An Action Hero memperkenalkan kita pada Maanav (Ayushmann Khurrana) yang sesuai dengan judulnya adalah seorang "pahlawan aksi" di sebuah film. Berbeda dengan kebanyakan aktor lainnya, Maanav kesulitan untuk marah, tak ayal ia selalu meminta perpanjangan waktu supaya adegan yang ia lakukan tampil maksimal. Suatu ketika, ia tengah melangsungkan proses syuting di Haryana, para penggemar begitu memujanya bahkan meneriaki untuk sekedar meminta foto dan tanda tangan, termasuk Vicky Solanki (Sumit Singh), seorang politisi lokal yang berharap fotonya bersama Maanav akan menambah jumlah suara.
Maanav adalah seorang yang perfeksionis. Ia menolak memberikan waktu 2 menit untuk memberikan foto di tengah kegiatan syutingnya. Merasa geram akan hal itu membawa Vicky Solanki mengikuti Maanav yang pemesanan mobil mustangnya baru saja tiba, dan berujung pada sebuah insiden pembunuhan "tak direncanakan" yang dilakukan oleh Maanav setelah perlakuan kasar Vicky.
Maanav yang dihantui rasa bersalah (meski ia enggan mengakui dirinya adalah seorang pembunuh) kemudian melarikan diri ke London (mengikuti contoh Nirav Modi dan Vijay Mallya) untuk sekedar menenangkan diri-yang justru membawanya kembali berurusan dengan masalah yang tak kalah besar, ketika Bhoora Solanki (Jaideep Ahlawat), politikus setempat sekaligus kakak Vicky, berniat untuk membalas kematian sang adik dengan membunuh Maanav ditangannya sendiri, sebelum polisi menangkapnya.
An Action Hero menampilkan sisi lain dari dunia selebriti yang begitu dipuja dan diagungkan oleh masyarakat. Sebagaimana Fan (2016) menampilkan hal yang serupa, An Action Hero mendorongnya lebih jauh sembari memberikan sebuah penekanan pada sebuah pekerjaan yang biasa ia lakukan. Seorang aktor dituntut untuk melakukan sandiwara dan tipu daya sebagaimana pekerjaannya, pun demikian dengan Maanav yang memanfaatkan keahlian dan popularitasnya.
Disutradarai oleh Anirudh Iyer, yang juga merupakan sang empunya cerita dengan bantuan naskah dari Neeraj Yadav (Gorkha), skala An Action Hero memang jauh dari kata luas, barisan aksinya sebatas melibatkan kota London dengan segala praktikal aksi yang jauh dari sebuah pembaharuan. Meski demikian, pacing-nya sendiri tetap terjaga, selalu memberikan sebuah tensi tanpa pernah terasa mengendur.
Ayushmann Khurrana yang kali ini dalam peran yang berbeda (murni sebagai film aksi pertamanya) tampil cukup berkharisma layaknya seorang aktor dengan segala kesombongannya. Sementara Jaideep Ahlawat mampu menjadi tandem yang sepadan. Saya amat menyukai bagaimana chemistry keduanya dalam melahirkan sebuah dark comedy, yang meski klise-namun mampu memberikan sebuah jeda untuk sebuah tawa yang seharusnya bermuara.
An Action Hero turut menyelipkan sentilan terhadap dunia selebriti pula para pelaku industri yang juga di dalamnya melibatkan media massa, yang dengan gampang percaya atau memihak pada sebuah kepalsuan yang lantas dijadikan sebuah kebenaran. Demikian sebaliknya. Pesannya memang relevan, namun usaha untuk menuju momen tersebut dirasa kurang mulus berjalan.
Konklusinya membenarkan tindakan itu, meski kentara transisi untuk membuka sebuah korelasi selanjutnya tersaji cukup kasar. Entah ini perihal durasi maupun kurangnya sebuah urgensi, An Action Hero untungnya masih sebuah sajian yang layak untuk disaksikan, meski berbicara perihal kesempurnaan, filmnya sendiri masih memiliki beberapa pekerjaan rumah yang mesti di selesaikan.
SCORE : 3.5/5
0 Komentar