Mendengar kata "Galih & Ratna" mungkin bukanlah sebuah nama yang
asing bagi kamu yang sering mengikuti perkembangan musik dan tentunya
layar lebar. Galih & Ratna bisa diibaratkan Romeo & Juliet,
Mirza & Shahiban atau Heer & Ranjha. Namun bedanya Galih &
Ratna bukanlah sebuah kisah romansa a la mereka, Galih & Ratna
adalah dua nama insan yang menjalin cinta yang bersemi
dari SMA. Mungkin kamu pernah mendengar sebuah film "Gita Cinta dari
SMA" yang dibintangi oleh pasangan layar hits pada waktu itu, ya Rano
Karno & Yessi Gusman yang berperan sebagai Galih & Ratna. Sebuah
Modernisasi memang yang dilakukan oleh Lucky Kuswandi (Selamat Pagi,
Malam) dimana disini ia bukanlah hanya menjual "ketenaran" saja,
melainkan sebuah nostalgia masa SMA yang manis lewat dua insan yang
saling mencinta ini, Galih & Ratna mungkin saja bisa jadi contoh
untuk perfilman Indonesia yang berlatarkan masa SMA.
Ratna (Sheryl Sheinafia) terpaksa menghabiskan tahun terakhir SMA di Bogor, tinggal bersama sang tante (Marissa Anita) disaat ayahnya (Hengky Tornado) pindah ke Australia demi urusan kerja. Disekolah barunya yang mungkin terasa asing kala ia masuk, Ratna justru bertemu dengan seorang pria yang pendiam dan misterius, namanya Galih (Refal Hady). Ratna pun terpikat oleh pesona Galih, Galih mungkin berbeda dengan Ratna, ia berasal dari keluarga yang kurang mampu yang mengharuskan sang ibu (Ayu Dyah Pasha) mengemban beban untuk menafkahi dua anaknya seorang diri pasca sang suami meninggal. Apalagi toko kaset mixtape "Nada Musik" peninggalan ayah mereka tak lagi dilirik oleh orang akibat perubahan jaman. Galih & Ratna bertemu, menjalin cinta yang bersemi di SMA, seraya mereka bersama menyokong mimpi masing-masing.
Ya, memang seperti yang saya sebut tadi, mayoritas publik lebih mengenal lagu "Galih & Ratna" milik Alm. Chrisye daripada mengenal filmnya sendiri "Gita Cinta dari SMA" pemilihan judul yang dilakukan oleh Lucky Kuswandi sendiri bukan hanya sembarang judul, pemilihan judul "Galih & Ratna" memang memiliki peranan penting tersendiri baginya, dimana disini fokus utama adalah mereka seperti yang tertera pada judul, naskah garapan Lucky Kuswandi bersama Fathan Todjon turut serta memberikan sebuah peranan penting yang melengkapi kisah mereka, yang membuat Galih & Ratna mempunyai sebuah pesona yang kuat. Ditemani dengn alunan usik yang terasa catchy, terdapat pula persentasi musik yang mungkin cukup berperan besar sebagai salah satu media pengokoh bagi cerita, ya, terkait sebuah kaset mixtape yang mungkin pada era sekarang jarang sekali ditemukan akibat dimakan usia dan jaman, namun penggunaan nuansa klasik itu bukan hanya sebatas hadir dan pergi begitu saja, media kaset mixtape menunjukan si pembuat akan sebuah "target" dan musik. Terkesan romantis memang karna selain ungapan rasa sang pembuat, terdapat pula sebuah effort besar akan sebuah usaha saat mencari dan merekam. Bandingkan dengan penggunaan aset CD yang memang begitu mudah dimasukan lewat laptop, paparan tersebut mampu memberikan kesan sweet tersendiri.
Awal bertemunya Galih & Ratna mungkin terkesan singkat dimana mereka saling suka sebelum penonton menaruh rasa suka terhadap keduanya. Kekurangan itu mampu ditebus oleh Lucky Kuswandi disini tatkala dua insan yang bernama Galih & Ratna ini makin terasa intens dan intim dalam berhubungan. Saya suka momen dimana Lucky sendiri membuat dua karakter utama ini saat merajut kasih serta menjalin cinta dalam sebuah status "pacaran" ia tak membuat karakter saling berdialog dalam buaian kalimat gombal, naskah yang ia lakukan disini lebih kepada bagaimana mereka saling kenal satu sama lain dalam sebuah obrolan kecil terkait cinta, musik serta mimpi dan masa depan. Sebab ungkapan cinta sendiri tak harus melulu identik dengan bertukar puisi, saling gombal atau saling memuji satu sama lain, cukup duduk dan berbicara terkait suatu hobi, musik dan mimpi serta masa depan pun dalam sorotan mata yang saling meyakinkanpun terasa romantis yang membuat mereka saling mengenal "isi" satu sama lain bukan nampak diluar saja.
Interaksi yang "renyah dan simple" pun turut menciptakan sebuah momen yang manis, tak berlebihan untuk erkesan romantis lewat dialog yang hiperbolis, tak lupa juga selipan humor yang mampu klop dengan cerita dan semua itu juga tak lepas dari tunjangan para cast. Marissa Anita selaku tante Ratna selalu menyuntikkan momen dengan semangat nan heboh dikemunculannya sehingga tak salah beberapa momen itu mampu memberikan sebuah senyuman tersendiri, Joko Anwar selaku guru galak nan tegas mampu membuat sebuah pesona tersendiri, dialog yang menggelitik serta celetukan pedas yang simple mampu membuatnya memiliki pesona tersendiri. Sheryl Sheinafia sebagai Ratna mampu membuat karakter Ratna yang manis serta keseimbangannya bermain komedi lengkap dengan tatapan berekspresi seperti tatkala ia menanyakan arti "Gita" kepada sang tante adalah sebuah performa berekspresi terbaik disini, sedangkan kehadiran Refal Hady sebagai Galih mempunyai sebuah charm luar biasa, ia mampu membuktikan bahwa untuk menjadi keren dan cool tak harus melulu berakting kaku dan sok cool cukup dengan penampilan sederhana yang menggugah jiwa.
Lucky Kuswandi juga mampu membuat narasi cerita tanpa terkesan over, konflik yang terjadi disini memang tak tampil heboh tapi simple namun terasa intens, misalnya konflik antar karakter yang mampu dijalanan secara dewasa tanpa terkesan nekat, belum lagi kekangan dari orang tua karakter yang bertolak belakang dengan karakter mampu memberikan sebuah kesan intens nan menggigit tanpa terkesan lebay untuk saling berargumentasi siapa yang lebih baik. Galih & Ratna adalah sebuah romansa yang oke tanpa adanya sebuah embel-embel kata serta adegan yang hiperbbolis, pendekatan ber-setting SMA namun terasa dewasa. Sejatinya mungkin latar SMA tak terlalu mendominasi, ini lebih kepada bagaimana dua insan saling memadu kasih, mengejar mimpi serta menggapai cita-cita mereka masing-masing. Just simple but feel look like awesome, belum lagi sinematografi dari bidikan kamera Arifin Cuunk turut sumbangsih memberikan sebuah suasana yang terkesan tenang mulai dari stuasi jalan raya serta rel kereta api terasa memikat, belum lagi kehadiran Rano Karno dan Yessi Gusman di opening terasa menyuntikkan momen nostalgia yang manis sama seperti hasil akhir dari Galih & Ratna.
Ratna (Sheryl Sheinafia) terpaksa menghabiskan tahun terakhir SMA di Bogor, tinggal bersama sang tante (Marissa Anita) disaat ayahnya (Hengky Tornado) pindah ke Australia demi urusan kerja. Disekolah barunya yang mungkin terasa asing kala ia masuk, Ratna justru bertemu dengan seorang pria yang pendiam dan misterius, namanya Galih (Refal Hady). Ratna pun terpikat oleh pesona Galih, Galih mungkin berbeda dengan Ratna, ia berasal dari keluarga yang kurang mampu yang mengharuskan sang ibu (Ayu Dyah Pasha) mengemban beban untuk menafkahi dua anaknya seorang diri pasca sang suami meninggal. Apalagi toko kaset mixtape "Nada Musik" peninggalan ayah mereka tak lagi dilirik oleh orang akibat perubahan jaman. Galih & Ratna bertemu, menjalin cinta yang bersemi di SMA, seraya mereka bersama menyokong mimpi masing-masing.
