Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - LAILA MAJNU (2018)

Sebagai romansa klasik, Laila Majnu berhasil memberikan nafas itu dengan melakukan sebuah modernisasi dan merupakan satu lagi kisah cinta kontemporer dari cerita atau legenda kisah cinta Layla dan Majnun yang sudah kita kenal betul pasca Nezami Ganjavi, sastrawan Persia asal Azerbaijan menuliskannya pada abad ke-12. Pun, ini adalah adaptasi ketiga Bollywood setelah Laila Majnu (1953) hingga Laila Majnu (1976) di mana Rishi Kapoor dan Ranjeeta Kaur masing-masing memerankan dua karakter utama lewat film arahan H. S. Rawail.
 
 
Disutradarai dan ditulis oleh Sajid Ali yang melakoni debut perdananya, sementara sang kakak, Imtiaz Ali (Rockstar, Tamasha, Jab Harry Met Sejal) turut pula membantu menulis naskahnya, Laila Majnu mengeliminasi kasta sebagai penghalang dan menggantinya dengan pikiran kolot masyarakat konservatif hingga kisruh perselisihan politik, yang mana memberikan sebuah relevansi tersendiri di masa kini. Pun, menggantikan Persia dengan Kashmir memperkuat aspek naratifnya.
 
 
Laila (Tripti Dimri) adalah seorang gadis berjiwa bebas di tengah kehidupan keluarganya yang konservatif. Setiap hari, Laila menjadi sorotan utama para lelaki yang selalu menggoda bahkan menguntitnya, namun tak ada dari mereka yang benar-benar ia kagumi. Pertemuan tak sengaja dengan Qais (Avinash Tiwary) pada tengah malam setelah Qais mengencingi sang kakak sementara Laila menguntit para lelaki yang tengah menjalin asmara menjadi awal terbentuknya rasa cinta antara keduanya.
 
 
Dimulai dengan sebuah perasaan benci menjadi cinta, Laila Majnu tak ubahnya sebuah romansa yang sebatas memenuhi stereotif pada paruh awal pertamanya, di mana perkataan gombal tentang pernikahan menjadi sebuah pemandangan lumrah dalam romantika keduanya. Tak sepenuhnya berjalan mulus, meski beberapa diantaranya mampu menarik atensi lewat sebuah interaksi manis, sebutlah momen di acara pernikahan yang melibatkan teh hanya untuk mendapat sebuah nomor telepon.
 
 
Memasuki konflik utama, Laila Majnu terpogoh-pogoh dalam membukanya saat tuturannya terkandala sebuah pengadeganan kurang sepadan. Menyusul setelahnya adalah pondasi mengenai permusuhan kedua orang tua yang sebatas berjalan di permukaan tatkala muatan politik dan kebencian tak pernah terasa keberadaannya. 
 
 
Laila kemudian dipaksa menikah dengan pria kepercayaan sang ayah, Ibban (Sumit Kaul) hanya untuk mendapati neraka baru di kehidupannya. Cerita berselang empat tahun kemudian setelah Qais memutuskan untuk pergi ke London dan melarang Laila mencari dirinya. Keduanya menjalani hidup penuh derita atas nama cinta.


Tragedi kembali menimpa Qais saat sang ayah meninggal dunia. Kepulangannya ke Kashmir kembali membangkitkan memori dirinya bersama Laila ditengah kisruh keluarga mengenai hak waris (yang tampil dipaksakan). Mencoba memperbaiki diri, Qais justru kembali terjebak pada situasi baru-meski halangan telah mereka hempaskan, ia harus kembali menunggu untuk merengkuh sebuah kebahagiaan yang malah membawanya pada sebuah keadaan yang tak diharapkan.


Dari sini, intensitas Laila Majnu kembali naik setelah Sajid Ali menuturkan segala aspek dengan sebuah simplifikasi yang mestinya tak terjadi. Naskahnya menyimpan setumpuk muatan yang coba dijejalkan agar penonton paham pula menghormati sumber asli yang seharusnya bisa lebih diakali. Setidaknya,paruh ketiga sedikit mengobati kekecewaan-meski tak sepenuhnya berjalan mulus.


Saya mengagumi bagaimana Sajid mengaburkan khayalan dan realita menjadi sebuah gambaran indah akan kisah cinta lengkap dengan lanskap cantik penuh naturalisasi kota Kashmir lewat tangkapan kamera Sayak Bhattacharya (Rockstar, Highway, Jab Tak Hai Jaan) sementara lantunan musik dari Niladri Kumar dan Joi Barua tak henti memberikan sebuah romantisasi, favorit saya adalah Aahista dan Oo Meri Laila.


Melakoni debut perdananya, Tripti Dimri dan Avinash Tiwary menghadirkan sebuah chemistry manis di tengah performa keduanya yang penuh sensibiltas, utamanya Avinash ketika dituntut melakukan totalitas memerankan Majnu, sementara tulisan ini dibuat, kecantikan Tripti Dimri masih membayangi sanubari, sejenak melupakan saya dengan hasil akhir Laila Majnu yang meski bukan sebuah tontonan kredibel-adalah tontonan yang mengobati kerinduan akan romansa klasik, sederhana dan melegenda.


SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar