Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - BLURR (2022)

 

Menandai Taapsee Pannu sebagai produser, Blurr merupakan remake dari film populer berjudul Julia's Eye (2010) sekaligus merupakan film remake yang dibintangi sang aktor untuk ketiga kalinya setelah Badla (2019) dan Dobaaraa (2022) yang masing-masing merupakan saduran dari film Spanyol dengan keterlibatan Oriol Paulo di dalamnya. Kali ini giliran sutradara Ajay Bahl (B.A. Pass, Section 375) yang menukangi thriller sarat elemen home invasion ini.


Terbangun dari mimpi buruk, Gayatri (Taapsee Pannu) mempunyai firasat bahwa sang kembarannya, Gautami (juga diperankan oleh Taapsee Pannu), musisi yang kehilangan penglihatannya-sedang tak baik-baik saja. Ia kemudian memaksa sang suami, Neel (Gulshan Devaiah) untuk pergi ke tempat sang adik di sebuah perbukitan di desa Uttarakhand. Benar saja, Gautami tewas bunuh diri. Menolak kepercayaan polisi, Gayatri mencoba membuktikan bahwa kematian sang adik menyimpan sebuah misteri.


Berjalan pelan-namun intens, Blurr sesuai judulnya, selain mengisyaratkan mengenai kondisi degeneratif tokoh utamanya (kelak, secara perlahan Gayatri pun akan mengalami hal serupa) mengaburkan batas antara thriller home invasion dengan unsur supernatural yang mana melekat erat pada paruh utamanya (termasuk sebuah sekuen mimpi yang ditampilkan dengan pengadeganan mumpuni). Singkatnya, Blurr adalah sajian mencekam lengkap dengan segala tetek bengek setting pula gradasi warna yang didominasi warna abu-abu.


Ruang lingkupnya mungkin terlihat sederhana, tentu kita akan digiring mengenal beberapa tersangka utamanya yang kebanyakan merupakan tetangga Gautami yang tak kalah misterius pula penuh tanda tanya. Radha Solanki (Kruttika Desai), si mantan aktor hingga sepasang ayah-anak terdekat Gautami, Bipin Nath (Sorabh Chauhan) dan Ira (Nitya Mathur).


Satu yang paling saya sukai dalam Blurr adalah kepiawaian para pembuatnya dalam memberikan sebuah dualisme berlawanan hingga turut menyinggung ranah cacat sosial ke ranah terkelam seorang manusia yang tak hanya sekedar terlihat dalam tampilan fisik saja, lebih dari itu Blurr menekan sebuah unsur psikologis yang coba dimainkan dengan begitu edgy. Ada sebuah ketakutan menguar pula turut diselipkan prosesnya yang mana jarang terjadi dalam sub-genrenya.


Taapsee Pannu tampil gemilang dengan beragam degradasi emosi-meski dalam kondisi mata tertutup. Sang aktris seolah menegaskan kenyamanan dirinya dalam mengesksplorasi beragam genre (meski thriller merupakan kegemarannya) adalah sebuah keahlian yang meski diakui. Gulshan Devaiah tampil meyakinkan, meski karakternya sendiri kekurangan hal terkait eksplorasi, sebatas dijadikannya sebagai karakter suami yang mempercayai bahwa keyakinan sang istri merupakan halusinasi.


Bukan tanpa cela, Blurr memang berjalan di ranah klise dan sempat tertatih di paruh keduanya. Ada beberapa tarik ulur yang sengaja diperpanjang dengan tujuan menambal durasi, meski hasilnya hit and miss. Konklusinya tampil cukup memuaskan meski terlampau sederhana untuk mengakhiri semuanya. Setidaknya, hasil kamera bidikan Sudhir K. Chaudhary (Section 375, Shershaah, Drishyam 2) menampilkan sebuah estetika pula setia memberikan sebuah pengalaman yang turut melibatkan kecemasan karakternya dalam hal terkecil semisal mencurigai apa yang hendak dan bisa saja terjadi ketika seseorang mulai terobsesi dengan pikiran kacaunya.


SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar