Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - BAD NEWZ

 

Bertindak selaku sekuel tidak langsung dari Good Newwz (mereka menyebutnya sekuel spiritual), mudah menghakimi Bad Newz sebagai satu lagi sajian aji mumpung dengan harapan meraup pundi finansial bak film pertamanya yang sukses besar. Pun, judul semula dicanangkan sebagai Mere Mehboob Mere Sanam (yang menjadi nomor trek musikal film ini dengan memberikan sedikit aransemen dari film Duplicate). Hal seperti ini memang sah-sah saja dalam dunia industri selagi para pembuatnya memperhatikan beragam lini.

Saloni Bagga (Triptii Dimri) adalah seorang wanita independen yang mengejar Meraki Star (bayangkan penghargaan sama layaknya Michelin Star) sukar untuk menolak pesona dari Akhil Chadha (Vicky Kaushal) disaat keluarga mendesaknya untuk segera menikah. Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk melangsungkan pernikahan berbekal sebuah komitmen masing-masing. Namun, perlahan, perhatian berlebih Akhil yang selalu memberikannya kejutan dan hadiah beserta pribadinya yang selalu mengutamakan sang ibu (diperankan oleh Sheebha Chaddha) membuat Saloni jengah dan memutuskan untuk berpisah.

Di tengah pelariannya ke Mussoorie, Saloni melanjutkan pekerjaannya dengan menjadi seorang chef di sebuah hotel milik Gurbir Singh Pannu (Ammy Virk). Seolah belum sepenuhnya lupa terhadap sang suami, Saloni justru mendapati bahwa Akhil kini sudah memiliki kekasih berbekal postingannya di media sosial. Tak terima dengan hal tersebut, dalam keadaan mabuk Saloni meminta dan merayu Gurbir dan berujung pada sebuah cinta satu malam.

Di saat bersamaan, Akhil pun datang dan menyesali segala perbuatannya. Mereka pun melakukan hubungan intim yang berujung pada sebuah berita buruk. Saloni kini mengandung anak keduanya, yang dalam dunia medis dikenal dengan istilah superfekundasi heteropaternal, sebuah proses reproduksi di mana anak kembar lahir dari ibu yang sama, tetapi dari ayah biologis yang berbeda.

Dari sinilah naskah buatan Tarun Dudeja (Dhak Dhak) dan Ishita Moitra (Half Girlfriend, Shakuntala Devi, Rocky Aur Rani Kii Prem Kahani) menyoroti upaya Gurbir dan Akhil  dalam memberikan perhatian lebih kepada Saloni sebagai upaya membuktikan siapa yang paling pantas untuk menjadi ayah dari janin yang dikandungnya.

Harus diakui, Bad Newz berjasa dalam melahirkan komedi situasi berbekal aksi chaotic para karakternya, utamanya setelah keduanya melibatkan keluarga yang semakin memperkeruh keadaan. Pengadeganan Anand Tiwari (Love Per Square Foot, Maja Ma) memfasiltasi semangat tersebut dengan menciptakan kompromi sederhana namun tepat sasaran.

Tentunya, ini tak lepas dari performa para pemainnya yang gemilang. Vicky Kaushal adalah sang bintang utama, bagaimana ia memainkan karakter Akhil yang mengidap nomophobia (ketakutan tanpa ponsel) dengan perangainya yang ceria adalah sebuah kerja keras yang layak diapresiasi. Ranveer Singh yang melekat akan karakter seperti ini kini mempunyai saingan. Sementara Triptii Dimri mampu menjadi tandem yang sepadan, disaat Ammy Virk kurang diberikan banyak sorotan.

Bukan tanpa cela, Anand Tiwari rupanya belum piawai dalam menampilkan sebuah drama yang mengena, kentara ketika Bad Newz banting setir pada paruh kedua kecanggungan dalam potensi besar kian terasa nyata. Alih-alih memberikan sebuah warna, pengadeganannya malah menciptakan sebuah lubang menganga terkait transisi kasar yang sulit untuk dielakkan, salah satunya perubahan karakternya yang terlampau instan dalam menyikapi sebuah keadaan.

Bad Newz memang mengedepankan komedi sebagai sajian utama, namun ia menolak untuk tampil sederhana. Dimasukannya isu-isu penting, salah satunya terkait pemberdayaan wanita di dunia yang didominasi oleh pria. Bad Newz memberikan sebuah sentilan lewat metafora serta alegori sederhana yang sayangnya kurang memberikan sebuah penegasan, termasuk konklusinya yang memilih jalur aman.

Dalam salah satu adegan yang melibatkan Ananya Panday (memerankan dirinya sendiri) yang tengah berbincang bersama Saloni, terdapat beragam jenis makanan di meja keduanya, sementara sang aktris memilih untuk mengunyah pop-corn dan memuji rasanya-sementara kamera terus menangkapnya. Mungkin demikian analogi yang disampaikan para pembuatnya, yang memilih jalur hiburan ketimbang memberikan sebuah penegasan seputar isu yang dimainkan.

SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar