Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - THE DOLL 3 (2022)

 

Pasca Suzzanna: Bernapas dalam Kubur (2018) hingga Jeritan Malam (2019) yang membawa nama Rocky Soraya lebih membumi dengan memainkan elemen baru, The Doll 3 yang diniati menjadi akhir dari franchise sebelumnya ini bak nostalgia bagi Rocky Soraya yang gemar bermain gaya khas miliknya: slasher tusuk-tusukan, parade kaca pecah dan kecelakaan hingga gaya kamera memutar yang masuk melalui lubang kunci atau membungkus kegiatan karakternya. Yang membedakan mungkin kali ini, sosok bonekanya lebih canggih dan mahal (konon memakan biaya produksi 2 miliar hanya untuk boneka saja). Namanya Bobby, boneka animatronik yang bisa berbicara dan berjalan layaknya manusia.


Tara (Jessica Mila) hanya memiliki Gian (Zizie Zidane), adik sekaligus keluarga satu-satunya yang selamat pasca sebuah kecelakaan menimpa keluarganya. Dengan bekas luka yang terlihat jelas diwajahnya, bisa kita pahami bahwa Gian mengalami trauma (elemen psikologisnya sangat disepelekan oleh film ini), lebih banyak menyendiri dan tak banyak berbicara. Hingga sebuah pesta tahun baru yang diadakan oleh perusahaan milik Tara bekerja diselenggarakan, untuk pertama kalinya Gian diajak. Naas, pada saat countdown tahun baru dimulai, Gian memutuskan untuk bunuh diri dengan melompat di gedung tinggi. Dari sini kita berkesempatan melihat shoot cantik Tara yang menangisi kepergian Gian dengan semburan kembang api menghiasai langit malam.


Dua bulan berlalu, dan Tara masih belum juga sembuh, ia bahkan mengabaikan sang kekasih, Aryan (Winky Wiryawan). Hidup memang harus tersus berjalan, teringat perkataan Rere (Masayu Anastasia), sahabatnya yang pernah menceritakan bahwa boneka bisa menjadi medium bagi masuknya arwah, Tara nekat melakukan hal tersebut dengan mendatangi dukun sembari membawa boneka Bobby, mainan kesayangan Gian. Keinginan Tara sangat sederhana, sebatas mengucapkan salam perpisahan. Arwah Gian kini sudah berada di boneka Bobby, Tara mulai menata hidupnya kembali, namun siapa sangka bahwa Gian yang kini dalam boneka Bobby nyatanya sudah berubah, bukan Gian yang sama sebagaimana ia kenal sebelumnya.


Masih ditulis naskahnya oleh Rocky Soraya bersama penulis langganannya, Riheam Junianti, The Doll 3 masih menerapkan pola serupa di mana kehilangan orang terkasih membawa malapetakan pasca bertindak secara gegabah. Pun, demikian dengan Rocky, sebagaimana yang sudah saya singgung diatas, pengarahannya tak benar-benar baru, masih Rocky yang dulu yang gemar menampilkan sebuah gorefest dengan banjir darah dimana-mana, dan barisan karakternya adalah tokoh yang sulit untuk mati meski sudah mendapati luka parah.


Itulah yang terjadi dengan Mikha (Montserrat Gizelle), anak semata wayang Aryan yang begitu dengan Tara. Bohong jika saya tak menikmati barisan demi barisan kebodohan ini, di mana kali ini Rocky semakin menekan tingkat sadisme miliknya, tebasan tak hanya di tubuh saja, melainkan turut melibatkan anggota lain yang tak kalah sensitif semisal leher, kaki, hingga tangan. Ini akan bekerja apabila anda menanggalkan logika, yang sebagaimana banyak diterapkan oleh karya Rocky sebelumnya.


Para pemain mungkin tak diberikan tantangan lebih selain hanya untuk berlari dan berteriak, meski demikian saya menyukai beberapa pilihan shoot yang merangkai pengadegan milik The Doll 3, favorit saya adalah ketika boneka Bobby menyerang di sebuah tangga sembari bergelantung dan mengangkat pisau hingga serangan yang turut melibatkan kolam di mana momen kucing-tikus dimainkan.


Rocky sadar betul bahwa ia tengah bermain-main dengan kebrutalan dan hendak memberikan jeda pada penontonnya dengan memasukan unsur comic-relief dari dialog Bobby yang beberapa kali melontarkan kalimat sumpah serapah hingga bernada guyon semisal ia merasakan pusing tatkala terlempar. Ini mungkin sedkit mengkhianati tone serius milik filmnya-meski pada dasarnya, di studio tempat saya menonton ini terbukti efektif memancing tawa.


Konklusinya akan melipat-gandakan teror tersebut, sebagaimana pendahulunya-meski pada kenyataannya ini sedikit mengendur tatkala sebuah twist lagi-lagi ditampilkan. Meskipun bukan perihal perselingkuhan atau warisan, twist-nya gagal memberikan sebuah tebusan sepadan dan lebih dekat ke ranah sinetron. Kehadiran Bu Laras (Sara Wijayanto) dan Pak Raynard (Jeremy Thomas) mungkin amat dipaksakan kehadirannya, kedua tokoh ini hanya berperan sebagai pemberi epilog panjang sebagaimana gemar dilakukan oleh Rocky Soraya, dan The Doll 3 semakin memantapkan hal tersebut.


SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar