Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - MALAM PARA JAHANAM (2023)

 

Semenjak trailernya dirilis, Malam Para Jahanam membawa angin segar ketika menampilkan suguhan horror berbeda dari arus utama. Membawa isu soal pertikaian antara dua kubu yang saling bersitegang hingga akhirnya mati mengenaskan dan meyimpan dendam secara turun-temurun. Dua kubu tersebut berasal dari Partai Pemuda Rakyat (secara tidak langsung merupakan manifestasi dari PKI beserta lambang bendera yang menyertakan celurit) dengan para santri yang masing-masing dipimpin oleh dua sahabat sedari kecil, Abah Malik (Teddy Syach) dan Bahtiar (Derry Oktami) akibat perbedaan sudut pandang.

Menandai kali pertama Indra Gunawan (Dear Nathan, Hello Ghost, Hijrah Cinta) menyutradari film horror, Indra pun tirut menulis naskahnya bersama Sugeng Wahyudi (Karena Kamu Cuma Satu) dalam membentuk narasi yang menghadirkan dua lini masa secara bergantian. Pertikaian antara kubu Malik dan Bahtiar berlangsung di tahun 1965 yang menjadi pembuka paruh awal filmnya yang digarap cukup intens.

Selanjutnya, pada tahun 2023, kisahnya menyoroti usaha Rendy (Harris Vriza) yang atas wasiat sang kakek, diminta untuk menguburkan jenazahnya di Desa Winongo. Bersama kedua sahabatnya, Martin (Zoul Pandjoul) dan Siska (Amel Carla) mereka berangkat dengan menggunakan mobil jenazah yang dikendarai oleh Tarja (Sas Widjanarko a.ka Mang Saswi).

Sebagaimana bungkus film horror yang harus menghadirkan teror, kedatangan mereka bertepatan dengan malam jahanam, sebuah malam di mana para arwah yang bersitegang dan dipenuhi dendam bangkit selama tiga malam dalam wujud mayat hidup yang tak segan mencabut nyawa siapa saja yang berada diluar atau melanggar aturan (karena pada malam itu para warga diwajibkan untuk berdiam diri dan mengaji).

Layaknya horror buatan Starvision, Malam Para Jahanam memang memiliki potensi yang bisa menggiring filmnya ke arah yang lebih tinggi seperti Dead Snow (2009) yang berhasil mengikat atensi. Sayang, apa yang dihasilkan oleh Indra Gunawan adalah materi setengah matang yang tak mengindahkan aturan yang jelas. Alhasil, terciptalah plot hole beserta eksekusi sarat kebingungan, terlebih kala menghadirkan teror bergantian selama tiga malam.

Dalam perjalannya, Rendy beserta sahabatnya dibantu oleh Marni (Djenar Maesa Ayu) beserta adiknya, Dira (Aghniny Haque) yang merupakan keluarga dari Abah Malik. Lewat voice-over Marni kita dibawa melihat sekali lagi bagaimana hal itu bermula yang dalam pengadeganannya tak menambah bobot lebih selain sebatas penambal durasi.

Selama 89 menit bergulir, Malam Para Jahanam adalah sebuah parade penuh kekosongan (jika tak ingin disebut bodoh) baik itu dalam bertutur maupun ketika melakukan ritual yang motivasinya sendiri sangat diragukan. Hal tersebut dibuat hanya demi filmnya menampilkan kematian salah satu karakternya dalam eksekusi luar biasa canggung beserta dramatisasi cringey, utamanya disebabkan oleh lemahnya akting Harris Vriza yang menanggung beban sebagai pemeran utama. Pun kehadiran Aghniny Haque maupun Djenar Maesa Ayu pun tenggelam dan kurang digali secara mendalam.

Indra Gunawan pun unjuk gigi dengan menambahkan kadar kekerasan yang sebatas berjalan di permukaan (jauh dari kesan mumpuni) dan tak mampu mengatrol kesuluruhan filmnya. Belum lagi, sulit untuk tak mengenyahkan logika ketika filmnya berusaha menipu penonton dengan menghadirkan satu lagi penyakit salah kaprah dalam menerapkan plot twist.

Ya, konklusinya ditutup oleh sebuah plot twist dengan cacat logika pula sebagai jalan curang filmnya mengakhiri penceritaan. Malam Para Jahanam mungkin tak sebaik judul dan premis utamanya ketika para pembuatnya pun kurang mumpuni dalam menghadirkan horror berbalut sejarah yang seharusnya menjadi angin segar alih-alih sebagai salah satu horror busuk yang kehadirannya urung memberikan kesan.

SCORE : 1.5/5

Posting Komentar

0 Komentar