Didasari pada kejadian nyata penerbangan 9W 555 dari penerbangan Jet Airways Doha ke Kochi yang mengalami turbulensi karena faktor cuaca pada tahun 2015, Runway 34 adalah nama landasan pacu yang ditempuh sang pilot saat ia menganulir jalur alternatif. Kejadian yang sempat menghebohkan massa ini lantas menjadi dasar utama film ketiga yang disutradarai oleh Ajay Devgn (turut merangkap sebagai pemain dan produser) pasca debutnya di U Me Aur Hum (2008) dan Shivaay (2016).
Kapten Vikrant Khanna (Ajay Devgn) adalah pilot dengan memori eidetic, di mana ia dapat menginat segal ragam peristiwa secara gamblang. Sudah mengudara selama enam hari berturut-turut membuat Vikrant merasa bahwa dirinya terkadang mencintai atau membenci pekerjaannya. Dan dalam penerbangan ketujuh ini ia masih meraba-raba, meski keinginan untuk berkumpul bersama keluarga begitu menghantui pikirannya.
Dengan pesawat Boeing 737-800 milik Skyline 777 dengan nomor penerbangan 555 dan membawa 150 penumpang dari tujuan Dubai-Kochi, ia melaksanakan tugasnya dengan ditemani co-pilot baru, Tanya Albuquerque (Rakul Preet Singh) dengan pemberangkatan di pagi hari (05.45, sesuai dengan peristiwa aslinya) yang ternyata membawa kapal mereka mengalami turbulensi akibat cuaca yang buruk, belum lagi pandangan yang tak jelas. Jalur alternatifnya adalah Runway 13 menuju Bangalore, namun Vikrant kukuh membawa pesawatnya-yang kekurangan bahan bakar dan sesuai instruksi-menuju Trivandrum.
Dibagi dalam dua babak, babak pertama menghabiskan dan menyoroti upaya Vikrant dan Tanya-mengudara yang mengalami kendala, Aseem Bajaj (Parched, House of Secret: The Burari Deaths, Sacred Games) selaku sinematografer tahu betul bagaimana memantik kengerian dalam pesawat, entah itu menangkap emosi para penumpang dalam latar belakang yang berbeda dan menarik untuk disimak (meski gagal dimanfaatkan selanjutnya) hingga menyoroti ruang kokpit dengan segala kepanikan dan ketegangannya.
Kita tahu bahwa insiden itu akan berujung selamat, meski itu tak lantas membuatnya aman-aman saja. Perilaku serta tindakan Vikrant dianggap membahayakan penumpang, terlebih kala salah satu dari mereka mengalami serangan jantung dan meninggal setelah berhasil diselamatkan. Seorang investigator dari AAIB (Air Accidents Investigation Branch), Narayan Vedant (Amitabh Bachchan) mengambil alih kasus ini, menuntut Vikrant atas segala kelalainnya, yang memulai dibukanya babak kedua di daratan, di mana momen courtroom drama ditampilkan.
Ditulis naskahnya oleh Sandeep Kewlani dan Aamil Keeyan Khan, Runway 34 yang semula memasang judul "May Day" membawa sebuah ranah baru yang jarang dijamah sinema Hindi, thriller-drama disatukan dalam proses kontuniti yang dihantarkan secara mulus-meski kadangkala berlalu begitu cepat. Setidaknya, ini tak mengurangi lajur filmnya dalam membentuk sebuah narasi yang senantiasa memantik atensi.
Ajay Devgn selaku pemain dan sutradara paham betul bagaimana memainkan penceritaan dan pengadeganan untuk tampil dinamis, tanpa terkesan canggung ataupun nihil kesinambungan. Paruh pertama dalam sebuah momen pesawat adalah contoh terbaiknya, pun di beberapa kesempatan drama pengadilannya bekerja sesuai aturan, memantik emosi dan keingintahuan yang sama besarnya dengan apa yang hendak ditampilkan.
Keputusan untuk meminimalisir nomor musikal adalah keputusan tepat, di mana ini menjaga radar emosi tanpa harus kehilangan nyawa tanpa harus membagi porsi. Sayang, untuk ukuran film yang ingin sepenuhnya melibatkan banyak karakter, Runway 34 terasa cacat. Boman Irani sebagai pemilik perusahaan Skyline harus kena batunya, tatkala penokohannya banyak dikesampingkan. Pun, begitu pula dengan Aakansha Singh sebagai istri Vikrant yang jatah tampilnya begitu minim, sulit untuk memberikan koneksi terhadap keduanya disaat peluang sepenuhnya terbuka lebar. Menyusul setelahnya adalah Angira Dhar sebagai pengacara Vikrant yang sebatas turut tampil, tanpa diberikan banyak kontribusi.
Runway 34 pun terkendala pemilihan gaya bahasa massa Hindi yang bak sebuah analogi yang ingin tampil pintar-namun dangkal. Ini banyak dilontarkan oleh Narayan, yang berkat pembawaan serupa karakter yang pernah ia mainkan sebelumnya oleh Amitabh Bachchan terasa kurang lantang dan cenderung stereotipikal. Salah satunya bahasan mengenai "Iman" dan "Bermain Tuhan".
Konklusinya tampil tepat, meski dilukai sedikit twist yang mengatasnamakan "faktor manusia" sebagaimana banyak dibenarkan oleh mereka pelaku kesalahan. Menyusul setelahnya adalah analogi mengenai "burung unta" yang sulit saya ambil kesimpulannya. Setidaknya, Runway 34 masih tontonan yang layak untuk disaksikan tanpa perlu memikirkan apa yang mengganjal di ingatan.
SCORE : 3/5
0 Komentar