Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - SAW X (2023)

 

Untuk memahami franchise Saw memang cukup pelik, dan Saw X yang merupakan angsuran kesepuluh sekaligus berlangsung antara kejadian Saw (2004) dan Saw II (2005) seolah menjadi pengingat bahwa filmnya kali ini berstatus sebagai back to basic dalam menghormati film pertamanya yang merupakan yang terbaik dari keseluruhan angsuran yang hanya dijalankan sebatas meraup pundi demi pundi finansial.

Ditulis naskahnya oleh Pete Goldfinger dan Josh Stolberg (Piranha 3D, Jigsaw, Spiral: From the Book of Saw), Saw X menyempatkan waktu untuk bercerita lebih mengenai John Krammer (Tobin Bell) ketika film sebelumnya luput untuk memberikan karakterisasi lebih dan membiarkan sang Jigsaw berada di belakang layar. Setidaknya, itu yang mengisi paruh awal filmnya.

Selain memberikan karakterisasi lebih, Saw X pun memberikan pemahaman bahwa Jigsaw bukan hanya sebatas pembunuh biasa ataupun psikopat yang senang tatkala melihat korbannya kesakitan. Di rumah sakit selepas melakukan pemeriksaan kanker otaknya, ia mendapati sang perawat laki-laki hendak mencuri barang pasien yang tengah dirawat, ditampilkanlah sebuah dream-sequence berupa penyiksaan "alat penyedot mata" yang dijadikan teknik marketing utama filmnya. Dari sana kita dapat memahami motivasi sekaligus memberikan simpati.

Putus asa akan kanker yang perlahan mulai menggerogoti otaknya, John Krammer mendapat sebuah informasi akan sebuah pengobatan mujarab dari sang rekan. Tanpa berpikir lama, John pun hendak menyongsong kesempatan kedua sebagaimana yang dijanjikan sang dokter, Cecilia Pederson (Synnøve Macody Lund). Masalah utama datang tatkala John perlahan menyadari bahwa pengobatan eksperimental yang sempat dilakukan kepadanya merupakan sebuah kebohongan dari sebuah upaya penipuan.

Tak butuh waktu lama untuk John Krammer membawa dan meringkus para berandalan dokter gadungan dengan alat penyiksaan yang tak kalah mematikan sekaligus brilian (semuanya berhubungan dengan dunia kedokteran, utamanya operasi kanker otak) yang akan memuaskan dahaga penonton akan ciri khas franchise-nya yang sarat akan kesadisan maupun kebrutalan permainan kematian. Dan itu berhasil ditampilkan oleh sutradara, Kevin Greutert (Saw VI, Saw 3D).

Total semuanya berjumlah 6 permainan kematian (jika menghitung alat penyedot mata), dan favorit saya adalah yang melibatkan alat penutup kepala yang mengharuskan sang korban menarik otaknya sendiri, tak kalah mematikan adalah yang melibatkan alat pemotong sederhana yang mengincar sumsum sebagai kunci. Semuanya tampil penuh taji, karena tak sembarang diterapkan sebagai alat penyiksaan biasa, melainkan sebuah permainan sebagai ajang penebus dosa sebagaimana yang biasa Jigsaw lakukan kepada para korbannya.

Selain aksi torture porn, Saw X pun memberikan hati kepada penokohan John Krammer yang sempat membantu memperbaiki sepeda seorang bocah. Dari sini, Saw X memanusiakan karakternya yang nantinya memberikan sebuah titik balik bagi pengisahan kisahnya. Tak seberapa rapi memang, namu untuk ukuran film yang bertujuan mengumbar kebrutalan dan kesadisan terasa lebih spesial.

Tentu, Saw X tetap mempertahankan ciri sekaligus menguatkan formula miliknya, kita tahu nantinya akan ada sebuah twist yang masih diiringi oleh lagu Hello Zepp buatan Charlie Clouser memunculkan sebuah nostalgia bagi para penggemarnya. Sebuah alunan ikonik yang akan tak akan lekang oleh waktu.

SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar