Ide awal pembuatan Ram Setu sudah dicanangkan sejak 2007 (digunakan pula filmnya untuk membuka sebuah sekuen berlatarkan Bamiyan, Afghanistan) oleh sutradara sekaligus penulis naskah Abhishek Sharma (Tere Bin Laden, Parmanu: The Story of Pokhran, Suraj Pe Mangal Bhari) sebelum akhirnya terealisasi dan sempat tertunda akibat pandemi. Mitos atau kenyataan? Demikian pertanyaan yang dilemparkan oleh Ram Setu yang turut menyinggung beragam ranah di dalamnya termasuk agama, sains, hingga budaya.
"Agama membelah, budaya menyatukan". Demikian salah satu dialog yang diucapkan oleh Dr. Aryan Kulshresta (Akshay Kumar), arkeolog atheis yang memuja sains berbasis bukti. Ia dihadapkan pada pertanyaan mengenai eksistensi Ram Setu (atau Jembatan Adam) yang mengatakan bahwa jembatan tersebut dibuat oleh Dewa Rama atau hanyalah sebuah proses sedimentasi layaknya kebanyakan ilmuwan sebutkan?. Dalam perjalanan mencari jawaban, Aryan memulai sebuah petualangan demi mencari sebuah kebenaran yang membawanya melanglang-buana hingga ke Sri Lanka sebagaimana keabsahan yang dimuat dalam mitologinya.
Paruh pertama Ram Setu melemparkan benturan antara sains dan mitologi yang sengaja diperdebatkan. Beberapa pendapat ditampilkan yang kemudian menyusul lagi fakta belakangan yang membuat filmnya kaya akan bobot informasi. Pemicunya sendiri adalah proyek Sethusamudram yang diprakarsai oleh Indrakant (Nassar) yang berniat menghancurkan Ram Setu demi mempermudah perjalanan India ke Sri Lanka.
Sejatinya, narasi yang dibuat oleh Sharma terbilang formulaik dengan tambahan DNA Indiana Jones hingga National Treasure. Dibutuhkan atensi yang kuat untuk membuat penonton terpikat akan petualangan yang hendak ditawarkannya dan Ram Setu berusaha keras mereplika hal tersebut meski tersandung beberapa teknis, sebutlah efek CGI yang kentara artificial (keseluruhan budget-nya sendiri sebesar ₹150 crore).
Jika mengesampingkan hal diatas, demi menikmati sebuah hiburan, filmnya sendiri memberikan sebuah kesegaran mengikuti arus utama film Hindi belakangan yang enggan untuk menahan diri. Dalam perjalanannya, Dr. Aryan turut ditemani oleh Dr. Sandra (Jacqueline Fernandez), si aktivis lingkungan, Dr. Gabrielle (Jeniffer Piccinato) hingga AP (Satyadev Kancharana), yang menemani demi keuntungan moneter.
Sayang, semuanya tak berjalan kontuniti terlebih petualangan yang dilakukan filmnya sebatas hiasan jendela belaka dengan tambahan aksi kucing-tikus yang alih-alih menguatkan malah membuatnya terasa dipaksakan. Ram Setu kurang memiliki cengkraman yang kuat dalam melibatkan penonton di dalamnya, terlebih kala filmnya mulai berganti fokus demi terlihat superior.
Menjelang konklusi, filmnya menampilkan sebuah courtroom drama melalui monolog sarat analogi yang diucapkan oleh Aryan, saya menyukai bagaimana filmnya melemparkan informasi-tetapi menyayangkan bagaimana keputusan sang sutradara lewat ambisinya yang begitu besar, berakhir melukai filmnya yang kemudian mengambil jalur singkat dengan menambahkan elemen deus-ex-machina di dalamnya.
Saya paham, filmnya ingin menyampaikan sebuah perjalanan spiritual bagi karakternya yang berujung pada sebuah katarsis yang rasanya sudah cukup dengan melakukan perjalanan dan menemukan bukti-bukti dengan validitas yang sudah tak diragukan lagi. Akan lebih efektif dan efisien apabila Ram Setu memperluas karakterisasi filmnya yang tak kalah penting dan cukup berperan, sebutlah keberadaan Gayatri Kulshresta (Nushrratt Bharuccha), istri Aryan yang merupakan seorang profesor sastra yang turut terlupakan keberadaannya.
SCORE : 2.5/5
0 Komentar