Kesuksesan Ngeri-Ngeri Sedap (baik secara kritik maupun finansial) tahun lalu membuka kesempatan bagi para sineas untuk mengangkat sekaligus menampilkan sisi lain dari budaya Indonesia lewat keberagamannya (termasuk penggunanan bahasa setempat yang cukup alot untuk meyakinkan produser). Memgikuti jejak tersebut adalah Onde Mande! yang menandai penyutradaraan seorang Paul Agusta (Kado Hari Jadi, Parts of the Heart, Kisah Dua Jendela) menjamah drama-komedi arus utama.
Alkisah di Sumatera Barat, tepatnya di Desa Sigiran tepi Danau Maninjau, seorang pria bernama Angku Wan (Musra Dahrizal) memenangkan sayembara senilai Rp. 2 miliar berkat undian sabun gemilang yang rutin ia ikuti. Namun, nasib berkata lain, sebelum sempat menerima uang tersebut, Angku Wan meninggal dunia.
Guna mengakali hadiah agar tak dilakukan pengundian ulang, Da Am (José Rizal Manua) yang menganggap Angku Wan sebagai ayahnya sendiri berniat menggunakan uang tersebut demi mewujudkan impian Angku Wan untuk membenahi Desa Sigiran. Dengan bantuan sang istri, Ni Ta (Jajang C. Noer), dan kedua anaknya, Si Mar (Shenina Cinnamon) dan Afdhal (Rivanzsa Alfath) permainan untuk membodohi perusahaan pun dimulai, terlebih selepas kedatangan Anwar (Emir Mahira), karyawan perusahaan yang dikirim untuk melakukan verifikasi ulang.
Naskah yang juga ditulis oleh Paul Agusta mengandalkan komedi situasi sebagai jualan, di mana seiring ide gila yang dicetuskan oleh Ni Ta selalu mengundang sebuah kekacauan seiring durasinya berjalan. Komedinya sendiri tampil fluktuatif, meski sulit rasanya untuk tak menyebut bahwa salah satu dialog yang dilontarkan Afdhal di kantor desa sebagai salah satu komedi yang pintar dan tepat sasaran, lengkap dengan transisi kamera yang memanfaatkan ketepatan timing.
Onde Mande! memang tak sempurna. Paruh awal durasinya cenderung lambat dan kurang mengikat selepas semua konflik awal yang langsung ditampilkan. Meskipun demikian, Onde Mande! sejatinya bukanlah tontonan kering kerontang yang menagandalkan proses aji mumpung, lewat tangan dingin Paul Agusta, filmnya selalu memiliki rasa tersendiri yang autentik lengkap dengan ambience yang dekat dengan kehidupan pedesaan yang terasa nyata.
Onde Mande! pun memiliki barisan pelakon mumpuni dengan beberapa pemain setempat yang mampu mengimbangi pelakon yang sudah memiliki jam terbang tinggi. Baik Jajang C. Noer maupun Shenina Cinnamon, keduanya berperan senagai wanita yang tak kalah tangguh dan penting dari dominasi pria yang turut menyalurkan beragam ide gila, Emir Mahira seolah membuktikan bahwa semenjak keputusan kembali ke dunia yang membesarkan namanya tahun lalu, ia semakin memantapkan bahwa ia adalah aktor yang memiliki performa dengan kadar emosi sederhana namun mengena. Sementara MVP jatuh kepada José Rizal Manua yang memerankan sosok bapak dengan segala kepanikan miliknya-yang senantiasa memancing tawa.
Selanjutnya, Onde Mande! pun turut memperluas cakupan narasi dengan membagi tempat ke Jakarta, di mana saudara bernama Huda (Shahabi Sakri) dan Hadi (Ajil Ditto) turut mencari jalan lain yang lebih layak daripada mengandalkan kebohongan mengikuti perintah Haji Ilyas (Yusril Katil), ayahnya yang menolak keras ajakan Da Am guna mengakali situasi ini. Transisi antar lini sejatinya cukup rapi, meski meninggalkan kesan penuh kebetulan guna melangkahkan naskahnya ke sebuah twist diluar dugaan.
Ya, third-act-nya praktis mengandalkan sebuah twist yang meski masih bisa diterima kehadirannya, sedikit melemahkan penceritaan berkat keputusan yang urung menggali lebih dalam selain sebatas menjual shock therapy sebagaimana yang judulnya terapkan. Alhasil, dampak emosi pun urung terasa sebagaimana mestinya sebuah kebenaran sesunguhnya terungkap.
Didedikasikan untuk sang ayah, Paul seolah memberikan surat cinta bagi tanah air dan keluarga terkasih lewat karya yang konon membutuhkan waktu 20 tahun untuk merealisasikannya. Jika merunut pada tujuan itu, Onde Mande! memang berhasil secara tujuan, sekaligus kembali mengingatkan bahwa "semuanya akan kembali ke rumah".
SCORE : 3/5
0 Komentar