Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - THE STRANGERS: CHAPTER 1 (2024)

 

The Strangers (2008) menjadi salah satu thriller minimalis dengan mengedepankan aksi kucing-tikus berlatarkan rumah. Satu dekade kemudian, genre home invasion itu akhirnya memiliki sekuel lewat The Strangers: Prey at Night di mana Bryan Bertino duduk di bangku produser saja. Seperti kebanyakan sekuel pada umumnya, aksi serta calon teror dilipatgandakan dengan menyoroti satu keluarga. Hasilnya meski tak memuaskan, mampu menyuntikkan sedikit penyegaran. Enam tahun berselang, hadirlah Strangers trilogy, dengan The Strangers: Chapter 1 sebagai pembuka (dua sekuel dari hasil reboot atau remake akan menyusul tahun depan dengan proses syuting yang telah rampung dilakukan secara back-to-back) dengan tujuan memperkenalkan kembali materi klasik dengan target memperkenalkan kembali dengan penonton masa kini.

Setelah Bryan Bertino dan Johaness Roberts kini giliran Renny Harlin (yang juga menyutradarai keseluruhan chapter-nya) yang bertanggung jawab atas keseluruhan filmnya. Premisnya sendiri masih sederhana, mengenai Maya (Madelaine Petsch) dan Ryan (Froy Gutierrez), sepasang kekasih yang hendak merayakan lima tahun hubungannya dengan berlibur ke sebuah desa di daerah Venus, Oregon. Selepas memutuskan mampir ke sebuah restoran cepat saji, mobil yang ditunggangi mereka seketika mogok, memaksa keduanya untuk bermalam sembari menunggu hasil perbaikan.

Pasca menemukan sebuah kabin di tengah hutan lewat jalur AirBnB, liburan yang perlahan intim tersebut harus terusik ketika tanpa mereka sadari bahaya perlahan mengintai lewat kehadiran tiga orang asing yang menggunakan topeng dengan pisau dan kapak menyatroni dan tak segan untuk mengambil nyawa.

Naskah yang ditulis oleh Alan R. Cohen dan Alan Freedland (King of the Hill, Due Date) berdasarkan cerita dari Bryan Bertino menjual embel-embel based on true events di prolog filmnya dengan menambahkan salah satu kasus terkeji pada masa itu menjadi bumerang kala filmnya tak memberikan sebuah deskripsi sesuai tagar secara meyakinkan. The Strangers: Chapter 1 berakhir sebagai satu lagi film yang menjual hal tersebut tanpa pernah benar-benar meneror.

Entah ini perihal rating atau keengganan para penulis memberikan sebuah pembaharuan tanpa menanggalkan apa yang telah dipertahankan menjadi jalur curang ketika apa yang ditampilkan jauh dari kesan menyeramkan. The Strangers: Chapter 1 masih saja bermain di permukaan, tatkala film sejenis mulai berani mendobrak sebuah kenihilan.

Jangan harap terdapat penokohan yang meyakinkan, karakter utamanya sendiri sarat akan kebodohan yang sengaja diterapkan demi terciptanya teror serta aksi pengejaran. Beberapa diantaranya efektif mencuri perhatian, sebutlah salah satu adegan yang melibatkan piano dan basement yang bak sebuah manifestasi jumpscare di film horor araus utama. Sisanya adalah aksi kucing-tikus dengan menambahkan kadar suara (semisal ketukan, hentakan kaki hingga musik) sekencang mungkin demi menciptakan ketegangan.

Berlangsung selama 91 menit, The Strangers: Chapter 1 memang penuh akan kekosongan jika ditilik dari aspek filmis. Namun, apa yang Harlin tampilkan tak sepenuhnya keliru. Sedari awal filmnya memang diniatkan sebagai sajian ringan yang tak mementingkan penceritaan secara mendalam. Itulah mengapa third-act-nya begitu lemah dan kurang memberikan sebuah penebusan yang setimpal. Ketika salah satu karakternya menanyakan apa yang sang pembunuh inginkan, mereka hanya menjawab "karena kamu ada di rumah". Sungguh sebuah jawaban sederhana yang mewakili keseluruhan filmnya.

SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar