Sah-sah
saja menurut saya jika sebuah film horor dengan segala keabsurditasnya
meneror penonton dengan cara masing-masing yang bisa di bilang aneh jika
selama kualitas oke dan eksekusi mumpuni. Video Maut mencoba membawa
penonton lewat teror media video handphone. Its like The Rings with the
label cheap.
Berniat berlibur sambil berkumpul bersama (baca : seks) Maya
(DJ Rizuka) dan para teman-teman serta sang pacar (Arick Pramana, Mega
Puspitasari, dll) berlibur di sebuah villa, masalah timbul tatkala sang
pacar mengajak Maya berhubungan seks, Maya pun menyetujuinya, dan itu
semua berakhir tatkala Maya mengetahui bahwa ada video rekaman jatuh
dari sudut ruangan. Disanalah teror muncul dan melibatkan banyak korban
berjatuhan.
Jika The Rings punya teror hantu Sadako, maka
lain halnya dengan Video Maut yang mempunyai teror rekaman adegan seks
yang kemudian dengan tampilan hantu di akhir rekaman.George Hutabarat
dibawah sokongan naskah Ashivery Kumar seperti yang kamu baca diatas
menggunakan teror lewat video cheap a la The Rings dimana seseorang yang
melihat video tersebut akan menemui azal mereka. Memang sebuah trik
yang murahan, dimana Hutabarat disini hanya menggunakan teror video
dengan latar belakang yang bisa dibilang dipaksakan, potensi sebuah
teror untuk membangun atensi cerita, kita tahu video itu pembawa petaka,
namun sangat tak masuk akal adalah kita melihat video seks yang
biasanya dipenuhi dengan nafsu birahi kemudian digunakan sebagai ajang
pembawa maut dengan latar belakang yang kurang dalam.
Saya
tidak menyalahkan bagaimana sutradara mengumbar aurat sang aktris, toh
saya bukan pemuka agama atau rasis tatkala melihat adegan seseorang
melakukan hubungan seksual dan saya juga cukup menikmati adegannya (eh
keceplosan). Tapi, yang jadi masalah disini adalah cara sutradara
meneror calon penghias layar dimana banyak karakter sebagai korban
selanjutnya adalah langkah yang klasik dan langkah yang bisa di poles
itu kemudian di perparah oleh naskah yang urung memberikan sebuah teror
yang mencekam dan jauh dari kesan horor, terasa aneh memang jika film
horor kehilangan rasa horornya, dan dikemudian dicampur dengan aspek
penyelidikan polisi dan kedokteran, dan yang secara mengejutkan adalah
dokter itu bisa mengetahui pasien dalam kondisi kerasukan tanpa
melakukan riset ataupun rongsen, hebat dan konyol bukan? Berbagai macam
plothole lainnya kian terjadi dengan tambahan dialog yang sangat sangat
dan sangat dangkal seperti cerita dan eksekusi.
SCORE : 1/5
0 Komentar