Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

OPERATION CHROMITE (2016)

Hal pertama yang membuat saya ingin sekali menonton film ini jelas adanya ketika melihat jajaran nama para cast, terutama keterlibatan Liam Neeson sebagai salah satu penggerak poros cerita. Ya, terlihat sebuah hal yang menjanjikan ketika hadirnya seorang tokoh besar dalam perfilman Asia, itulah impresi awal yang saya rasakan, sehingga kala menyaksikan film ini begitu antusias melihat kemampuan sang tokoh dalam bermain film Asia yang menurut saya jelas sebuah nuansa yang berbeda. Operation Chromite mengangkat perseteruan Korea Selatan dengan Korea Utara di tahun 1950, yang kala itu Seoul tengah di perebutkan.

Seoul memang berada di tangan Korea Utara selama tiga hari dalam menginvasi Korea Selatan. Mengetahui hal itu, Korean Peninsula yang berada di bawah komando Jenderal Douglas MacArthur (Liam Neeson) berusaha untuk lepas dari belenggu tirani serta kekuasaan Korea Utara dengan menjalankan sebuah misi bernama Operation Chromite. Maka, ditugaskanlah Kapten Jang Hak-soo (Lee Jung-jae) untuk menjalankan misi tersebut dengan kode "X-Ray" yang mengharuskannya untuk menyamar menjadi anggota tentara Korea Utara guna menyelinap masuk ke markas musuh di Pyongyang yang di pimpin oleh Lim Gye-jin (Lee Bum-soo)

Selain menghadirkan sebuah aksi heroisme, yang saya suka dari sebuah film bertema war adalah bagaimana cara sang sutradara turut melibatkan emosi pada karakternya, ini adalah yang terpenting dalam perwujudan semua itu. Operation Chromite jelas mempunyai itu, kala tanah air tempat tinggal di kuasai, hak penduduk di kebiri maka di lakukan perlawanan untuk mengembalikan harga diri. John H. Lee (Lee Jae-han) sang sutradara nyatanya mampu membangun semua itu lewat sebuah action spy thriller yang cukup mumpuni.

Daripada memfokuskannya ke ranah war, Jae-han lebih condong memfokuskan filmnya ke ranah action spy thriller yang mana keadaannya disini memfasilitasi konspirasi untuk melangsungkan sebuah aksi di Incheon. Aksinya berjalan cukup menarik kala ketegangan dalam menjalankan misi kian di paju kencang, tembak-menembak kian terjadi dan darah kian di tumpahkan menciptaan nuansa yang begitu menegangkan sekaligus mengasyikkan kala bersamaan. Tak hanya itu saja kebrutalan terhadap aksi pun di tampilkan lewat beberapa adegan violence yang cukup membuat kita bergidik, sebut saja adegan penembakan denga mata di tutup atau kekerasan terhadap perempuan.

Menuju paruh ketiga, Jae-han turut melibatkan banyak korban yang kemudian membuat alurnya berjalan ke ranah drama dan politik. Memang di paruh ini terkesan generik, namun upaya untuk menjaga atensi penonton tak pernah sirna, Jae-han tetap menjaga atensi begitu rapat dan kuat meskipun cerita sendiri terasa sedikit longgar. Lee Jung-jae memfasilitasi misi heroisme dengan begitu meyakinkan, menyulut bangga sekaligus haru disaat bersamaan. Lee Bum-soo sebagai villain tampil begitu menjengkelkan, membuat karakter Gye-jin adalah sosok terkutuk sekaligus wajib untuk di benci. Yang justru sangat di sayangkan adalah kehadiran Liam Neeson yang tampil terbatas, padahal kharisma sebagai Jenderal sangatlah kharismatik.

Operation Chromite jelas masih mengikuti pakem sebuah film bergenre sama, menunjukkan perlawanan atas nama kebebasan. Meskipun demikian ia masih layak untuk di tonton berkat Jae-han yang piawai memainkan tensi, meskipun naskah Lee Man-hee begitu banyak yang harus di tambal. Sama seperti apa yang dirasakan karakternya, film ini menghadirkan sebuah heroisme dalam balutan drama yang untungnya tak berujung di-dramatisasi meskipun dalam peperangan sendiri kesedihan tumpah ruah, namun meskipun begitu rasa bangga terhadap sosok yang telah berjuang tak perlu untuk di tangsisi, hanya perlu untuk di kenang dan di junjung tinggi.

SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar