Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - GHUDCHADI


Diluar reuni antara Raveena Tandon bersama Sanjay Dutt yang layak untuk diapresiasi, Ghudchadi yang menandai debut film panjang Binnoy K. Gandhi (sebelumnya sering menjabat sebagai asisten sutradara untuk judul film populer seperti Gayab, Fanaa, dan Teri Meri Kahaani) adalah opera sabun yang akan mudah diterima apabila kita masih berpegang pada romansa klasik era 80-an. Ketika genre romansa bollywood arus utama sudah melakukan revolusi yang patut untuk dipuji, Ghudchadi adalah sebuah kemunduran yang hadir hanya sebatas eksistensi, tak lebih.

Meski menambahkan unsur yang masih relevan hingga saat kini, dalam naskah buatan sang sutradara bersama Deepak Kapur Bhardwaj (Saroj Ka Rishta, Badmashiyaan) patriarki digantikan oleh matriarki dalam wujud Kalyani Devi (Aruna Irani) yang mengatrol segala urusan dan keputusan keluarga atas nama kasta Pandit. Itulah mengapa sang anak, Veer Sharma (Sanjay Dutt) memilih untuk menikah dengan wanita yang tak dicintainya, ketimbang melanjutkan hubungan dengan Menka (Raveena Tandon), kekasih yang ia tinggalkan karena tak memenuhi kriteria, termasuk fakta bahwa mereka terbiasa mengonsumi makanan non-vegetarian.

Sepenggal kisah tersebut hanyalah masa lalu yang sulit dienyahkan dalam pikiran Veer, yang hanya bisa berpikir bahwa sang putra, Chirag Sharma (Parth Samthaan), si pengusaha celana dalam, tak harus bernasib serupa dirinya. Hingga pertemuan Chirag dengan Devika (Khushalii Kumar) membuka lembaran baru bagi sang anak sekaligus lembaran lama bagi sang ayah, di saat fakta mengatakan bahwa Devika merupakan putri semata wayang dari Menka.

Ghudchadi berbicara tentang kesempatan kedua bagi dua insan untuk menjalin asmara. Naskahnya secara terang-terangan memainkan premis tersebut lewat perspektif manusia dewasa yang sama-sama kehilangan cinta dan melanjutkan hidup sebagaimana mestinya. Sungguh, sebuah poin yang menarik untuk dikulik andai sang penulis tak memilih segala stereotype klasik.

Terkecuali nomor treknya yang menghadirkan nostalgia, Ghudchadi sebatas diisi oleh konflik sederhana yang berkutat mencari restu Kalyani Devi hingga tarik-ulur aksi "mengalah demi cinta" yang justru bermuara pada luka. Keseluruhan konfliknya hanya berjalan di permukaan, nihil sebuah kedalaman selain mengambil langkah aman disaat naskahnya sempat memainkan stigma pernikahan saudara tiri yang berakhir terlampau dini.

Dalam salah satu adegannya, Ghudchadi menampilkan sebuah latar rumah sakit dan hendak mencari pendonor ginjal bagi salah satu karakternya yang tak butuh waktu lama. Demikian keseluruhan filmnya yang mengambil jalan instan tanpa ingin memberikan urgensi pada sebuah pengadeganan. Duo Sanjay Dutt dan Raveena Tandon hingga Parth Samthaan yang menghidupkan figur charming boy dalam debutnya pantas mendapatkan film yang lebih daripada ini.

SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar