Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - THE GHOST STATION (2022)

 

The Ghost Station dibuka tanpa basa-basi, membawa penonton pada sebuah tragedi yang sebelumnya diisi oleh ketakutan dan keanehan yang terjadi. Tempat yang dimaksud adalah Stasiun Oksu, sebuah kereta bawah tanah yang menyimpan kengerian tersendiri, dan pembukanya berhasil merangkum itu semua dalam sebuah sekuen yang merupakan salah satu adegan terbaik dari keseluruhan filmnya.

Disutradarai oleh Jeong Yong-ki, sutradara populer dibalik judul seperti The Righteous Thief (2009) hingga Couples (2011) berdasarkan webtoon yang tak kalah populer buatan Ho Rang, mudah untuk tertarik jika menilik sumber materinya yang sudah menjanjikan, meski kenyataannya The Ghost Station kekurangan daya untuk mencengkram penontonnya selepas sebuah pembuka yang terlanjur menaikan ekspetasi.

Na-young (Kim Bo-ra) adalah seorang repoter yang kehausan berita eksklusif. Selepas berita pertama yang menghantarkannya pada sebuah tuntutan validasi, Na-young dituntut untuk memberikan berita lain yang lebih segar demi menyelamatkan reputasi sekaligus perusahaannya. Di tengah kemelut yang dihadapinya, tawaran muncul dari sang sahabat, Choi Woo-won (Kim Jae-hyun) mengenai kejadian misterius yang terjadi di Stasiun Oksu, di mana banyak orang melakukan bunuh diri tanpa alasan yang jelas.

Selanjutnya, The Ghost Station membawa penonton ke ranah investigasi dalam rangka pencarian bukti yang selalu membawanya pada sebuah misteri. Sesekali, kengerian di dapat semisal Na-young yang melakukan wawancara terhadap sang masinis yang ternyata sudah meninggal sebelumnya. Sisanya, The Ghost Station terjebak pada sebuah kisah formulaik di mana jumpscare serampangan berupa kemunculan wajah hantu penuh luka mengisi layar kian dilipatgandakan.

Namun, ia pun menolak untuk tampil naif ketika Yong-ki turut menyelipkan pesan moralitas dalam dunia media massa yang penuh dengan tekanan dan aksi manipulasi. Terkadang, filmnya bak kehilangan arah ketika dua genre tersebut sejatinya tak terjalin rapi akibat penyuntingan yang tak mengindahkan transisi antar adegan.

Ditulis naskahnya oleh Lee So-young bersama Hiroshi Takahashi, The Ghost Station mengalami krisis identitas tatkala narasinya sendiri kekurangan amunisi guna membangun sebuah cerita yang dipenuhi beragam macam problema dan menyerah begitu saja atas nama sebuah kutukan yang semakin menyebar seiring terbukanya sebuah fakta yang dalam penempatannya terasa kurang berguna. 

Ada sebuah cita rasa milik The Ring, meski penyebarannya sendiri amat melelahkan tatkala sebuah rules miliknya pun terbilang medioker. Ketika sebuah cakaran yang merupakan pertanda kematian dieksekusi layaknya penyakit cacar yang mudah menyebar dan dapat ditularkan begitu saja mengeliminasi sebuah koneksi, yang menurut sang sutradara merupakan sebuah bentuk ambiguitas moralitas dalam sisi kelam manusia.

Kematian karakternya pun banyak ditampilkan off-screen atau sebatas memasang wajah penuh luka. Barisan penampakan yang banyak terinspirasi dari J-horror pun gagal tampil menyeramkan meski melibatkan banyak karakter anak-anak dengan latar belakang yang paling kelam.

Dengan keseluruhan durasi 80 menit, The Ghost Station pun terburu-buru dalam menampilkan sebuah jawaban yang sebatas menumpahkan semuanya pada sebuah twist perihal kejadian masa lalu. Twist yang tak kalah medioker ini pun ditutup oleh konklusi anti-klimaks yang mengisyaratkan bahwa kutukan sebenarnya belum berakhir. Beruntung, The Ghost Station masih memiliki Kim Bo-ra yang merupakan salah satunya penyelamat film ini.

SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar