Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - KAMU TIDAK SENDIRI (2021)

 

Harus diakui, Kamu Tidak Sendiri yang lahir dari gagasan buah pikir Lukman Sardi adalah sajian yang patut diapresiasi berkat keinginan tampil beda di mana genre survival thriller dengan setting satu lokasi teramat jarang dijamah. Ditulis naskahnya oleh Tittien Wattimena (Dilan 1990, Aruna & Lidahnya, My Sassy Girl) yang ketimbang tampil dalam skala besar (filmnya turut menjadikan gempa Palu sebagai latar) ia memilih menyorot individu yang tengah terguncang psikisnya di tengah permasalahan pribadinya yang sama besarnya.


Mira (Adinia Wirasti) adalah sosok atasan killer oleh bawahannya, tak jarang ia kerap dipanggil "Bu Amir" dibelakang penampilannya yang tak banyak bicara dan professional. Suatu ketika, tatkala ia hendak pulang setelah bekerja lembur melewati lift, bencana tak terduga seketika datang tatkala lift yang ia naiki bersama Mika (Ganindra Bimo), pria yang bekerja di gedung yang sama sekaligus pengagum rahasia Mira tiba-tiba macet, mengurung mereka berdua entah sampai kapan.


Mira memang dikenal anti-sosial. Itulah mengapa ketika ia terkurung bersama penguntitnya (lebih tepat dipanggil demikian, karena karakterisasi Mika memang dekat ke arah sana) menciptakan bahaya dua kali lipat. Pria yang selalu mengiriminya coklat kini berada disampingnya, yang mana akan lebih menarik apabila paranoia tersebut di dorong ke ranah yang lebih dalam-yang sayangnya tak jarang digunakan oleh naskahnya tatkala keberadaan Mika hanya sebatas pemantik.


Tujuannya tentu dapat dipahami-meski terkait kontuniti yang mana nantinya berfungsi membuka hati Mira perihal "bersosialisasi" tersaji kurang tepat, karena sedari awal filmnya bergulir, kita telah berkenalan dengan Adrian (Rio Dewanto), mantan anggota SAR yang kini bekerja sebagai sekuriti di kantor Mira, yang sudah di-plot akan menjadi "penyelamat" bagi Mira nantinya.


Makna "penyelamat" di sini bukan tampil sebagaimana seorang pahlawan biasanya, lebih dari itu, Kamu Tidak Sendiri memberikan kekuatan bagi psikis bagaiman kekuatan kata menjadikan semuanya perlahan sirna. Penampilan Rio Dewanto tak selalu satu layar dengan Adinia, yang kita dengar ialah suaranya lewat interkom dan komunikasi keduanya yang cukup memberikan ruang bagi penonton untuk sekedar bernapas kala sentuhan komedi turut mengiringi komunikasi.


Meski berjalan fluktuatif, nuansa humor tersebut menjauhkan filmnya dari kesan monoton sebagaimana banyak ditampilkan film bertema serupa. Kamu Tidak Sendiri adalah debut bagi sutradara Arwin T Wardhana yang berkat tangan dinginnya mampu mengolah ketegangan dengan cukup mumpuni meski penuh catatan sana-sini, paling vital adalah kurangnya variasi adegan yang tak ayal dibebankan sepenuhnya pada Adinia Wirasti yang mengembam tugasnya dengan sangat baik, lihatlah bagimana range emosi yang sang aktris berikan selalu menjadi sorotan kamera Yadi Sugandi sebagai jalan menutupi kekurangan.


Catatan lain ialah perihal pemakaian CGI yang kentara sebagai tempelan, membuatnya seolah kurang bernyawa meski tak lantas menjadikannya murahan. Benar, ini adalah perihal biaya produksi yang tak besar yang bukan sebuah alasan apabila sang sutradara mampu mengakalinya sebagaimana momen tatkala kita melihat mesin lift seketika jatuh disertai percikan-percikan (di trailernya terlihat jelas).


Konklusinya memang memberikan harga sepadan, meski di satu sisi terasa dipaksakan, sebutlah momen kedua pelakon utamanya untuk pertama kalinya di sebuah rumah sakit. Setidaknya, Kamu Tidak Sendiri patut diapresiasi berkat keputusan tadi, selama kamu mengenyahkan segala kekurangan sana-sini, niscaya hasilnya dapat dinikmati.


SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar