Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - TELUH DARAH (2023)

 

Teluh Darah garapan Kimo Stamboel (Ratu Ilmu Hitam, Jailangkung Sandekala, Sewu Dino) tampil di ranah paling mendasar mengenai beragam macam serangan hingga kiriman ilmu hitam yang menapaki filmnya pada ranah body horror dengan sentuhan investigasi terkait sang pelaku utama. Sejenak, tak ada yang benar-benar baru dari premis yang terlanjur formulaik ini dari naskah yang ditulis secara keroyokan oleh Kimo bersama trio Agasyah Karim, Khalid Kashogi, dan Bayu Kurnia (Waktu Maghrib) dan mereka membuktikan bahwa sekali lagi, premis sederhana mampu disulap sedemikian menarik apabila sedari awal pengembangannya digarap secara matang. 

Fokusnya sendiri menyoroti keluarga bahagia milik pak Ahmad (Lukman Sardi) bersama sang istri, Astuti (Imelda Therinne) pula kedua anaknya, Wulan (Mikha Tambayong) dan Wisnu (Justin Adiwinata) yang hendak merayakan wedding anniversary. Sampai sebuah malam di meja makan, mereka dikejutkan dengan adanya bangkai musang yang sudah dikerumuni belatung selepas dentuman besar terjadi di sebuah malam.

Serupa kebanyakan keluarga yang tak percaya pada umumnya, mereka menolak bahwa semuanya berasal dari hal yang berbau mistis dan klenik, meski sebelumnya Ahmad sudah diingatkan oleh sang kolega, Bondan (Willem Bevers) untuk tetap waspada terhadap kemungkinan besar bencana yang akan mendatangi rumah mereka. Ahmad dan keluarganya mengabaikan pesan tersebut dan fokus menata kehidupan pribadinya.

Hingga kematian mengenaskan menimpa Bondan, sang anak, Esa (Deva Mahenra) kemudian melakukan investigasi mengenai masa lalu mereka dengan mencari tahu segala hal yang berhubungan dengan sebuah perusahaan yang mereka kelola di Banyuwangi pada tahun 1998 (tahun ini juga dikenal sebagai salah satu pelanggaran HAM terbesar mengenai pembantaian dugaan dukun santet).

Selanjutnya, investigasi Esa yang kemudian mengajak Wulan selepas peristiwa aneh tak masuk logika semakin mengerucut, membawa penonton terhanyut dan penasaran terhadap apa yang sebenarnya telah terjadi. Beberapa tersangka pun dicurigai, yang ternyata tak segampang membalikkan telapak tangan di saat narasinya sendiri terlalu pintai dalam memainkan elemen whodunit di setiap barisan episodenya.

Itulah salah satu keberhasilan Teluh Darah dalam memancing atensi pula antisipasi mengenai sang pelaku, semuanya tersusun sedemikian rapi selepas ragam kiriman teluh yang dimainkan secara meyakinkan oleh Kimo, mengundang rasa jijik dan ngilu ketika filmnya tak sungkan untuk menampilkan sadisme dalam bentuk hewan menjijikan dan benda diluar nalar. Mulai dari lebah, kecoak, belatung, paku hingga gumpalan darah tak segan untuk menyiksa para karakternya yang merintih kesakitan. Favorit saya adalah momen sederhana yang melibatkan hasil rontgen.

Jajaran pelakonnya pun tampil lewat performa meyakinkan, Lukman Sardi dan Imelda Therinne sudah jaminan mutu, sementara keterlibatan nama baru semisal Justin Adiwinata, Maryam Supraba, hingga Hingka Moedra mencuri perhatian lewat karakternya misteriusnya menyusul Kiki Narendra dan Ence Bagus dalam peran diluar dugaan. Sangat disayangkan adalah performa Mikha Tambayong dan Deva Mahenra yang kurang bertenaga, terlebih Mikha lewat karakterisasi terlampau denial kurang memanas pasca momen puncak berlangsung.

Teluh Darah selain karena eksekusinya yang mumpuni (bahkan melebihi karya Kimo yang sedang tayang, Sewu Dino) memiliki sebuah twist yang paling mencengangkan dan diluar dugaan. Terlebih keberhasilan filmnya memainkan sebuah hint membuat sebuah dampak signifikan bagi momen puncaknya yang pantas disebut gahar lewat sebuah adegan yang rasanya ingin berlama-lama menikmatinya jika tak terhalang minimum durasi yang telah ditentukan.

Twist-nya perlahan tapi pasti memberikan sebuah tamparan keras bagi para karakternya yang banyak mengingatkan saya akan karya Park Chan-wook yang sangat fenomenal, Oldboy (2003) dengan sentuhan Ratu Ilmu Hitam-nya Kimo. Terlebih muatannya menyentuh ranah yang paling berani dan jarang diangkat oleh sineas negeri ini.

SCORE : 4/5

Posting Komentar

0 Komentar