Bertindak
sebagai sebuah sekuel langsung dari Halloween (1978) milik John
Carpenter yang mana dalam kasus ini turut mengenyahkan Halloween 2
(1981) yang menganggap bahwa Laurie Strode (Jamie Lee Curtis) bukan lagi
saudara kandung Michael Myers. Hal ini berlaku juga bahwa Halloween
H2O: 20 Years Later (1998) serta Halloween milik Rob Zombie tak pernah
terjadi. Di bawah tangan David Gordon
Green (George Washington, Pineapple Express), Danny McBride (Your
Highness) dan Jeff Fradley selaku penulis naskah, Halloween bukan hanya
sebatas menyajikan sebuah panggung pembantain bagi Michael Myers
melainkan turut mengubah modus operandi yang awalnya berawal dari sebuah
keluarga ke ranah untuk bertahan hidup.
Mengambil latar waktu 40 tahun pasca kejadian pertama, Michael Myers kini mendekam di sebuah rumah sakit jiwa dengan penjagaan yang super ketat. Sementara Laurie kini dilanda sebuah paranoid akut, menghabisan waktunya demi merubah hunian miliknya menjadi sebuah tempat persembunyian ketat. Hal itu jelas membuat hubungannya dengan sang anak, Karen (Judy Greer) renggang. Karen menganggap bahwa paranoid yang menimpa sang ibu terlalu berlebihan yang mana membuat Karen waktu itu menghabiskan hidupnya untuk belajar senjata. Sementara itu, Allyson (Andi Matichak) berusaha membuat hubungan ibu-anak itu kembali akur ditengah sebuah kepercayaan yang semakin luntur. Belum terlaksana memang, kala mereka harus kembali berhadapan dengan Michael pasca sebuah bus yang akan membawanya tiba-tiba mengalami kecelakaan. Michael Myers kini kembali meneror warga Haddonfield pada malam Halloween sekaligus melancarkan dendamnya terhadap Laurie.
David Gordon Green yang merangkap sebagai sutradara sejatinya masih mempertahankan esensi film pertamanya garapan Carpenter. Hal itu dapat kita lihat kala sebuah adegan pembuka membawa dua orang jurnalis, Dana (Rhian Rees) dan Aaron (Jefferson Hall), mengonfrontasi Michael di rumah sakit jiwa. Begitu mereka mengeluarkan topeng Michael, atmosfer seketika berubah. Pasien lain mendadak bertingkah manic sementara anjing terus menggonggong, seolah pertanda bahwa iblis tak kasat mata telah bangkit dari tidur panjangnya. Lalu filmnya melompat ke kredit pembuka lengkap dengan gambar labu serta iringan musik ikonik milik Carpenter. Hal ini jelas turut menciptakan sebuah momen nostalgic bagi sang penggemar.
Green tetap menampilkan sekuen yang kentara dengan sebuah sadisme khas Halloween, bedanya pembunuhan yang dilakukan Myers terjadi off-screen, tentu ini bertujuan menghindari gunting sensor pula merangkul para penonton yang sama sekali awam terhadap sumber materinya. Namun ia tetap mempertahankan esensi terhadap sebuah pembantaian, tetap kita akan melihat korban bertumpuk dengan keadaan mengenaskan, bahkan dalam Halloween versi terbaru ini, Green turut membuat Myers menghabisi seorang ibu rumah tangga pula seorang bayi sekalipun.
Selain sebagai sebuah sarana pembantaian bagi Michael, pun Green menjadikan karakter Laurie sedemikian kuat, kita dapat mengerti bahwa Laurie dilanda sebuah paranoid akut yang mempercayai bahwa suatu saat Michael akan kembali. Dan kini, Laurie dihadapkan pada ketakutannya yang mana menampilkan sebuah kondisi yang saling berhadapan. Jamie Lee Curtis membuat karakter Laurie sedemikian jelas motifnya, hal ini pun menyulut sebuah atensi tersendiri dari penonton. Pun kondisi kuat ditengah hati yang rapuh turut memperkuat karakter Laurie yang kini haris mengenyahkan ego dengan sang anak, demi mencapai satu tujuan, yakni menumpas Michael.
Konklusinya memberikan sebuah gambaran pasti kala Laurie berhadapan dengan Michael, ini adalah sebuah third-act terbaik yang ditampilkan Green sedari Halloween buatan Carpenter. Laurie bukan hanya sekedar korban tak berdaya, melainkan aktif mengejar Michael. Pun sebaliknya dengan Michael yang terus mengejar Laurie hingga mengerahkan seluruh kemampuan nekat miliknya. Ingin rasanya saya menjerit melihat adegan ini, kala jantung terus terpacu, mata terus tertuju, disinilah sebuah kepuasan muncul. “Happy Halloween, Michael!”
SCORE : 4/5
0 Komentar