Menyusul selanjutnya adalah Aku Lupa Aku Luka yang pendekatannya lebih condong ke mystery, thriller ketimbang horror yang sebatas dijadikan tempelan. Disutradarai oleh Dyan Sunu Prastowo (Tentang Rindu, Pesan di Balik Awan) judulnya sendiri merujuk pada Laura (Salshabilla Adriani) yang melakukan pendakian demi mewujudkan keinginan terakhir saudara kembarnya yang telah meninggal. Laura yang pergi sendirian mendapati sebuah insiden pasca dirinya hendak buang air kecil, seseorang bertopeng menikamnya.
Bangun dalam keadaan tak sadar, Laura lantas menusuri jalan setapak yang mempertemukannya dengan Rey (Junior Roberts) dan membawanya ke rumah Albert (Dewa Dayana) yang sedari pandangan pertama terlihat tak menyukai Laura. Dari sinilah pencarian seorang Laura di mulai, yang semakin rumit tatakala muncul hantu yang terus mengintainya di balik rumah yang perlu dipertanyakan keamanannya.
Aku Lupa Aku Luka tampil straight to the point, di mana hanya butuh waktu 60 menit saja guna menggulirkan pengisahannya yang dibilang tampil padat. Keputusan ini tentu tepat, di mana penonton tak butuh waktu lama guna ikut masuk ke dalam penceritaannya yang hendak menyibak sebuah tanya, meski pada penuturannya sendiri tak selalu berjalan seperti semestinya. Sebutlah mengenai motif salah satu karakternya yang dibiarkan berlalu begitu saja atau sengaja diperumit padahal penokohannya setipis kertas.
Rumah Albert memang jauh dari keramaian dan terpencil, yang mengharuskannya memasok barang kebutuhan berupa makanan dan rokok kepada Doni (Jerome Kurnia), yang menambah lagi tokoh dalam filmnya. Sementara di luar tepatnya di rute pendakian, sering kali memberitakan orang hilang, kebanyakan adalah perempuan muda yang setelah hari pertama mendaki-raib keberadaannya.
Ini kontras dengan apa yang terjadi pada Laura, yang membuat Rey pula Albert menyelidiki akar permasalahannya yang diselesikan teramat buru-buru. Ditulis naskahnya oleh Eimiria Tamsyarina (Pesan di Balik Awan), Aku Lupa Aku Luka sebatas mengecoh dan mempermainkan tanpa ingin terlibat secara lebih dalam, paling kentara adalah motif pelaku utamanya yang sebatas dijabarkan dengan secuil alasan yang lagi-lagi sudah banyak dijamah film horror lokal belakangan yang perlahan mulai ditinggalkan. Bisa dimengerti, namun kurang untuk dipahami.
Pun, seperti yang telah saya singgung, keberadaan penampakan hantunya sendiri benar-benar tak berguna-meski dalam sebuah adegan ditampilkan cukup mumpuni dengan riasan sederhana sarat keseraman. Pada akhirnya, Aku Lupa Aku Luka adalah tontonan yang hanya mengandalkan twist, beberapa hint memang dilakukan, namun gampang untuk dipecahkan, terlebih setelah melihat sang pelaku utama dengan tatto ditubuhnya, bagi yang sering menonton atau bahkan sudah mengetahui apa yang saya maksud, mudah menyimpulkan bahwa sang pelaku adalah ...........
SCORE : 2/5
0 Komentar