Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

TRIPLE THREAT (2019)

Menyatukan tiga mega bintang aksi Asia: Tony Jaa, Tiger Chen dan Iko Uwais tak lantas mengangkat derajat Triple Threat selaku aksi film khas The Expendables. Pasalnya, bagi sebuah film yang mengumpulkan para jagoan dalam satu layar, sudah menjadi sebuah kewajiban untuk mereka melangsungkan sebuah penyerangan bersama. Dari sini, kita dibuat terkesima melihatnya. Namun, sekali lagi, Triple Threat urung melakukan itu, ia malah mengkhianati sebuah "kewajiban" tersebut dengan memberikan sebuah sekuen solo bagi mereka.
 
 
Kesalahan tersebut tak jauh dari hasil tulisan naskah yang dikerjakan secara keroyokan: Joey O'Brian, Fangjing Song dan Paul Staheli yang luar biasa tipis nan penuh kemalasan dalam bertutur. Mereka membuka sebuah konflik dengan mengetengahkan Xian (Celina Jade), puteri konglomerat Cina yang menyisihkan hartanya guna menumpas korupsi dan sindikat kriminal. Sejurus kemudian, kita diajak untuk menyaksikan aksi yang terjadi di sebuah hutan, kala Payu (Tony Jaa) dan Long Fei (Tiger Chen) menjadi penunjuk jalan karena mereka mengira akan membantu sebuah misi penyelamatan. Rupanya ini menjadi titik balik bagi mereka, kala mereka diperdaya untuk membantu menyelamatkan Collins (Scott Adkins) guna membungkan Xian.
 
 
Dari sini, saya tak mengharapkan lebih kalau bukan sekedar menikmati guliran aksinya. Namun, sulit sekali untuk terjaga bahkan menikmati Triple Threat yang disutradarai oleh Jesse V. Johnson (Green Street Holligans 2, Accident Man) yang terlampau membingungkan pula menyalahi logika. Pertanyaan seputar mengapa repot-repot menjalankan sebuah misi yang bakal memperlebar situasi kalau hanya sebatas membunuh Xian di tengah harta yang banyak, tidakkah mereka sanggup menyewa pembunuh kelas satu?
 
 
Semuanya akan terus berlanjut, terlebih pasca kehadiran Jaka (Iko Uwais) sang penjaga kamp. Akibat kejadian tersebut, Jaka harus kehilangan sang istri, hingga nekat melakukan misi balas dendam. Pertanyaannya, jikalau hanya sebatas melakukan aksi balas dendam mengapa harus repot-repot memperbelit keadaan? Menjalankan sebuah trik yang sama saja tak berisi. Ini justru alasan mengapa Triple Threat berdurasi 90 menit lebih. Penguluran konflik sengaja dilaksanakan guna mencapai kuota durasi.
 
 
Saya belum menyebut keberadaan Jeeja Yanin, Michael Jai White pula Michael Bipsing yang serupa trio Tony-Iko-Tiger, mereka adalah tokoh ikonik dalam ranah action. Bukannya membuat dua kubu makin kuat pula hebat, sang sutradara kurang piawai memanfaatkan potensi mereka. Alhasil, terciptalah sekuen tembak-tembak-an yang medioker, pula kurangnya eksplorasi tehadap kemampuan bela diri para aktor sedikit mengecewakan para penggemar.
 
 
Ya, kelihaian Iko Uwais dalam silat tak ada eksplorasi lebih, hanya sebagai pelengkap di tengah mayoritas sekuen durasi menggunakan pistol pula pisau. Untungnya, gerak kamera dari Jonathan Hall mampu menangkap sekuen aksi supaya tersaji sedemikian terperinci, berkatnya, kita pun turut menyaksikan aksi Muay Thai milik Tony Jaa pula kegagahan Scott Adkins dalam bertarung. Meski tak berada pada tahap yang mengesankan sekalipun.
 
 
Hingga tatkala konklusi yang merupakan puncak terjadinya sekuen aksi. Semuanya tumpul begitu saja, seperti judulnya saya mengharapkan sebuah sekuen Triple Action yang malah ditawari aksi solo dari masing-masing tokohnya. Bukannya saya menolak, ini kan pengumpulan para mega bintang Asia, mengapa tak mewujudkan harapan itu? Bahkan Iko Uwais pun tak diberi kesempatan untuk membalaskan dendamnya dalam sebuah final action, padahal tokoh Jaka yang mempunyai motivasi yang kuat perihal kematian sang istri. Kalau berniat begitu, lantas apa makna dari judul Triple Threat?
 
 
SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar