Terhitung sejak Gaslight (2023), Gumraah selaku remake resmi dari film Hindi berbahasa Tamil, Thadam (2019) mengedepankan aksi whodunit sebagai jualan yang mana merupakan salah satu genre yang paling riskan. Sutradara Vardhan Ketkar yang sebelumnya merupakan seorang asisten sutradara pertama bagi judul populer seperti Dabangg (2010), Brothers (2015) hingga Kapoor & Sons (2016) mencoba keberuntungan dengan mengarahkan satu lagi aksi yang mampu memancing atensi ini, terhitung sejak paruh awal filmnya.
Pembunuhan terjadi di sebuah rumah yang menewaskan salah seorang pria yang tengah menjalankan bisnis start-up dengan beberapa tusukan dan bukti yang telah dihilangkan. Diketahui belakangan, pria tersebut bernama Aakash Sardana (Aditya Lal) dan Inspektur Shivani Mathur (Mrunal Thakur) diperintahkan untuk menangani kasusnya.
Beragam bukti coba dikumpulkan yang kemudian mengarah pada salah seorang tersangka bernama Arjun Sehgal (Aditya Roy Kapur). Ketika proses investigasi berlangsung, Shivani kemudian dikejutkan dengan kehadiran seorang pria bernama Sooraj Rana (juga diperankan oleh Aditya Roy Kapur) yang ditangkap setelah mengemudi dalam keadaan mabuk disamping melakukan kekerasan terhadap salah satu petugas kepolisian. Pasalnya, baik Arjun maupun Sooraj memiliki wajah yang sama persis.
Tentu pertanyaan mengenai "siapa pembunuh sebenarnya?" akan dimainkan oleh filmnya seiring durasi berjalan. Proses investigasi berupa pencarian fakta pun dilipatgandakan, cukup menarik atensi penonton terhadap cengkramannya yang kuat. Terlebih, seiring fakta baru dibuka filmnya tampil kompleks berkat keberlangsungan proses yang turut melibatkan pihak forensik dan pengadilan.
Ditulis naskahnya oleh sang penulis asli filmnya, Magizh Thirumeni bersama Aseem Arora, Gumraah sejatinya tampil klasik dan setia terhadap sumber materi aslinya. Ini bukan sebuah permasalahan asalkan sang pembuat mampu menghadirkan sebuah ikatan yang benar-benar koheren terhadap sajian yang dimainkan. Vardhan Ketkar cukup cakap dalam melakukan pengadeganan-meski selanjutnya ia bak kehilangan cengkraman kala filmnya mulai beralih transisi memasuki babak ketiga.
Second act-nya menampilkan sebuah komparasi baru melalui dendam personal yang dilakukan oleh ACP Dhiren Yadav (Ronit Roy) terhadap Arjun. Sementara Shivani mencurigai gelagat Sooraj dan mencoba membuktikan bahwa dirinya adalah pelaku sebenarnya. Pertentangan semacam ini berpotensi tampil menarik andai filmnya tak memilih jalan curang berupa sebuah simplifikasi dengan tambahan opera sabun klise yang sama sekali tak membantu.
Seperti yang telah saya singgung, Gumraah terperosok kala menampilkan third-act yang tampil penuh sesak sekaligus menyentuh ranah baru dengan menampilkan drama psikologis karakternya yang dijejalkan secara paksa. Bukan tak menarik, Gumraah terlampau keras menampilkan dan menyimpan semuanya di paruh akhir tanpa benar-benar memperhatikan sebuah pembangunan yang layak semisal menebar petunjuk agar sebuah twist dapat tampil rapi.
Beruntung, para pemainnya tampil dengan performa meyakinkan. Mrunal Thakur semakin memantapkan posisinya sebagai salah satu aktris yang patut diperhitungkan, Ronit Roy tampil dengan aura penuh kebencian yang sempat mengecoh penonton, sementara Aditya Roy Kapur dalam peran ganda pertamanya tampil maksimal, meski harus diakui ini bukan karakter terbaik yang pernah dimainkan olehnya.
Menjelang credit tittle, Gumraah melemparkan sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa filmnya terinspirasi dari kejadian nyata yang banyak terjadi di beberapa negara. Saya tak akan mengungkap detail sebenarnya demi menghindari spoiler. Pernyataan tersebut jelas dijadikan sebagai jualan yang ketimbang memperkaya filmnya justru bak sebuah clickbait semata.
SCORE : 2.5/5
0 Komentar