Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - ABIGAIL (2024)

 

Semenjak trailernya dirilis secara luas, Abigail yang merupakan karya teranyar sutradara Matt Bettinelli-Olpin dan Tyler Gillett menawarkan premis unik, seolah merombak formula Dracula's Daughter (1936) dengan modifikasi berupa bagaimana jika vampir hadir dalam wujud seorang balerina cilik? Tontonan semacam ini jelas tak memerlukan logika dalam menikmatinya. Cukup nikmati segala kebodohan dan kekonyolan yang disuguhkan selama itu memberikan sebuah hiburan paripurna yang bukan haram hukumnya.

Semua berawal dari segerombolan penculik yang melakukan semuanya demi mendapatkan uang tebusan sebesar 50 juta dollar setelah menculik seorang gadis cilik bernama Abigail (Alisha Weir). Sebagaimana tontonan serupa, penonton arus utama dapat dengan mudah memahami apa yang terjadi setelahnya.

Ditulis naskahnya oleh Stephen Shields dan Guy Busick, Abigail mungkin tak menawarkan pola sarat pembaharuan. Paruh utamanya akan diisi oleh percakapan nihil substansi dari karakter yang memang diciptakan satu dimensi. Beruntung, para pelakonnya mampu bersinar lewat performa meyakinkan dan tak sudah diragukan lagi.

Melissa Barrera  adalah protagonis utama kita, ia memakai nama samaran bernama Joey, mantan perawat angkatan darat yang pada paruh pertama menjalin hubungan dekat dengan target, karena ia adalah satu-satunya orang yang diberikan tugas untuk berkomunikasi dengan Abigail. Terdapat makna tersirat antara keduanya yang menghasilkan sebuah komparasi menjelang konklusi.

Pun demikian dengan karakter lainnya yang memiliki "warna" tersendiri. Rickles (Will Catlett) si mantan sniper, Dean (diperankan oleh mendiang Angus Cloud dalam peran terakhirnya, may he rest in peace) yang sedikit sosiopat, Sammy (Kathryn Newton) si peretas anak kaya yang sengaja mencari gara-gara, Peter (Kevind Durand) si otot besar asal Kanada yang memiliki otak kecil, hingga Frank (Dan Stevens) si mantan detektif yang gemar melontarkan umpatan dan sarkasme tanpa saring. Dua nama terakhir adalah yang paling bersinar, sementara Newton unjuk gigi lewat komedi yang melibatkan bawang.

Demikian Abigail yang tak malu-malu menampilkan segala kebodohan karakternya disamping memberikan sebuah tontonan yang tak segan menumpahkan darah sebanyak-banyaknya. Kreativitas para pembuatnya adalah hal yang perlu diapresiasi, baik itu mengenai teror maupun komedi keduanya bersatu padu, saling melengkapi kegilaan yang bodoh sarat hiburan tinggi.

Bukan tanpa kekurangan, Abigail cukup kelabakan perihal aturan main sang vampire yang terkadang tidak konsisten dan berpotensi melukai logika (di tengah film yang sepenuhnya tak memerlukan logika) terhadap aturan mainnya sendiri. Meskipun demikian, ini tak menjadi persoalan dibandingkan ledakan demi ledakan darah selepas sang vampir terkena paparan cahaya matahari atau ketika jantungnya tertusuk kayu.

Tak salah memang menunjuk duo Matt Bettinelli-Olpin dan Tyler Gillett yang sebelumnya sudah berpengalaman dalam menggarap Ready or Not (2019) hingga teruji dalam menangani dan menambah kekerasan lewat Scream VI (2023). Abigail mengukuhkan nama keduanya ke dalam jajaran nama sutradara yang patut diperhitungkan dalam industri perfilman horror masa kini.

SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar