Judulnya sendiri merujuk pada sebuah artikel dari cover majalah Times yang dimuat pada tahun 1971. Jesus Revolution adalah adaptasi memoar seorang Greg Laurie yang dalam masa hidupnya turut mengikuti gerakan "Jesus Freak" di mana budaya hippie tengah menjamur waktu itu dengan slogan khas seperti "Make Love not War" hingga "Peace and Love" marak diteriakkan. Tak sedikit yang mengganggap budaya ini sebagai sebuah ancaman menikmati kebebasan dan narkoba lewat ekspresi anak muda, pun gaya baju dan kebiasaan tak memakai sandal kerap diartikan sebagai jorok.
Chuck Smith (Kelsey Grammer) adalah salah satunya yang bersikap sinis dan antipati, pengkhotbah di gereja Calvary Chapel ini merasa gerakan tersebut tak berguna, terlebih setelah mempengaruh sang puteri semata wayangnya, Janette (Ally Ioannides) yang kerap bersikap kasar terhadapnya. Kondisi semacam ini dapat dipahami mengingat kesenjangan budaya dan sudut pandang yang bersebrangan akan anak dan orang tua semakin meregang.
Berkat sebuah celetukan tak sungguh dari Chuck, Janette nekat membawa seorang hippie yang ia temui di perjalanan, Lonnie Frisbee (Jonathan Roumie) namanya, berpenampilan layaknya manifestasi dari Yesus lengkap dengan rambut panjang, janggut tebal hingga pakaian yang sengaja ia tulis sebagai bukti cintanya. Perlahan tapi pasti, hubungan antara Chuck dan Lonnie mulai menapaki sebuah simbiosis mutualisme mengingat gereja tempat Chuck mulai kekurangan anak muda dan kepedulian Lonnie akan remaja tanpa iman ia gambarkan dengan domba tanpa gembala.
Namun, Jesus Revolution adalah kisah lewat sudut pandang Greg Laurie (Joel Courtney) yang dalam masa pencarian jati diri-yang kemudian turut bergabung dalam gerakan Jesus Movement secara tidak sengaja dengan niat awal yang tadinya hanya sebatas menggaet hati seorang wanita bernama Cathe (Anna Grace Barlow) dan berujung pada menonton konser Janis Joplin.
Naskah yang ditulis oleh Jon Erwin (turut merangkap sebagai sutradara bersama Brent McCorkle) dengan bantuan Jon Gunn (I Still Believe) berniat menampilkan sisi positif (jika tak ingin disebut dakwah terselubung) dari gerakan fenomenal yang bergerak pada akhir tahun 60-an itu. Kita menyaksikan kedamaian antara Lonnie dan Chuck yang berbagi sudut pandang, mengenyahkan ego dan bahu-membahu menginjili para kaum hippie dengan segala khotbah yang jauh dari kesan menggurui. Pun, Chuck sempat membasuh satu-persatu kaki mereka sebelum masuk gereja yang membuat sebagian para paroki meninggalkannya.
Jesus Revolution adalah film penting mengenai iman yang ternyata tak selalu menuntut apa yang dianggapnya berbeda, dan film ini menampilkan hal itu lewat sosok Chuck yang perlahan membuka diri dan pikiran mengenai keberadaan yang sulit untuk dihindarkan, pun ini memberikan sebuah gambaran bahwasannya penyebaran agama tak selalu dilakukan secara konvensional, lewat pertunjukan musik band Love Song pun khotbah dan kebaikannya bisa juga berjalan.
Diluar segala pesannya yang hangat, keputusan untuk mengeliminasi konflik yang sebenarnya terjadi (homoseksualitas salah satu pendiri) sah-sah saja selama pembuatnya sadar akan kompetensi filmnya. Namun, apa yang terjadi di Jesus Revolution justru sebaliknya, ketiadaan konflik yang pasti (meski beberapa diantaranya digantikan oleh masalah umum yang dialami para karakternya) menjadikannya bak sajian yang kosong-melompong, terlebih transisi cepat yang ditampilkan kerap memberikan dampak yang terasa kasar.
Penyutradaraan Erwin dan McCorkle bak selalu menekan tombol fast-forward yang tak memberikan bobot emosi pada masing-masing karakternya, misalnya proses katarsisasi yang dialami oleh Laurie minim akan sebuah dampak, pun menjelang konklusi, salah satu konflik yang meregang antara dua karakter sebatas berjalan di permukaan tanpa pernah diesksplorasi secara pantas dan memilih jalan pintas berupa penyakit yang sering diterapkan untuk sebuah film biografi.
Pada salah satu adegan di tengah proses khotbah yang dilakukan oleh Loonie di gereja Calvary Chapel bergantian datang para pengunjung dengan kondisi fisik yang tak sempurna, Loonie menyuruh para jemaat untuk memberikan doa dan berharap akan sebuah mukjizat bersamanya, seketika para jemaat saling menguatkan dengan memberikan pelukan tangan. Momen seperti ini berhasil membuat Jesus Revolution terasa hangat, andai keseluruhan filmnya menyuntikkan semangat seperti ini pesannya akan jauh lebih dari sekedar memberikan pencerahan dan kedamaian sebagaimana tujuang utama filmnya dibuat.
SCORE : 2.5/5
0 Komentar