Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - THE MINISTRY OF UNGENTLEMANLY WARFARE (2024)

 

Di nahkodai oleh Guy Ritchie, The Ministry of Ungentlemanly Warfare mengambil cerita berdasarkan buku buatan Damien Lewis, Churchill's Secret Warriors: The Explosive True Story of the Special Forces Desperadoes of WWII yang pada dasarnya berdasarkan figur nyata. Meskipun demikian, naskah buatannya bersama Paul Tamasy, Eric Johnson, dan Arash Amel banyak menambahkan kadar dramatisasi (atau lebih tepatnya versi fiktif) sebagaimana banyak ia lakukan di karya sebelumnya, sebutlah Guy Ritchie's The Covenant (2023) hingga King Arthur: Legend of the Sword (2017) yang mungkin sebatas terinspirasi bahkan sempat dipertanyakan keabsahannya. 

Kisahnya sendiri menyoroti upaya pihak Inggris, Brigadir Colin 'M' Gubbins (Cary Elwes) dalam menjalankan misi rahasia atas dukungan tidak langsung dari Winston Churchill (Rory Kinnear) untuk menyabotase suplai bagi kapal selam U-boat milik Nazi, Jerman. Berlatarkan Operasi Postmaster pada 14 Januari 1942, M kemudian mengutus Gus March-Phillips (Henry Cavill) sebagai pemimpin dengan bantuan para rekannya: Anders Lassen (Alan Ritchson) si pemanah handal, Freddy Alvarez (Henry Golding) si ahli bahan peledak, Geoffrey Appleyard (Alex Pettyfer) si ahli siasat yang kuat hingga Henry Hayes (Hero Fiennes Tiffin) si kepala navigator ulung.

Sebagaimana kebanyakan pola serupa, The Ministry of Ungentlemanly Warfare meluangkan waktu bagi March-Phillips dalam membentuk tim beserta konsekuensi mati atau dipenjara seumur hidup, pun layaknya film buatan Ritchie juga, karakternya terlampau keren apabila dihadapkan pada kematian, machismo mereka terlalu kuat jika dihadapkan pada kematian yang sebatas dijadikan bahan tertawaan.

Hal tersebut yang menguar kuat pada March-Phillips yang dihidupkan oleh nyawa seorang Henry Cavill yang terlampau bersenang-senang, seolah memainkan anti-tesis dari karakter sebelumnya bahkan rumor yang mengatakan bahwa dia akan memainkan karakter James Bond di masa mendatang (yang pada film ini turut melibatkan nama Ian Flemming dalam karakter yang dimainkan oleh Freddie Fox, sang kreator James Bond yang dengan bangga bahwa karakter buatannya terinspirasi setelah melihat March-Phillips dalam Operasi Postmaster).

Seolah berlawanan dengan sang aktor, pengadeganan Ritchie nampak jelas kurang menikmati dan seolah tertahan oleh tuntutan dalam menyeimbangkan narasi serius dengan komedi yang tak sepenuhnya berjalan. Biarpun diisi oleh karakter unggul, paling mencolok adalah Anders Lassen lewat persona Alan Ritchson dengan segala tindak-tanduknya yang santai, nyeleneh namun mematikan. Selebihnya, Henry Golding maupun Hero Fiennes Tiffin harus kena batunya kala karakternya tenggelam seiring berjalannya durasi, pun Alex Pattyfer pun hanya bersinar kala lelucon seputar puting dimainkan.

Membagi narasi ke dalam dua bagian, Guy Ritchie pun terlihat kelabakan membagi pengadeganan yang beriringan. Tim yang dipimpin March-Phillips singkatnya adalah pekerja lapangan, sementara pekerja dalam ruangan dibebankan kepada Richard Heron (Babs Olusanmokun) dengan kedok bisnis judi, dan Marjorie Stewart (Eiza González), seorang aktris yang memainkan bakatnya dalam menghambat pekerjaan, utamanya dalam merayu komandan SS, Heinrich Luhr (Til Schweiger) yang anti terhadap orang Yahudi.

Mereka ditugaskan ke Fernando Po (pulau sekitar Teluk Guniena) yang menyimpan setumpuk bahaya serta konflik yang teramat rawan. Sayangnya, semuanya nampak tak bertenaga dan tertahan oleh ambisi yang terlampau tinggi dalam naskah yang terlampau ringan untuk dimainkan. Alhasil, celetukan hingga penyamaran yang dilakukan sulit untuk meraih atensi, apalagi menyulut ketegangan dalam oktan tinggi.

The Ministry of Ungentlemanly Warfare mungkin bukan karya terbaik seorang Guy Ritchie, namun kapasitasnya dalam menampilkan hiburan berbasis baku tembak masih dapat dinikmati. Klimaksnya pun tak menawarkan sebuah pembaharuan selain mengandalkan scoring layaknya film bertema peperangan. Setelah filmnya usai, apa yang ditampilkan dengan mudah terlupakan, urung memberikan kesan selain kehampaan yang tak biasanya ditularkan.

SCORE : 2.5/5

Posting Komentar

0 Komentar