Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

SERENDIPITY (2018)

Serendipity berarti kebetulan yang menyenangkan. Itu pula yang dirasakan Gibran (Maxime Bouttier) kala pertama kali bertemu dengan Rani (Mawar Eva De Jongh) di sekolah barunya. Impresi pertama dengan Rani memang tak berjalan mulus, pasalnya, Rani tak seperti kebanyakan teman sekelasnya yang menyambut kedatangan Gibran dengan suka cita (Gibran seorang vloggers terkenal). Seperti kebanyakan film bertemakan serupa, Gibran ingin membuat Rani bahagia, hingga ia pun memberikan secercah cahaya baru di kehidupan Rani yang telah dilanda kesedihan.
 
 
Rani baru saja putus dengan kekasihnya, Arkan (Kenny Austin) setelah Arkan mendapati Rani tengah berjalan bersama dengan seorang pria tua (let's call it oom-oom). Rani terpaksa menjadi seorang lady escort demi melunasi hutang peninggalan sang ayah. Naskah hasil tulisan Bagus Bramanti (Benyamin Biang Kerok, Yowis Ben) bersama Erisca Febriani (Dear Nathan, Dear Nathan Hello Salma) yang juga seorang penulis novel aslinya menggiring romantika kisah remaja pada sebuah situasi yang gelap. Namun, kurangnya elaborasi lebih menjadi sedikit kendala tatkala elemen gelap tersebut hanya sebatas penyulut konflik saja, terlebih semuanya dapat diselesaikan begitu saja.
 
 
Ini yang membuat sutradara Indra Gunawan (Dear Nathan, Dear Nathan Hello Salma) kelimpungan mengolahnya. Serendipity digarap terlalu mendayu-dayu dengan eksekusi yang serba instan. Terlebih, naskahnya juga kebingungan bagaiman mengakhiri konfliknya yang sarat akan sebuah simplifikasi. Alhasil, pesan terkait "merelakan" pun tumpul tanpa sebuah tendensi yang kuat.
 
 
Maxime Bouttier adalah magnet utama film ini. Karakternya yang sedikit ngehe namun memiliki kharisma yang kuat, tak ayal chemistry bersama Mawar De Jongh tersaji sedemikian manis, meski sangat disayangkan-kurangnya momen mereka untuk bersama menyulitkan kita untuk merasakan lebih. Ini bisa dimaklumi, kala Rani harus berbagi peran pula dengan Arkan yang dibawakan Kenny Austin dengan sangat kaku, terlebih kala ia dituntut melakoni adegan dramatik.
 
 
Kurangnya background keluarga Rani pula Arkan yang mengalami sebuah goncangan tak pernah ditinjau secara mendalam, terlebih konflik ini cukup sentral dalam penceritaan. Kemalasan bertutur pula penyelesaian terlalu menggampangkan kembali terulang. Setidaknya, seperti yang telah saya sebut diatas. Ini yang membuat saya urung untuk menyukai Serendipity lebih, terlebih karena penuturannya yang serba tanggung. Inilah yang disebut dengan zemblanity.
 
 
SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar