Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - RASHTRA KAVACH OM (2022)

 

Om: The Battle Within. Demikian awal mula judul film ini sebelum diubah menjadi Rashtra Kavach Om (Om Perisai/pelindung Negara) yang sarat akan unsur patriotisme, pun beberapa kali para karakternya dalam filmnya dengan lantang mengucapkan nada semangat juang semisal Jai Hind atau Jai Bhavani. Melihat kondisi ini, saya sendiri sudah tidak kaget maupun terkejut perihal hasil akhir dari filmnya yang sebagaimana tujuannya dibuat, semata-mata demi menampilkan karakter patriotik yang cinta negara secara buta.


Dikisahkan, Om (Aditya Roy Kapur) adalah tentara berdidikasi sekaligus "mesin pembunuh" yang dikirim untuk menyelamatkan aset negara. Pembukanya menampilkan hal itu ketika Om yang terjun dari helikopter membabat habis musuh di sebuah kapal air tanpa tedeng aling-aling sebelum akhirnya tertembak di kepala dan bahkan menembus otaknya.


Selang 3 bulan koma, Om kemudian pulih setelah dirawat oleh agen sekaligus dokter bernama Kavya (Sanjana Sanghi) dengan memorinya yang hilang dan hanya mengenali dirinya sebagai Rishi, sementara sesosok pria bernama Dev (Jackie Shroff) selalu membayangi pikirannya beserta sebuah tragedi kebakaran di masa kecil, menolak fakta bahwa dia adalah putra dari seorang perwira Jai Rathore (Ashutosh Rana).


Belakangan diketahui bahwa pria yang selalu membayangi pikirannya adalah sang ayah, ilmuwan yang memilih untuk mengkhianati negara dengan membawa kavach (perisai pelindung/penangkal nuklir). Om yang berusaha mencerna semuanya kembali ditunjuk untuk menjalankan misi negara untuk merebut kembali kavach dan menangkap dalang dibalik semuanya.


Ditulis naskahnya oleh Raj Saluja dan Niket Pandey, Rashtra Kavach Om mengikuti pola serupa kebanyakan film bertemakan misi patriotisme, bahkan perasaan deja vu tatkala menontonnya banyak mengingatkan saya dengan seri Baaghi-nya Tiger Shroff yang digantikan dengan Aditya Roy Kapur di mana sekuen action diluar nalar yang jelas-jelas tak perlu menggunakan logika lengkap dengan pengadeganan slow-motion diterapkan. Saya menyadri filmnya sebagaimana tujuannya, namun hal krusial bukan sepenuhnya terletak di sana melainkan naskahnya yang kentara nihil kontuniti.


Ya, selang setengah jam per durasi Rashtra Kavach Om gemar melempar narasi baru yang memang memperkaya filmnya diatas kertas namun tidak dengan pengarahannya yang serba acak, seolah menyepelekan dan kembali ke momen selanjutnya. Singkatnya, pengadeganan Kapil Verma banyak dipenuhi momen draggy.


Aditya Roy Kapur adalah nyawa film ini, memamerkan segala aksi dengan biceps-nya yang menyatakan bahwa dirinya berlatih keras untuk film ini, meski kembali karakternya teramat cacat untuk bisa dikatakan kompleks. Sanjana Sanghi unjuk gigi dengan aksinya meski karakternya setipis kertas dan seolah kekurangan nyawa. Tunggu keputusan akhirnya yang amat menjengkelkan atas dasar bela negara bersama sesama agennya bernama Arslan (Rohit Chaudhary) yang sontak membuat saya berujar kasar.


Tak banyak yang perlu dibahas dari Rashtra Kavach Om yang sampai tulisan ini dibuat pun saya masih terbayang bagaimana malasnya film ini dalam menafsirkan sebuah hiburan yang secara asal tanpa memperhatikan kaidah yang seharusnya diterapkan. Memang, film bukanlah sebuah ilmu pasti, tapi ketika itu dirilis secara terbuka di bioskop maupun platform digital itu bukan lagi milik si empunya film.


SCORE : 1.5/5

Posting Komentar

0 Komentar