Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - LIGER (2022)

 

Semula berjudul Fighter, Liger sejatinya mengalami beberapa kendala dalam masalah produksi yang dilakukan ketiga pandemi Covid-19 semakin meningkat. Perubahan judul pun dilakukan, merujuk pada nama protagonis utamanya yang diperankan oleh Vijay Deverakonda dalam debut bollywood pertamanya, memperluas ragam seni peran Pan-India. Liger sendiri merupakan gabungan dari Lion dan Tiger, demikian ucap Balamani (Ramya Krishnan) secara lantang.


Liger tak jauh beda dari kebanyakan drama olahraga yang berangkat dari premis from zero to hero, di mana Liger dan Balamani berangkat dari sebuah desa bernama Karimnagar guna mewujudkan mimpi ayahnya (yang juga merupakan seorang atlet seni bela diri campuran) dengan berlatih kepada Christopher (Ronit Roy) rival ayahnya. Dari sini, kentara betul elemen Creed (2015).


Balamani meminta Christopher untuk melatih Liger secara gratis, yang semula ditolak sebelum ia mengatakan impian ayahnya. Christopher seketika melunak dan meminta Liger untuk fokus dan menghindari wanita. Dari sini, naskah yang ditulis oleh Puri Jagannadh (juga bertindak selaku sutradara) bersama A.R. Sreedhar (sementara Prashant Pandey membantu menulis dialog versi Hindi) mulai salah kaprah, sarat akan unsur misogini serta celetukan seksis, bahkan dalam bentuk dialog yang dilontarkan oleh wanita itu sendiri.


Balamani menyebut wanita sebagai setan, sementara Ananya Panday sebagai Tanya, love-interest Liger melontarkan dialog mengerikan secara santai. Laki-laki pertama kali melihat wanita dari bawah menuju atas. That's creepy. Bahkan dalam sebuah pertarungan Liger menyentuh payudara salah satu wanita yang bahkan dijadikan sebagai sebuah candaan. Disengaja atau tidak, hasil tersebut merupakan pola pikir yang tak patut untuk ditiru, apalagi dijual secara luas atas nama hiburan.


Polanya sendiri cenderung generik dan bahkan tak banyak perubahan, hanya sedikit tambahan informasi bahwa Liger adalah pria gagap, dan itu pun hanya jalan supaya filmnya tetap berjalan dan membuka upaya para pemeran lain mengolok-oloknya, termasuk Sanju (Vishu Reddy), saudara Tanya. Perkelahian antara mereka jelas akan terjadi, termasuk dalam ring memperebutkan juara nasional lomba MMA.


Salah satu hal yang fatal dalam Liger adalah naskahnya yang semula tampil generik kemudian bak terjun bebas, mengubah alur film dengan menambahkan bumbu romansa yang menurut saya sendiri mengerikan. Romantisasi dalam bentuk misogini jelas telah begitu dimafhumi, pun dalam kaitannya, nomor musikal pun dimasukan tanpa permisi, asal tampil tanpa memperhatikan sebuah korelasi.


Liger mempunyai Mike Tyson dalam extended-cameo yang membuat keduanya nantinya akan saling beradu jurus dan kemudian menciptakan sebuah spektakel yang diharapkan sebagaimana mestinya. Sayang, penghormatan bagi sang maestro ternodai oleh naskah yang terlalu berusaha tampil keras lalu berujung hambar. Klise.


Vijay Deverakonda lebih layak mendapatkan peran yang sebatas mengeksploitasi bentuk tubuh dengan hot pants-nya yang membuat wanita bersorak kegirangan. Sementara Ananya Panday, kembali memainkan tokoh wanita sarat damsel in distress, terobsesi untuk menjadi aktor hollywood, tergila-gila oleh sosial media, dn alasan ia mencintai Liger pun sungguh tak masuk akal. Hingga konklusinya tiba, Liger kemudian mematahkan harapan sebuah hiburan sekaligus memantapkan bahwa naskahnya memang tak punya amunisi lebih selain mengakhirinya dengan cara yang serba instan. 


SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar