Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

SİCCİN (2014)

Siccîn sama halnya dengan Conjuring Universe dimana ceritanya tersusun atas kejadian yang menimpa para korban. Konon, ceritanya sendiri terilhami dari kejadian nyata. Tentunya sama seperti kebanyakan film horor tahun 80-an dimana Hoca (sebutan untuk orang pintar) memegang peran penting. Sehingga mudah di tebak, polanya sendiri dimana sang korban mulai merasakan gangguan aneh, sang Hoca adalah kunci utama terselesaikannya masalah.

Yang mengalami gangguan aneh disini adalah Nisa (Pinar Caglar Genctürk) yang seringkali merasa dirinya diganggu makhluk ghaib, merasakan kejadian yang tak terlihat oleh orang lain, terlebih mengenai sosok bayi yang sering ia lihat. Kebiasaannya tentu dianggap aneh oleh sang suami, Kudret (Koray Sahinbas) bahkan sang suami menganggapnya gila. Lama semakin lama keanehan pada diri Nisa terus memuncak, sang suami pun membawa dirinya kepada seorang Hoca, guna untuk mengetahui apa yang terjadi pada diri Nisa. Apakah semua ini ada sangkut pautnya dengan sebuah ilmu hitam berupa santet?

Seperti yang kita duga, Nisa ternyata terkena santet usus babi, dimana orang yang dikirim santet tersebut beserta keluarga dan turunannya akan mati mengenaskan kurang lebih dalam lima hari. Tentu, fokus utama cerita akan menyoroti kejadian lima hari tersebut, dimana serangkaian peristiwa mengerikan datang silih berganti, meninggalkan sebuah kesan repetitif dalam alurnya yang episodik. Meskipun demikian, sutradra Alper Mestçi memang piawai menghadirkan sebuah teror creepy nan menjijikan. Tak terhitung setiap kali kamera menyoroti modus operandi yang dilakukan oleh Öznur (Ebru Kaymakci) sang pengirim santet, momen menjijikan sekaligus melibatkan banyak darah tampil dengan begitu eksplisit.

Siccîn seperti yang telah saya singgung terjebak penyakit yang sering menimpa sebuah film horor, dimana kemunculan sang hantu maupun dampak dari santet usus babi tiap kali menimpa Nisa musik serampangan masuk, memecahkan gendang telinga. Sesekali scoring gubahan Ali Otyam memang begitu tepat guna, namun karena keseringan tiap kali musik serampangan masuk, menimbulkan kesan anoyying kala menontonnya. Pun dengan kehadiran twist yang sedari awal pun sudah tertebak, sehingga urung untuk menimbulkan daya kejut pasca menontonnya.

Ada peluang untuk menggarap filmnya masuk ke ranah psikologis, namun urung untuk dilakukan oleh Alper Mestçi yang lebih mengutamakan sisi lain dari filmnya agar terkesan begitu menyeramakan, sebut saja kehadiran sang nenek yang sudah sakit parah, riasan tata wajahnya begitu mengerikan, terlebih setelah kejadian yang melibatkan air panas, atau sosok anak Nisa yang tuna netra, Ceyda (Merve Ates).

Memasuki klimaks, semua penyebab terkuak. Momen yang ditunggu ini menghadirkan sebuah twist yang terkesan usang. Nihil daya kejut, kala kamera menyoroti Nisa yang tengah di ruqyah oleh seorang Hoca. Pinar Caglar Genctürk piawai bermain ekspresi, ekspresinya begitu meyakinkan, membuat ketakutan yang ia alami seolah nyata di tengah tipisnya naskah film. Sang aktris leluasa berlakon, membangun karakternya begitu meyakinkan, meskipun elaborasi terkait eksekusinya sebatas mengulang dan mengulang kejadian yang sama.

SCORE : 2.5/5

Posting Komentar

0 Komentar