Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

YAARA (2020)

Dirilis pada hari persahabatan di tanggal 30 Juli via ZEE 5, Yaara (Friends) selaku remake resmi film asal Prancis pada tahun 2011, A Gang Story a.ka Les Lyonnais mungkin tak sepenuhnya menampilkan kehangatan pertemanan sebagaimana yang diharapkan akibat penyampaian narasi yang berjalan non-linier yang terasa sulit menjalin sebuah kedekatan. Bukan sebuah kekeliruan, pemilihan tersebut sah-sah saja diterapkan sebagaimana pernah dilakukan Sunny (pula remake asal Indonesia, Bebas) yang berhasil menguatkan. Dalam Yaara, kondisi tersebut berujung salah kaprah dan bahkan yang paling lemah.
 
 
Dibuka lewat setting akhir tahun 1990-an, Yaara mempertemukan kita dengan alumni kriminal yang kini alih profesi sebagai penjahat kerah putih. Phagun (Vidyut Jammwal) adalah sang pemimpin dari "Geng Chaukdi" turut bersamanya hadir Rizwan (Vijay Varma) serta Bahadur (Kenny Basumatary). Kedatangan Mitwa (Amit Sadh) yang baru terdengar gaungnya setelah lama menghilang tanpa kabar menyulut sebuah atensi kala dirinya sekarang berstatus sebagai buronan CBI dan Polisi pasca terciduk menjalani pekerjaan gelap yang dulu sempat mereka geluti.
 
 
Tentu, sebagai seorang sahabat sesungguhnya mereka tak tinggal diam, Phagun bersama Rizwan dan Bahadur mencoba menyelamatkan Mitwa setelah JCP Jasjit Singh (Mohammed Ali Shah) meminta mereka membiarkannya karena akan memberatkan kasusnya di pengadilan setelah mengetahui bahwa Mitwa terhubung dengan Shakeel (Shaurya Khare) dan bahkan sempat membawa kabur uang curian milik bosnyadi Rumania pasca ia tak terima dibayar rendah.
 
 
Mundur ke belakang pada awal tahun 1950-an, Yaara membawa penonton untuk memahami seluk-beluk kisah "Geng Chaukdi" di mana pribadi masing-masing anggota terbentuk atas kekejaman kasta. Dari sini, pemahaman di dapat meski tampil terlalu cepat berkat ketiadaan urgensi lebih selain sebatas memberikan penokohan-karena pada dasarnya Yaara menyimpan terlalu banyak plot untuk ditampilkan.
 
 
Mulai dari kisruh politik yang meliputi gerakan Naxalisme hingga Maoisme yang sempat disinggung-belum lagi prinsip politik akar rumput yang coba dimainkan, Yaara tampil penuh sesak akibat ambisi sutradara sekaligus penulis naskah Tigmanshu Dhulia yang ingin mengulang kejayaannya dalam menampilkan kembali drama periode kriminal seperti Gangs of Wasseypur (2012), Saheb Biwi Aur Gangster (2011) hingga Paan Singh Tomar (2012). Bedanya, Yaara tak se-superior para pendahulunya dan tersesat dengan ragam cerita yang kentara terasa tambal sulam.
 
 
Akibatnya, semua elemennya tampil prematur alih-alih berdiri kokoh. Yaara terlampau memaksakan kehendak yang membuat narasi tampil kusut, lengkap dengan pengadeganan yang sering terasa jumpy dalam menyusun tiga periode cerita yang tak kontuniti. Walaupun demikian, Tigmanshu Dhulia tampil cukup meyakinkan kala memainkan deretan aksi berupa desingan peluru. Pun, sadisme sempat ia tampilkan lewat sebuah momen penyiksaan polisi di mana kuku yang dicabut paksa hingga tendangan di kepala serta sayatan di tangan menjadi sebuah pemandangan yang mengerikan.
 

Terkait konflik, Yaara memang sekedar memainkan unsur balas dendam hingga pengkhianatan yang terasa tampil formulaik-yang membuat twist utama miliknya urung bekerja. Banyaknya karakter berjalan sambil lalu pula nihil kedalaman. Ini pun yang terjadi pada karakter yang dimainkan oleh Shruti Haasan sebagai Sukanya, yang kurang dimanfaatkan keberadaannya mengingat pengalaman hidupnya tak kalah bermasalah, penuh dengan kekejaman sistem hingga pria yang tak bisa mengontrol barang dalam celana.
 
 
Vidyut Jammwal adalah yang paling depan dalam menggerakan ragam aksi tersaji menawan. Meskipun urung dibarengi dengan sebuah karakterisasi mumpuni, keberadaannya kembali mengingatkan bahwa dirinya adalah calon pemain aksi kelas wahid di masa sekarang dan mendatang milik sinema Hindi.
 
 
SCORE : 2.5/5

Posting Komentar

0 Komentar