Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - THAI MASSAGE (2022)

 

Thai Massage mengikuti pakem narasi sinema Hindi dalam melemparkan sebuah isu tabu yang acap kali bertentangan dengan moralitas masyarakat yang menurutya begitu abu-abu. Jika Badhaai Ho (2018) mengetengahkan kehamilan seorang wanita tua sebagai persoalan, maka Thai Massage menyoroti seorang duda pensiunan yang dua hari lagi menginjak usia 70 tahun, mempertanyakan kejantanannya setelah mengalami disfungsi ereksi.


Pria tua renta itu bernama Atmaram Dubey (Gajraj Rao), pasca ditinggalkan oleh sang istri selama 22 tahun mendadak putus asa selepas sebuah acara televisi mewartakan masalah disfungsi ereksi. Tentu, kita tahu bahwasannya menginjak usia tua, seseorang cenderung akan bertingkah layaknya anak-anak, demikian pula dengan Atmaram yang di sisa umur dan hidupnya ingin sekali lagi merasakan hubungan seksual.


Beragam cara ia lakukan, termasuk dengan menonton video porno di komputer milik sang cucu-yang lantas dihukum oleh anaknya. Merasa hidupnya hancur, Atmaram kemudian memutuskan untuk bunuh diri dengan meloncat di sebuah jembatan-yang kemudian mempertemukannya dengan seorang pria kikuk bernama Santulan Kumar (Divyendu Sharma), pegawai salon yang membantu permasalahan Atmaram dengan segala kemungkinan yang bisa saja ia lakukan.


Mulai dari mengantarkannya ke orang pintar yang menganjurkannya untuk mengkonsumsi bawang secara mentah hingga puncaknya melakukan perjalanan ke Thailand dengan segala paspor dan pesawat yang telah ia siapkan. Mengapa Thailand yang dipilih? Seperti yang kita tahu Thailand adalah surga dunia pemuas hasrat pula terpenting, menurut Santulan di sana Atmaram bisa melakukan 'boom-boom' dengan wanita di sebuah kartu nama salah satu pelanggan salonnya.


Ditulis sekaligus disutradarai oleh Mangesh Hadawale (Dekh Indian Circus, Chalo Jeete Hain, Malaal), Thai Massage adalah dramedi perjalanan pencarian keinginan yang dikemas secara perlahan, kita mengenal karakternya terlebih dahulu, memahami motivasinya sebelum dibenturkan dengan keadaan yang membuatnya seolah terancam. Ada sebuah komparasi mengenai mimpi dan kenyataan yang saling terdistraksi yang menarik untuk kemudian dikulik. Itu sejatinya berhasil mengambil atensi meski setelahnya seolah berjalan sendiri.


Gajraj Rao adalah kekuatan film ini. Ketika ia melakoni adegan komedi, senyum simpul dapat dirasakan oleh penonton. Pun, tatkala ia masuk ke mode drama, perasaan ingin mengusap bahu dan kemudian memeluknya amat terasa. Gajraj Rao sempurna menampilkan sebuah dilema orang tua yang tengah memasuki masa renta dengan segala macam keinginannnya yang selalu terbentur usia dan pola "seharusnya orang tua".


Dipersentasikan secara back-to-back memang dirasa akan lebih memberikan sebuah dampak domino, meski nyatanya Thai Massage juga kerap teseok-seok tatkala pengadegannya kerap berlarut-larut dalam memberikan sebuah penebusan yang melebihi batasan. Beruntung, ia tak sampai keluar jalur meski sekali lagi peralihan transisi yang dilakukannya terasa kurang lembut, namun dapat dipahami.


Ketika perjalanan di Thailand, Atmaram bertemu dengan seorang travel blogger asal Rusia bernama Rita (Alina Zasobina) yang memberikan pengalaman sekaligus cerita baru bagi kehidupannya. Hubungan keduanya menarik untuk disimak, tak mempermasalahkan ataupun memperdebatkan bentangan usia, melainkan lupan untuk saling memahami dan mengerti satu sama lain. Adegan di Danau Khao Sok selain indah karena bentangan alamnya, terasa intim karena kita melihat dua manusia yang tengah berdamai dengan kehidupannya.


Konklusinya mungkin mengambil jalur aman, meski kembali menampilkan kehangatan dalam sebuah perayaan ulang tahun tempat di mana keluarga, kerabat dan saudara berkumpul merayakan salah satu esensi kehidupan perihal menerima dan memaafkan.


SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar