Dukun adalah sebuah karya yang sakral berkat pemanfaatan unsur mistis yang melekat kuat mengisi narasi alih-alih hanya sebagai pelengkap durasi. Seperti halnya di Indonesia, masyarakat Malaysia pun lekat dengan unsur mistis, ini yang menjadi pondasi kuat dari Dukun yang dimanfaatkan oleh Dain Said (Bunohan: Return to Murder, Interchange) perihal penceritaan yang terdiri dari tiga elemen yang saling bertautan: thriller persidangan, misteri pembunuhan hingga horor supranatural. Menariknya, elemen yang terakhir disebut justru tampil kurang dominan-meski sukses melukiskan scary imageries.
Terinspirasi dari kisah nyata mengenai kasus pembunuhan yang dilakukan Mona Fandey, mantan penyanyi sekaligus bomoh (dukun) yang membunuh dan kemudian memutilasi salah satu kliennya, politikus Mazlan Idri, menjadi 18 bagian pada tahun 1993 sebagai bagian ritual. Perbuatan ini menarik nama Mona Fandey pada ruang persidangan yang melibatkan para tokoh penting sekalipun, tak hanya kontroversial, kasusnya merupakan salah satu kasus paling pelik karena ketiadaan bukti jelas yang kemudian menyeret pada ranah mistis. Ini pula yang menimpa filmnya yang sempat tersendat, yang awalnya dicanangkan tayang pada tahun 2007 dan kemudian tayang pasca 11 tahun berselang.
Nama Mona Fandey diganti dengan Diana (Umie Aida). Bukan sebuah kekeliruan, pasalnya album pertama Mona Fandey bertajuk Diana I yang sedari aal durasi kita melihat ia tengah mendekam di penjara pasca menghabisi sang klien, Datuk Jefri (Adlin Aman Ramlie) yang selalu tenang menanti dakwaan, menolak para pengacara dan kemudian menyetujui pengacara ke-24 di tangan Karim (Faizal Hussein), seorang pengacara yang menawarkan diri sembari mencari kejelasan mengenai puterinya yang hilang. Di tempat lain, Talib (Nam Ron) dan bawahannya, Shah (Bront Palarae) dari pihak kepolisian tengah menyelidiki kasus tersebut, dikejutkan dengan beragam penelitian yang menggiring keduanya pada setumpuk rahasia kelam.
Naskah buatan Huzir Sulaiman selaku pengadaptasi lepas hanya memoles, menjalankan narasi dari kisah nyata dengan sedikit sentuhan modernisasi. Sempat menyatroni sebuah kekeliruan kala pengenalan karakter, di mana fase tiga elemen saling bercampur, setidaknya itu mereda pasca Dain Said merangkai sebuah benang merah yang saling bertautan, memfokuskan kisahnya bermuara pada sebuah twist yang luar biasa menawan.
Aspek terbaik datang dari ruang persidangan, di mana Karim sang pembela Diana dihadapkan pada jaksa penuntut (Chew Kin Wah). Dari sini, beragam alasan nyata mulai merebak, karakter sebagai saksi perbuatan Diana mulai ditampilkan yang menggiring kita pada sebuah kepastian nyata mengenai kebenaran yang tak terduga. Dain Said sekali lagi berhasil memunculkan sebuah twist yang melibatkan para hubungan karakter dekat yang terselubung, yang untungnya mempunyai alasan yang jelas pula mudah untuk dipahami.
Tanpa performa menawan Umie Aida, rasanya nihil semuanya terlaksana. Sang aktris piawai bermain gestur biasa yang tampil kaya akan rasa misterius pula menyeramkan, lihat bagaimana Diana memilin rambut di tengah senyum sungging yang rasanya sulit untuk memudar. Pun, di lini pendukung Faizal Hussein tampil gemilang menggambarkan sosok pria di tengah kebingungan dan keterpaksaan membenarkan sebuah pernyataan yang sukar di terima akal sehat.
Pada tahun 2001 Mona Fandey dijatuhkan hukuman gantung. Konklusinya menampilkan hal demikian, meski tak ditampilkan secara eksplisit, aroma menyeramkan kian terendus lewat layar. Dukun memang kurang unsur horor, namun menilik pencapaian yang telah dilakukan, sukar rasanya untuk tak menyebut Dukun sebagai sebuah sajian menyeramkan di tengah kasus kontroversial yang tak akan lekang oleh zaman. Ini bukti nyata dari kekuatan mistis yang kita junjung pula percayai kebenarannya.
SCORE : 4/5
0 Komentar