Sebelumnya, The Avengers (2012) hingga Captain America: Civil War (2016) telah menyajikan sebuah crossover event menawan dari Marvel Cinematic Universe (MCU). Namun, sejak kehadiran Avengers: Infinity War semuanya nampak kerdil. Infinity War seolah memberikan terobosan baru pula bagaimana sebuah crossover event di buat. Sebuah sajian ambisius, bombastis, menawan, menggetarkan sekaligus melemahkan hati pasca menontonnya. Inilah contoh bagaimana sebuah sajian komplit nan intens dibuat.
Seperti yang telah kita ketahui, The Avengers kali ini akan menghadapi sosok-yang lebih kuat dari biasanya. Ialah Thanos (Josh Brolin) yang sejak kemunculan perdananya di Guardians of the Galaxy (2014) berhasrat penuh untuk menguasai dunia, atau lebih tepatnya menyeimbangkan kehidupan dunia. Melalui Infinity Stones-semuanya dapat terlaksana. Thanos mulai mengumpulkan infinity stones-yang tersebar di dunia, termasuk dari tangan personil The Avengers.
Guna mencegah invasi Thanos. The Avengers di bagi menjadi beberapa kelompok. Tony Stark alias Iron Man (Robert Downey Jr.) menanti Thanos di planet Titan bersama Spider-Man (Tom Holland) sekaligus melindungi Time Stones-yang dimiliki Doctor Strange (Benedict Cumberbatch). Sementara di bumi, tepatnya Wakanda, Steve Rogers alias Captain America (Chris Evans) bergabung bersama Black Panther (Chadwick Boseman) serta Black Widow (Scarlett Johansson) guna mencegah Thanos mengambil Mind Stone yang menghidupkan Vision (Paul Bettany). Di sisi lain, Thor (Chris Hemsworth) bersama Rocket (Bradley Cooper) dan Groot (Vin Diesel) berusaha menciptakan senjata untuk mengahahkan Mad Titan. Sedangkan Star-Lord (Chris Pratt) memimpin pasukan Guardians untuk melakukan serbuan dadakan.
Konsekuensi dalam memberikan cabang cerita-yang ditulis oleh Christopher Markus dan Stephen McFeely ditanggung oleh Russo Brothers (Captain America: The Winter Soldier, Captain America: Civil War) dalam menciptakan sebuah adegan. Russo Brothers jelas paham betul bagaimana menciptakan sebuah sekuen aksi bombastis berbekal pengalaman sebelumnya, sekuen pembuka Infinity War menghadirkan sebuah pengalaman sinematik yang meraih atensi penuh, mencengkram dan memberikan sebuah kesengangan secara bersamaan.
Infinity War mempunyai Thanos. Super-villain-yang kembali masuk dalam deretan villain terbaik buatan MCU pasca Killmonger. Thanos merupakan seorang Mad Titan-yang layak dibenci karena ingin memusnahkan separuh populasi dunia-yang menurutnya akan berjalan lebih baik. Namun, kita pun turut bersimpati kepadanya-meski sukar untuk dibenarkan. Russo Brothers sempat memperlihatkan sisi baik Thanos-yang manusiawi, ia ternyata memili hati dalam segala tindak-tanduknya, Bahkan, dalam salah satu adegan, Thanos pun sempat rapuh kala dihadapkan pada sebuah pilihan sulit. Inilah bukti Thanos ternyata memiliki hati.
Selain sebuah parade aksi menyenangkan dan mendebarkan, Infinity War menghadirkan sebuah impresi lain-yang jarang dimiliki film bertemakan superhero, yakni terkait sebuah emosi-yang dirasakan para karakternya kala menghadapi sebuah bahya sebelum menuju ke sebuah proses paling menyedihkan terkait merelakan. Infinity War sukses menghadirkan sebuah ikatan emosi berdasar cinta yang tinggi (ikatan kekasih, keluarga, sahabat dekat) melalui relasi antar tokoh superhero ini, Scarlett Witch (Elizabeth Olsen) dengan Vision, Thor-Loki (Tom Hiddleston), Tony Stark-Peter Parker, hingga Peter Quill alias Star-Lord bersama Gamora (Zoe Saldana).
Berlangsung selama 149 menit, Infinity War adalah sebuah sajian intens, mengikat dan memikat secara bersamaan. Russo Brothers kembali menyajikan sebuah pertempuran epik penuh rasa-yang berkat bantuan tim editing Jeffrey Ford dam Matthew Schmdit begitu terlihat nyata. Infinity War menjadi sebuah momen langka di mana sebagian nyawa (ini bukan spoiler) menghilang. Ada sebuah pengorbanan-yang harus dilakukan menuju sebuah kemenangan-yang sukar untuk ditegakkan.
Pun, guna menyeimbangkan tuturan aksi, sekaligus memberikan jeda kepada penonton. Russo Brothers memberikan sentuhan komikal pada karakternya-yang man sukses memberikan sebuah gelak tawa tersendiri kala masing-masing karakter yang tak pernah bertemu sebelumnya dipertemukan dalam satu medan aksi. Sebutlah tingkat Rocket-yang berkata spontan, kekakuan Stephen Strange hingga kecanggungan Banner alias Hulk (Mark Ruffalo).
Menuju konklusi, Infinity War membungkus sebuah sekuen aksi bercampur emosi. Ketika Wakanda menjadi saksi datangnya The Outriders-yang kemudian di susul sang Mad Titan dalam merealisasikan rencananya. Dari sini sebuah momen sakral tercipta, sebuah kulminasi di mana perjuangan setengah mati di lakukan. Infinity War memberikan sebuah impresi yang mengendap lama di pikiran, memberikan sebuah kesan yang sulit untuk dilupakan.
SCORE : 4.5/5
0 Komentar