Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - PERJALANAN PEMBUKTIAN CINTA (2024)

 

Dalam Satu Hari dengan Ibu (2023), M. Amrul Ummami memainkan time-loop dalam upaya menghasilkan sebuah tear-jerker yang terkendala aturan main, seolah ingin tampil pintar tanpa memahami urgensi atas substansi yang diterapkan. Perjalan Pembuktian Cinta yang menjadi reuni M. Amrul Ummami dengan M. Ali Ghifari (juga turut dibantu oleh Nusaibah Azzahra, selaku penulis novel aslinya) mengambil jalan yang lebih sederhana, tanpa ingin terlihat pintar maupun tanpa melakukan modifikasi signifikan seperti karya sebelumnya, namun ia menyelipkan isu yang tak kalah penting seputar budaya patriarki yang mengakar sejak dini, terlebih setelah mengatasnamakan agama di atas segalanya.

Pesan tersebut jelas penting untuk disimak. Pun, keputusan yang tepat memberikan peran kepada mendiang Yayu Unru pula Donny Damara di garda terdepan. Yayu Unru berperan sebagai Syukron, ayah dari sang protagonis, Fathia Qonita (Dea Annisa), seorang pengajar sekaligus penghafal Al-Qur'an yang terpaksa dinikahkan dengan Satya (Donny Damara), pengusaha kaya sekaligus donatur tetap pesantren.

Semua dilakukan Syukron atas ambisi mempunyai yayasan pribadi. Meskipun sang istri (diperankan oleh Elma Theana) melarang untuk menjadikan Fathia sebagai bahan taruhan, terlebih sang anak dijadikan istri kedua tanpa adanya persetujuan dengan istri pertama. Terpenting, Satya dipandang sudah mampu secara finansial dan syariat. Demikian pandangan kerdil para pemangku agama yang terbutakan oleh dunia.

Perjalanan Pembuktian Cinta setidaknya meluangkan waktu untuk bercerita, meskipun itu hanya sekedar memuat firman dalam Al-Qur'an yang disampaikan secara mentah dan ditelan bulat-bulat oleh penonton. Sungguh, sebuah usaha sederhana yang mengatasnamakan syiar agama.

Tak heran memang, tujuan utama filmnya adalah melakukan hal tersebut tanpa adanya sebuah keinginan untuk memperhatikan segala tetek-bengek segi filmis, tak ayal filmnya terlalu cerewet dalam berceramah, termasuk dalam adegan sederhana yang sejatinya tak memerlukan sebuah persuasi dalam bentuk eksplorasi.

Dijual sebagai drama religi, Perjalanan Pembuktian Cinta terasa dipaksakan dalam pengadegannannya, tengok pertemuan pertama antara Fathia dengan Raehan (Teuku Ryan) yang bak sebuah reka ulang adegan yang lebih murahan dari tontonan FTV. Motivasi Raehan yang mengagumi Fathia pun terasa kurang mendalam, selain sang wanita merupakan jelmaan wanita sholeha.

Apalagi, dalam debut layar lebar pertamanya, kharisma Teuku Ryan kurang menjiwai sebagai pria yang tergila-gila dengan memaksa memberikan tumpangan yang berujung penolakan. Pun, ketika mengetahui sang wanita idaman telah dijodohkan sulit untuk memberikan simpati kepada sang aktor yang sebatas menyetor dan mengaplikasikan kesedihan dengan ekspresi yang serba dipaksakan.

Perjalanan Pembuktian Cinta sarat akan tarik-ulur yang membuat durasi filmnya membengkak selama 129 menit penuh kekosongan dan ceramah menggurui. Mungkin, M. Amrul Ummami lupa bahwa ia tengah membuat film, bukan mengadakan sebuah dakwah dengan transisi luar biasa kasar berbekal kutipan ayat suci disertai terjemahan dengan pengulangan dialog karakternya.

Memasuki pertengahan, terdapat sebuah momen potensial kala Ummami menggambarkan keputusasaan Fathia yang mengancam Tuhan meskipun berbekal kalimat klise bernada ancaman. Sayang, filmnya berakhir dini karena diselesaikan lewat jalan curang serta bukti keegoisan budaya patriarki yang enggan melontarkan kata maaf (kecuali menjelang third-act sebagai keharusan dan disimpulkan dengan jawaban yang terlalu main aman).

Konklusinya tersaji lemah setelah perjalanan berliku bernama pengadeganan penuh kelokan sarat pengulangan. Perjalanan Pembuktian Cinta pun ditutup oleh sebuah dialog quotable bernada islami yang mungkin bisa saja membuat para akhwat dan ikhwan terpuaskan oleh tontonan yang mengedepankan kajian ketimbang perenungan. Sayang, saya bukan bagian dari golongan maupun barisan yang mengartikan sebuah kontemplasi dengan narasi yang dipenuhi repetisi.

SCORE : 1.5/5

Posting Komentar

0 Komentar