Ketimbang bergerak ke ranah konvensional, The Antique Shop yang merupakan hasil kolaborasi dua negara, Thailand dan Malaysia (meski masing-masing karakternya mewakili beberapa wajah mentereng di perfilman Asia, termasuk Rio Dewanto dari Indonesia dan Bae Jin-young asal Korea Selatan) adalah antologi yang mengedepankan narasi. Memulai semuanya dengan bercerita, filmnya sendiri malah kebablasan dan melupakan esensi horor itu sendiri (maklum, horor Thailand dikenal akan keseramannya).
Dibagi menjadi tiga babak, di mana semuanya bermula dari kunjungan Andy (Xu Bin), pengusaha asal Singapura yang menyempatkan diri mendatangi toko barang antik milik seorang Madam (Pijika Chittaputta) dengan asistennya, Alec (Damien Teo) sebelum penerbangannya dimulai. Pertanyaan sekaligus ketertarikan Andy akan suatu barang membuka sebuah sejarah sebelumnya.
Pertama, Andy tertarik akan sebuah kursi yang turut melemparkan kisahnya pada segmen pertama bertajuk Survive (Chair of Death) di mana dikisahkan Wadi (Rio Dewanto) imigran asal Indonesia yang mengadu nasib ke Thailand harus berurusan dengan geng mafia yang menanyakan keberadaan narkoba. Segmen ini sejatinya menarik, pun demikian dengan Rio Dewanto yang tak banyak berdialog, sebatas memasang ekspresi wajah meyakinkan kala kursi yang didudukinya menyimpan sebuah kisah kelam yang nantinya turut membantunya menyelesaikan permasalahan. Sayang, semuanya terasa stagnan kala repetisi yang diselingi penampakan pula penglihatan akan entitas lain begitu menjemukan ditengah kisahnya sendiri yang sarat akan unsur humanisme.
Selanjutnya disusul oleh Half Second (Bracelets of Love) yang menampilkan perjuangan cinta seorang pria asal Singapura, Ryan (Aloysius Pang) terhadap wanita Thailand yang membawanya pada sel penjara. Half Second pun demikian, menyimpan esensi menjanjikan perihal roh yang mencari inang baru, sayang, efek CGI yang tak meyakinkan turut memperparah keadaan disaat beberapa scary imageries miliknya justru berjalan sambil lalu sebagaimana durasi segmennya yang begitu pendek.
Terakhir adalah Happy Birthday (Knife of Vengeance) sebagai penutup yang merupakan segmen terbaik yang dimiliki filmnya. Alurnya sendiri mengisahkan tentang Song (Bae Jin-young) yang mengundang beberapa teman yang pernah merundungnya sewaktu sekolah. Happy Birthday kental akan nuansa suspense yang memfokuskan penonton untuk sedikit mencicipi beberapa unsur gore (meski tak kelewat berani) dengan jalinan cerita yang cukup rapi, jika tak terkendala oleh sebuah twist klise yang sedikit memaksa agar terlihat pintar. Jin-young lewat ekspresi misterius pula wajah datar psikopatnya menyimpan sebuah kengerian tersendiri yang sudah mencuri perhatian sejak kemunculan awalnya.
Disutradarai oleh Suphakorn Riansuwan yang sebelumnya pernah menggarap antologi horor dalam Haunted Tales (2021), The Antique Shop jelas penuh kekurangan sana-sini dengan beberapa segmen yang terasa ditutup secara paksa. Pun, ini bukanlah sajian yang sepenuhnya buruk, meski sangat disayangkan semuanya seolah dijahit secara paksa dengan melibatkan benang merah dengan salah satu karakternya yang luar biasa menghasilkan transisi yang amat kasar. Klimaksnya pun nihil sebuah eksplorasi, sebatas ditutup karena durasi sudah mencapai akhir dengan sebuah cliff-hanger yang entah tujuannya apa, membuka sebuah sekuel atau sengaja dibiarkan karena murni kebingungan para pembuatnya?
SCORE : 2/5
0 Komentar