Keputusan membuat ulang versi sinetron legendaris yang mengudara pada tahun 1996 sampai 2002 ini memecah dua pendapat. 1). Mereka yang dengan tegas menolak karena modifikasi ekstrim tak terhindarkan, 2). Mereka yang menerima dengan lapang dada dan berpikiran terbuka dengan segala perubahannya. Saya termasuk pada golongan yang kedua, memutuskan menonton karena murni ingin mencari hiburan, terlebih saya sadar betul ini adalah film karya Anggy Umbara.
Sebagaiamana yang diterapkan sebelumnya pada dwilogi Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! (2016-2017) hingga Si Manis Jembatan Ancol (2019), modifikasi yang dilakukan Anggy memang cukup total, pun ini dapat dipahami mengingat keinginan menyampaikan relevansi pula pendekatan kultur masa kini haruslah tetap dilakukan. Jin & Jun pun tak ubahnya demikian, yang diperlukan hanyalah duduk dan nikmati saja segala hiburannya tanpa perlu memikirkan segala tetek bengek yang tak akan merubah hasilnya.
Junaidi alias Jun (Rey Bong) adalah siswa SMA yang sering mengalami perundungan berkat kondisi ekonominya (keluarga Jun dikisahkan miskin dan diburu debt collector) pula keberadaan dirinya yang masuk ke sekolah berkat adanya beasiswa. Beruntung, Jun mempunyai dua sahabat yang selalu menerima dia apa adanya, Irdan (Alif Rivelino) dan Fachri (Clay Gribble). Jun jatuh hati dengan Sarah (Davina Karamoy) yang hanya ia bisa pendam begitu saja, meski kedya sahabatnya selalu siap siaga mendukungnya.
Suatu hari setelah memutuskan kabur menghindari kejaran teman yang merundungnya, Jun yang terjebak di sebuah rumah kosong terjatuh ke sebuah ruang bawah tanah dan secara tak sadar turut melepaskan Jin (Dwi Sasono) dari dalam kendi. Sosok Jin yang dulu berasal dari Timur Tengah digantikan dengan makhluk asal kerajaan Majapahit yang menyerupai sosok Ryuk dari Death Note. Pun, berkat pembawaan maksimal seorang Dwi Sasono, wujud Jin yang dalam bentuk manusia bak banyak terinspirasi dari Deathgasm (2015) lengkap tanduk kecil, bahkan sebuah homage makan es krim di sebuah taman turut ditampilkan.
Ditulis naskahnya oleh Anggy Umbara bersama Rayhan Dharmawan (Devil on Top), Jin & Jun turut memberikan panggung sempurna bagi seorang Dwi Sasono dalam peran menggelitik khasnya yang bak mematenkan bahwa sang aktor memiliki aset komedi yang murni. Pun, sosok Jin yang dimainkannya terbilang eksis, gemar pamer dan berseloroh ini menjadi suntikkan tinggi bagi daya tarik sebuah komedi sebagaimana yang telah dipamerkan oleh trailer-nya.
Benar, komedinya tak selalu mulus dan terkadang hit and miss, namun satu hal pasti yang dimiliki filmnya adalah krakterisasi cukup kokoh beserta rules yang tak saya sangka akan dimiliki oleh sebuah film yang sedari awal sudah terang-terangan tampil over-the-top. Keputusan ini pun sejatinya berpotensi menghasilkan sebuah cibiran untuk filmnya yang bak terlihat sok asyik dengan memberikan sebuah twist sebagaimana kebanyakan tren film masa kini.
Itu bukan sebuah persoalan selama dilakukan secara signifikan dan tanpa melupakan akar adaptasinya itu sendiri. Production value-nya mungkin terkesan murah, namun ini adalah film seorang Anggy Umbara dengan segala ambisi tak tertahankan miliknya. Berbeda dengan apa yang dilakukan di Khanzab (film buatannya yang turut rilis di hari yang sama), style-over-substance yang diterapkan pada Jin & Jun terasa tepat guna, terlebih kala memasuki paruh ketiga yang memberikan sebuah surat cinta bagi mereka penggemar Dragon Ball misalnya.
Konklusinya, meski meninggalkan tanya sana-sini, menjadi ajang unjuk gigi Anggy dalam merangkai pertarungan penuh buatan CGI yang cukup membuat memberikan daya hibur selama tak mengeluhkan kualitas visualnya. Pun, setelah melihat apa yang terjadi setelahnya, Jin & Jun siap untuk memberikan sebuah petualangan baru yang lebih luas, lebih nostalgia dan lebih menjanjikan dengan setumpuk pop-culture pada zamannya yang bisa saja turut berperan.
Di saat yang bersamaan pula, seperti yang telah saya sentil sebelumnya, Jin & Jun ternyata memberikan sebuah hasil yang tak pernah saya duga sebelumnya menjadikan filmnya lebih bisa diterima dengan tendensi kokoh miliknya. Bahwasannya apa yang kita inginkan mungkin tak pernah sejalan dengan apa yang diharapkan terlebih setelah menikmatinya. Kondisi seperti ini membawa karakternya perlahan menyentuh sebuah pendewasaan, meski untuk melewatinya selipan dakwah khas Anggy Umbara masih saja menyertainya. Setidaknya, Jin & Jun adalah tontonan menyenangkan di luar segala kekurangan dan keputusan yang seharusnya tak menjadi sebuah perdebatan.
SCORE : 3/5
0 Komentar