Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

KESARI (2019)

Didasari pada peristiwa 12 September 1987 di wilayah perbatasan Pakistan, Kesari (Saffron) mempunyai urgensi lebih kala menampilkan kembali pertempuran yang melibatkan 21 tentara Sikh melawan 10.000 pasukan Pasthun (Afghanistan). Sejarah yang menggambarkan keberanian ini mencuatkan sebuah ketertarikan tersendiri-yang mana patut dituruti dalam memandang sebuah persoalan dewasa ini. 
 
 
Ini bukanlah propaganda untuk mengangakat nama mereka (yang memang layak diagungkan jasa dan pengorbanannya) melainkan sebuah potret nyata-bahwa dalam sebuah peperangan tak ada sebuah kebaikan-selain menumpahkan darah dan melumpuhkan lawan. Kesari mengeliminasi hal itu dengan memberikan sebuah secercah kebaikan yang dimiliki para karakternya (meski itu antagonis sekalipun) walau tak ada yang tak sekuat karakter utamanya, Havaldar Ishar Singh (Akshay Kumar).
 
 
Ishar Singh adalah prajurit yang diperintahkan oleh tentara Inggris guna mengawasi perbatasan Afghanistan. Suatu kejadian menyulut amarah yang lantas membuka nurani Singh kala melihat pasukan tentara Pathan yang dipimpin oleh seorang Mullah bernama Saidullah (Rakesh Chaturvedi) tengah mengeksekusi seorang wanita-yang enggan mengakui pernikahan paksa. Penyerangan sekaligus aksi penyelamatan dilakukan Singh yang kemudian berhasil melumpuhkan pasukan Pathan.
 
 
Kebaikan yang dilakukan Singh (ia menolong tanpa memandang ras maupun agama) mengakibatkan dirinya dipindahkan ke benteng Saragarhi-yang merupakan salah satu tempat komunikasi dan benteng "paling aman" bagi Singh. Setidaknya, itu menurut Letnan Lawrence (Edward Sonnenblick) yang sempat mengolok Ishar Singh sebagai tentara yang tak tahu diri dan "budak" yang tercipta di negeri sendiri.
 
 
Mendapati harga dirinya dilucuti, Ishar Singh yang datang ke benteng Saragarhi sehari lebih awal mendapati resimen tentara ke-36 tersebut hanya diisi 20 orang yang gemar mengisi situasi dengan mengadu ayam dan saling berkelakar, tentara yang tak patuh aturan bahkan tentara yang baru memulai pelatihan. Kita tahu naskah buatan Girish Kohli (Mom) bersama sutradara Anurag Singh (Dil Bole Hadippa!, Disco Singh, Super Singh) akan menerapkan formula underdogs dengan kalimat from zero to hero sebagai inti.
 
 
Itulah mengapa paruh utamanya kebanyakan diisi perkenalan para tentara dengan pribadinya masing-masing-yang memakan durasi cukup lama guna menggambarkannya, semakin terasa lama kala penerapan lambat menemani setiap eksekusinya, meski di beberapa titik menjelang konklusi sebuah impact dapat dipetik-yang seharusnya di dapat tanpa melalui kepanjangan yang menghadirkan sebuah kejemuan.
 
 
Sadar akan hal demikian, Anurag Singh kemudian menghadirkan second-act sarat unsur kekerasan dan kesadisan. Meski tak dalam level menyakitkan, Singh mampu menciptakan sebuah gerakan yang membuat penontonnya dapat merasakan tusukan, sayatan, tembakan bahkan hantaman sekalipun. Terlebih, sekuen peperangannya tampil memadai-yang dengan cakap menangkap sebuah esensi tersendiri.
 
 
Kesari pun sempat menyentil isu terkini, paling dominan adalah bentuk kepercayaan buta pemuka agama yang menghalalkan segala cara demi mewujudkan negara sesuai keinginannya, mengatasnamakan jihad sebagai kedok melakukan hal biadab, sementara lantuan ayat suci dipakai menjadi saksi. Pemandangan ini jelas patut dibenci, dan Anuragh Singh membuka sebuah saluran mengapa perbuatan yang dilarang itu semakin lestari.
 
 
Akshay Kumar kembali menampilkan sosok lovable yang tiap tindak-tanduknya semakin penonton cintai, selain kebaikan yang tak henti ia salurkan, ia adalah komandan bijaksana pula pemberani-yang tak takut mati demi membebaskan harga diri dan negeri. Sementara pemeran prajuritnya tampil meyakinkan, sosok antogonis yang mengisi pun mewujudkan sebuah peran sesuai anggapan. Saya dengan mudah membenci Rakesh Chaturvedi sebagai pemimpin pasukan-sementara makian tak pernah henti terlontar kala Muzamil Bhawani memerankan sosok penembak jitu dengan senyum lebar yang sering melakukan senyum lebar tanda kejahatan kala melangsungkan serangan.
 
 
Konklusinya menampilkan apa yang diharapkan kala Anurag Singh tak segan menampilkan peperangan secara berlipat, paling mengesankan adalah kala pasukan Pasthun mulai memasuki gerbang-sementara kamera Anshul Chobey lihai menangkap peristiwa luar dan dalam. Anurag Singh kembali memastikan bahwa serangan yang dilakukan begitu menyakitkan dan akan mengendap lama dalam ingatan.
 
 
Meskipun memiliki beberapa kekurangan seperti terlalu lama dalam membangun awalan, Kesari tersandung pesan menyalurkan perdamaian antar umat beragama yang kehadirannya hanya sebatas dipermukaan, menghasilkan sebuah pemaparan yang kentara dipaksakan demi menampilkan dan menyulut sebuah kedamaian. Diluar hal tersebut, Kesari adalah tontonan solid yang mampu menangkap dan menggambarkan situasi peperangan dari luar dan dalam (Kesari menampilkan karkter yang dimainkan oleh Parineeti Chopra sebagai istri Ishar Singh) sementara lagu Teri Mitti menyalurkan sebuah dramatisasi yang begitu mengena di hati.
 
 
SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar