Di tangan sutradara yang tidak tepat, Tukar Takdir selaku adaptasi dari antologi novel buatan Valiant Budi (mengambil cerita dalam takdir pertama, berjudul Diulang Sayang) bisa saja berpotensi sebagai sajian drama dengan eksploitasi tragedi. Namun, di tangan dingin sutradara sekaligus penulis naskah, Mouly Surya, filmnya tampil sarat empati. Ketimbang memainkan tragedi sebagai jualan tangis, Mouly mengetengahkan proses duka dibalik kecurangan takdir dalam diri seorang penyintas satu-satunya, sementara mereka yang ditinggalkan diberikan ruang untuk berbagi perasaan.
Tragedi yang dimaksud adalah berupa kecelakaan pesawat Jakarta Airways 79 dengan tujuan Palu-Jakarta dengan kapasitas 127 penumpang beserta awak pesawat yang bertugas. Rawa (Nicholas Saputra) adalah satu-satunya penumpang yang selamat pasca pesawat mengalami turbulensi hebat dan mendarat di sekitar Gunung Halau-Halau, Kalimantan.
Adegan kecelakaan tersebut sejatinya tampil terlampau singkat, dengan polesan CGI yang masih kasar (hal ini tentunya dapat dipahami). Seperti yang telah saya singgung, keengaanan Mouly untuk mendramatisasi tragedi bukanlah fokus dan tujuan utamanya. Mouly memilih jalur yang sangat jarang ditempuh oleh sineas lokal, yakni dengan menampilkan sebuah stage of grief beserta survivor guilt yang tengah dialami oleh para korban dan mereka yang ditinggalkan.
Selain Rawa yang harus bergulat dengan rasa bersalah, kita pun turut berkenalan dengan Dita (Marsha Timothy), selaku istri Raldy (Teddy Syach) yang bertukar tempat duduk dengan Rawa ketika berada di dalam pesawat. "Mengapa bukan suami saya yang selamat? Mengapa Mas Rawa yang ada di sini bukan suami saya?". Demikan ucap Dita di sebuah rumah sakit, yang menjadi panggung sempurna sekaligus bukti nyata bahwa Marsha Timothy adalah salah satu aktris yang memiliki range emosi tinggi.
Keberadaan takdir memang sulit untuk disangkal. Selain Rawa dan Dita, ada juga Pak Mukhsin (Ayez Kassar) yang harus kehilangan istri, tiga anak, menantu, serta cucunya yang masih kecil. Demikian pula dengan apa yang dialami oleh Damaianti (Marcella Zalianty) bersama anak sulungnya, Zahra (Adhisty Zara) selaku keluarga yang ditinggalakan oleh Dirga (Tora Sudiro), pilot penerbangan dengan kode JA079.
Tukar Takdir menampilkan drama mumpuni selepas tragedi yang menyulut beragam emosi. Beragam penyangkalan, penolakan, penerimaan, hingga pelarian orang yang ditinggalkan ditampilkan secara nyata oleh Mouly Surya. Semua jalan tersebut memang tak perlu disalahkan ataupun dikerdilkan. Setiap orang punya jalannya masing-masing dalam menangani duka beserta trauma.
Bahkan dari semua perasaan yang dicurahkan, terdapat sebuah pilihan yang memberikan sebuah keuntungan (in a positive way) yang dihadirkan lewat tokoh Shinta (Meriam Bellina), ibu Rawa yang akhirnya bisa bertemu dan merasakan kehangatan dan kedekatan dengan sang anak tercinta, karena lewat tragedi tersebut ia bisa merasakan kembali bahagianya menyiapkan makanan hingga menemani mandi sang buah hati.
Selepas tragedi kecelakaan pesawat yang ditampilkan secara singkat oleh Mouly Surya di awal filmnya, Tukar Takdir memberikan detail lebih menjelang sebuah katarsis yang nantinya dirasakan oleh para karakternya, yakni berupa reka ulang tragedi dalam sebuah hanggar selepas investigasi KNKT serta kesaksian Rawa sebelumnya. Momen tersebut digarap secara meyakinkan, membuktikan bahwa para pembuatnya memahami dan mengerti soal segala tetek-bengek dunia aviasi.
Satu hal lain yang patut diapresiasi adalah pemakaian scoring hasil gubahan Zeke Khaseli dan Yudhi Arfani selaku komposer filmnya yang menghasilkan produksi tata suara mumpuni, menggiring penonton untuk menyelami tragedi selayaknya kejadian tersebut asli terjadi. Sementara tata kamera Roy Lolang, unjuk gigi lewat pemakaian long-take di sebuah meja makan, menciptakan keindahan sekaligus keintiman secara bersamaan.
Konklusinya tampil begitu hangat sekaligus intim. Meski harus diakui, plot mengenai keputusan Dita untuk berdamai dengan diri sendiri sedikit tampil mengelabui penonton karena tampil sarat simplifikasi. Meskipun demikan, Tukar Takdir adalah sajian yang patut disaksikan. Ketika Rawa menghela napas dan berujuar "Untung saya selamat", Nicholas Saputra memainkannya dengan amat emosional, di situlah saya secara tak sengaja memberikan sebuah senyum simpul setelahnya.
SCORE : 4/5
0 Komentar