Ya, memang seperti yang saya sebut tadi, mayoritas publik lebih mengenal lagu "Galih & Ratna" milik Alm. Chrisye daripada mengenal filmnya sendiri "Gita Cinta dari SMA" pemilihan judul yang dilakukan oleh Lucky Kuswandi sendiri bukan hanya sembarang judul, pemilihan judul "Galih & Ratna" memang memiliki peranan penting tersendiri baginya, dimana disini fokus utama adalah mereka seperti yang tertera pada judul, naskah garapan Lucky Kuswandi bersama Fathan Todjon turut serta memberikan sebuah peranan penting yang melengkapi kisah mereka, yang membuat Galih & Ratna mempunyai sebuah pesona yang kuat. Ditemani dengn alunan usik yang terasa catchy, terdapat pula persentasi musik yang mungkin cukup berperan besar sebagai salah satu media pengokoh bagi cerita, ya, terkait sebuah kaset mixtape yang mungkin pada era sekarang jarang sekali ditemukan akibat dimakan usia dan jaman, namun penggunaan nuansa klasik itu bukan hanya sebatas hadir dan pergi begitu saja, media kaset mixtape menunjukan si pembuat akan sebuah "target" dan musik. Terkesan romantis memang karna selain ungapan rasa sang pembuat, terdapat pula sebuah effort besar akan sebuah usaha saat mencari dan merekam. Bandingkan dengan penggunaan aset CD yang memang begitu mudah dimasukan lewat laptop, paparan tersebut mampu memberikan kesan sweet tersendiri.
Awal bertemunya Galih & Ratna mungkin terkesan singkat dimana mereka saling suka sebelum penonton menaruh rasa suka terhadap keduanya. Kekurangan itu mampu ditebus oleh Lucky Kuswandi disini tatkala dua insan yang bernama Galih & Ratna ini makin terasa intens dan intim dalam berhubungan. Saya suka momen dimana Lucky sendiri membuat dua karakter utama ini saat merajut kasih serta menjalin cinta dalam sebuah status "pacaran" ia tak membuat karakter saling berdialog dalam buaian kalimat gombal, naskah yang ia lakukan disini lebih kepada bagaimana mereka saling kenal satu sama lain dalam sebuah obrolan kecil terkait cinta, musik serta mimpi dan masa depan. Sebab ungkapan cinta sendiri tak harus melulu identik dengan bertukar puisi, saling gombal atau saling memuji satu sama lain, cukup duduk dan berbicara terkait suatu hobi, musik dan mimpi serta masa depan pun dalam sorotan mata yang saling meyakinkanpun terasa romantis yang membuat mereka saling mengenal "isi" satu sama lain bukan nampak diluar saja.
Interaksi yang "renyah dan simple" pun turut menciptakan sebuah momen yang manis, tak berlebihan untuk erkesan romantis lewat dialog yang hiperbolis, tak lupa juga selipan humor yang mampu klop dengan cerita dan semua itu juga tak lepas dari tunjangan para cast. Marissa Anita selaku tante Ratna selalu menyuntikkan momen dengan semangat nan heboh dikemunculannya sehingga tak salah beberapa momen itu mampu memberikan sebuah senyuman tersendiri, Joko Anwar selaku guru galak nan tegas mampu membuat sebuah pesona tersendiri, dialog yang menggelitik serta celetukan pedas yang simple mampu membuatnya memiliki pesona tersendiri. Sheryl Sheinafia sebagai Ratna mampu membuat karakter Ratna yang manis serta keseimbangannya bermain komedi lengkap dengan tatapan berekspresi seperti tatkala ia menanyakan arti "Gita" kepada sang tante adalah sebuah performa berekspresi terbaik disini, sedangkan kehadiran Refal Hady sebagai Galih mempunyai sebuah charm luar biasa, ia mampu membuktikan bahwa untuk menjadi keren dan cool tak harus melulu berakting kaku dan sok cool cukup dengan penampilan sederhana yang menggugah jiwa.
Lucky Kuswandi juga mampu membuat narasi cerita tanpa terkesan over, konflik yang terjadi disini memang tak tampil heboh tapi simple namun terasa intens, misalnya konflik antar karakter yang mampu dijalanan secara dewasa tanpa terkesan nekat, belum lagi kekangan dari orang tua karakter yang bertolak belakang dengan karakter mampu memberikan sebuah kesan intens nan menggigit tanpa terkesan lebay untuk saling berargumentasi siapa yang lebih baik. Galih & Ratna adalah sebuah romansa yang oke tanpa adanya sebuah embel-embel kata serta adegan yang hiperbbolis, pendekatan ber-setting SMA namun terasa dewasa. Sejatinya mungkin latar SMA tak terlalu mendominasi, ini lebih kepada bagaimana dua insan saling memadu kasih, mengejar mimpi serta menggapai cita-cita mereka masing-masing. Just simple but feel look like awesome, belum lagi sinematografi dari bidikan kamera Arifin Cuunk turut sumbangsih memberikan sebuah suasana yang terkesan tenang mulai dari stuasi jalan raya serta rel kereta api terasa memikat, belum lagi kehadiran Rano Karno dan Yessi Gusman di opening terasa menyuntikkan momen nostalgia yang manis sama seperti hasil akhir dari Galih & Ratna.
SCORE : 4/5
0 Komentar