Jagat Alam Gaib: Sinden Gaib menambah satu lagi horror lokal yang disadur dari kisah nyata. Fenomena seperti ini memang masih saji di eksplorasi maupun di eksploitasi oleh sineas tanah air karena memang berpotensi mendatangkan keuntungan berbekal embel-embel tersebut. Namun, tak sedikit para sineas yang memikirkan naskah yang mumpuni, sebatas mengalihwahanakan tanpa peduli dengan apa yang dihasilkan. Sayangnya, Sinden Gaib pun masuk ke barisan horor yang demikian.
Semuanya bermula ketika Ayu (Sara Fajira) dan Rara (Laras Sardi) melangsungkan shooting tarian Turonggo Yakso demi kepentingan pembuatan film dokumenter. Ayu yang sedang menari tiba-tiba kerasukan dan tak sadarkan diri. Dari sanalah semuanya bermula, tanpa ia sadari, akibat kesalahan salah satu kru, Sarinten (Yuyun Arfah), Sinden yang sudah lama menempati Watu Kandang bersemayam di tubuh Ayu (dan sampai sekarang hidup berdampingan dengan raga Ayu).
Disutradarai oleh Faozan Rizal (Say I Love You, Abracadabra, Anak Garuda) yang sudah malang-melintang sebagai sinematografer, Sinden Gaib jelas memiliki tampilan gambar yang ciamik dibandingkan dengan horror lokal belakangan. Hal itu menjadi poin plus bagi film ini yang membuktikan bahwa horror tidaklah harus menggunakan pencahayaan yang gelap dan temaram.
Namun, lain cerita jika berbicara Faozan Rizal sebagai sutradara, yang semenjak debut film pertamanya masih belum mumpuni mengolah cerita akibat terlalu mementingkan estetika dengan segala tampilannya. Rizal yang disokong naskah dari B.W. Purbanegara (Ziarah, Doremi & You, Romantik Problematik) dan Gerald Mamahit (KKN di Desa Penari: Luwih Dowo, Luwih Medeni) masih belum cakap menghadirkan narasi yang terjebak pada pola repetitif.
Horror dari Sinden Gaib tak jauh dari Ayu kesurupan dan menghilang, sembari sesekali menembang yang berkat kepiawaian Sara Fajira menguarkan aura mistisme yang kuat. Sang aktris melakoni adegan dengan penuh pembawaan dan layak mendapatkan peran lebih dari sekedar pengulangan.
Terlebih, Sinden Gaib memperluas narasi dengan turut meminta bantuan kepada konten kreator supranatural yang dikomandoi oleh Gaduh (Dimas Aditya), Genta (Naufal Samudra) dan Thea (Arla Ailani) yang tak menambah bobot lebih selain hanya untuk menjadikan karakter mereka sebagai pelengkap dari teror pula korban dari salah satunya.
Sinden Gaib jelas memiliki potensi kalau para pembuatnya paham betul bagaimana memanfaatkan hal itu, bahkan untuk memberikan penokohan maupun lore Mbah Sarinten pun mereka abai dan dibiarkan sebagai salah satu entitas yang terasingkan dan mengganggu Ayu.
Konklusinya sejatinya tampil decent, namun perjalanan Sinden Gaib sebelumnya dipenuhi oleh lubang logika hingga tambahan entitas lain (yang semakin menggelikan karena mengandalkan sepenuhnya kepada CGI) hanya sebagai pengisi durasi tanpa adanya substansi. Sebagaimana judulnya, Jagat Alam Gaib: Sinden Gaib yang sarat akan repetisi kata, hasil akhirnya pun mengamini judulnya.
SCORE : 2/5
0 Komentar