Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - GASLIGHT (2023)

 

Gaslight karya terbaru dari sutradara Pavan Kirpalani (Ragini MMS, Phobia, Bhoot Police) memainkan sebuah misteri klasik mengenai "Apa jadinya jika kepulangan seorang Putri ke rumah masa kecilnya?" yang merupakan sebuah pertanyaan familiar dalam sub-genrenya. Tentu ada sebuah perubahan yang membuat karakter utamanya bertanya-tanya dengan segala perubahan yang turut mengaitkannya dengan adanya sesuatu yang tak beres berupa sebuah rahasia yang coba disembunyikan pula kebohongan yang tak sesuai dengan kenyataan.


Putri yang dimaksud bernama Meesha (Sara Ali Khan) yang terikat dengan kursi roda pasca 15 tahun meninggalkan rumah masa kecilnya. Kerenggangan Meesha dengan sang ayah, Raja Ratan Singh Gaikwad (Shataf Figar) salah satunya dipicu akibat kehadiran sang ibu tiri, Rukmini (Chitrangada Singh). Hingga tatkala sebuah surat yang menumpuk pula komunikasi seluler sulit dihubungi memantapkan Meesha untuk kembali dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.


Latar belakang Meesha mungkin urung dieksplorasi, yang sedari menit awal dijelaskan bahwa sang ibu melakukan tindakan bunuh diri dan dirinya tenggelam dalam luka dalam pasca sebuah kecelakaan yang menimpanya. Rukmini mungkin adalah salah satu tersangka menurut Meesha, namun narasi kemuian melebarkan penceritaannya yang turut memperkenalkan kita pada karakter lainnya yang tak kalah penuh dengan tanda tanya: Kapil (Vikrant Massey) si manajer perkebunan kepercayaan sang ayah, polisi yang sebentar lagi dipromosikan, Ashok (Rahul Dev), dokter kepercayaan kerajaan, Shekhawat (Shishir Sharma), hingga sepupu jauh Meesha, Rana (Akshay Oberoi).


Eveyone's a suspecet. Demikian rumus umum sebuah film thriller-mystery yang turut diterapkan film ini. Dalam realisasinya, Kirpalani yang turut merangkap sebagai penulis naskah dibantu oleh Neha Sharma (bukan, bukan aktor) memainkan sebuah pola cenderung klise di mana semuanya bermula pada orang terdekat dengan kepentingan pribadi. Meskipun demikian, pengadeganannya tampil mumpuni, meski nihil signifikansi, Kirpalani bahkan sempat menapaki ranah neo-noir dalam sebuah adegan kematian salah satu karakternya yang dibungkus secara estetik.


Adalah Ragul Dharuman yang turut berjasa melahirkan adegan tersebut selaku sinematografer yang piawai memberikan gambar berbicara, sebutlah tatkala kamera miliknya mulai menyoroti lorong demi lorong hingga deretan anak tangga yang dilalui karakternya, kesan klaustrofobia menguar disini, menjadikan Gaslight selangkah lebih maju dalam urusan gambar dibandingkan kompatriotnya dalam arus utama dewasa ini.


Sara Ali Khan tampil lewat peran yang belum pernah ia mainkan, sedikit lebih berani meski tidak dalam penampilan terbaiknya. Vikrant Massey yang turut menjadi sidekick sampingan bagi karakter utama tampil dengan pembawaan santai dan mulai diberikan porsi lebih kala durasi bertambah. Chitrangada Singh seharusnya bisa tampil lebih gahar lewat karakter naik-turun miliknya, meski penampil terbaik dan berkesan jatuh kepada Akshay Oberoi dalam pembawaan sombong nan berkelas yang dengan mudah penonton curigai keberadaannya.


Seperti yang telah saya singgung, Gaslight memang cenderung klise dengan tetap mempertahankan formula sederhana-di tengah keberagaman sub-genrenya yang mulai berani menampilkan sebuah diferensiasi sekaligus membawa unsur sosial. Naskahnya sempat tertatih-tatih kala repetisi ketakutan Meesha diulang secara dua kali hanya untuk menegaskan bahwa semuanya tidak seperti yang dibayangkan, meski pada titik ini secercah jumpscare klasik memberikan sumbangsih lebih dalam hal yang tak terduga.


Demikian pula dengan konklusinya, di mana bak seolah tak ada cara lain, Kirpalani menumpuk elemen tersebut secara tumpang-tindih, penuh sesak dan bahkan sedikit mengkhianati proses miliknya. Beruntung, Gaslight masih memiliki komparasi dengan apa yang akan ditampilkan nantinya memperkuat sebuah pengadeganan yang jauh dari sebuah pembaharuan ini terasa cukup meyakinkan untuk disaksikan.


SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar