih ketika serangan dinosaurus ditampilkan.
 
 
Meskipun tak memberikan sebuah impak besar seperti pendahulunya (mayoritas momen emosional urung mengundang air mata), The Last 49 Days masih memiliki jajaran pemain dengan performa gemilang nan meyakinkan-yang berkat mereka, pesan terkait "berbuat kebaikan, memaafkan dan berkorban" tersampaikan secara mulus, terlebih kala Ma Dong-seok selaku penyalur pesannya. 
 
 
The Last 49 Days adalah sebuah penurunan signifikan. Walaupun demikian, kadar hiburan masih dapat dirasa dan terjaga berkat Yong-hwa yang senantiasa menjaga sebuah intensitas, meski kala ia bercerita, logika dan perasaan urung terpantik bersamanya. Setidaknya, The Last 49 Days masih memilik daya cengkeram yang kuat, meski sekuat apa yang dihasilkan pendahulunya. 
 
 
SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar