Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - DJS THE MOVIE: BIARKAN AKU MENARI (2022)

 

Dua tahun yang lalu, sinetron Dari Jendela SMP yang disadur dari buku karangan Mira W. menjadi sebuah fenomena tersendiri, setidaknya itu berlaku bagi para remaja yang haus akan tontonan romansa. Pasca sinetronnya berakhir, jelas ada protes dari penggemar setianya-dan untuk mendiamkan aksi tersebut, sutradra Indrayanto Kurniawan (Saus Kacang, Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap, Dubsmash) bersama SinemArt Pictures (yang menandai kembali rumah produksi ke ranah film) menyatakan bahwa sinetronnya akan berlanjut ke format film. Bisa ditebak, DJS the Movie: Biarkan Aku Menari hanyalah sekedar fan-service belaka, tak lebih.


Itulah mengapa filmnya pun "sangat remaja" di mana gelaran tren masa kini (baca: menari) menjadi salah satu unsur filmnya, yang seperti kebanyakan materi promosinya sampaikan, mengundang Dita Karang, salah satu member girl group Secret Number. Sejurus dengan hal itu, movitasi Wulan (Sandrinna Michelle) adalah untuk menjadi seorang penari, namun semenjak kepergian sang ayah, Lukman (Umar Lubis) dan kakaknya, Satria (Renaldy Ramadhan) semuanya seolah hampir sirna. Wulan ditentang oleh sang ibu, Linda (Ratu Dewi Imasy) yang kini membiayai kehidupannya dengan berbisnis catering-untuk menari, yang sebagaimana banyak terjadi di pikiran kolot orang tua, mereka mengetahui apa yang terbaik untuk anaknya.


Hubungan Wulan dengan ibunya sempat meregang, ia pun kemudian memutuskan untuk pergi bersama Joko (Rey Bong) ke sebuah bukit. Hendak melarikan diri dari masalah, Joko malah meminta Wulan untuk minta maaf kepada ibunya, yang justru membuat Wulan kesal dan tersesat di sebuah terowongan menuju dimensi lain.


Naskah yang ditulis oleh Lintang Pramudya Wardhani dan I Kadek Jaya Wiguna memberikan sebuah penyegaran yang mana jarang dilakukan oleh tontonan film remaja di mana unsur fantasy dikedepankan. Super Moon atau bulan berwarna merah penuh adalah salah satu alasan pergesakan dimensi yang digunakan oleh filmnya yang turut menampilkan Asri Welas sebagai Kak Asri alias Ibu Peri dalam cameo yang sulit dilupakan dan mencuri perhatian.


Di dimensi lain, Wulan bertemu dengan ayahnya dan kak Satria, bahkan sempat tinggal di sana, meski itu berarti ia harus menerima kenyataan bahwa sang ibu telah tiada dalam sebuah kecelakaan. Pun, di sekolah ia pun tak dikenali oleh teman-temannya bahkan sempat dianggap aneh. Wulan pun melakukan hal yang nekat dengan meyakinkan para teman-temanya seperti Ria (Aqeela Calista), Lili (Ratu Sofya), Santi (Saskia Chadwick) hingga Lesty (Laura Moane). Mereka pun lantas membentuk kelompok tari dalam audisi yang diadakan oleh Dita Karang. Semakin berat, tatkala sang rival, Raquel (Flavio Zaviera) mengikuti hal serupa, bahkan kini ia berstatus sebagai pacar Joko.


Unsur fantasy kemudian sedikit terpinggirkan kala filmnya mulai menyoroti cara Wulan merebut hati Joko dengan bantuan Indro (Rassya Hidayah) dari Raquel yang menurutnya memberi pengaruh buruk. Pun, Wulan harus berbicara dengan Joko berdasar mantra yang diberikan Kak Asri agar ia bisa kembali ke dunia aslinya.


DJS the Movie: Biarkan Aku Menari memiliki poin plus seputar tata kamera hasil bidikan Ipung Rachmat Syaiful (27 Steps of May, Bumi Manusia, KKN di Desa Penari) yang menghindarkannya dari nuansa sinetron, sebutlah tatkala palet warna hutan bermandikan cahaya bulan merah hingga momen yang melibatkan keromantisan Joko-Wulan, Ipung tahu betul memanjakan mata penontonnya, meski iringan musik sedikit mengganggu tatkala filmnya sibuk menampilkan lagu ballad populer secara paksa (tentu ini disengaja demi memuaskan pangsa pasarnya). Hal serupa terjadi dengan koreografi tariannya yang terasa kurang sinkron dengan musik-meski tak tampil begitu buruk.


Pengecualian mungkin terjadi untuk momen festival lombanya yang sarat akan nuansa tv (baca: SCTV Awards), terasa kurang sepadan apabila membandingkan dengan adegan sebelumnya yang lebih pantas terasa unsur filmnya. Beruntung, para pemainnya tampil meyakinkan sebagaimana mestinya, walaupun dalam kadar porsi yang kurang merata.


Paruh keduanya bak kehilangan fokus, terlalu banyak sub-plot dijejalkan secara paksa (mimpi, persepsi, friendship, romansa) yang berakhir terlalu dini. Pun, unsur fantasy-nya kurang bekerja dalam menyampaikan pesan salam perpisahan yang seharusnya bisa lebih diperhatikan, bukan hanya sekedar menampilkan tanpa memberikan perasaan. Akibatnya, dampak tersebut tak seberapa besar dan mudah dilupakan.


Meskipun dirasa naik kelas, DJS the Movie: Biarkan Aku Menari masih kentara terpogoh-pogoh dalam bercerita, niatnya memang bagus-meski terasa percuma tatkala tak memperhatikan skema miliknya yang sebatas berupa tempelan tanpa adanya sebuah perhatian. Lagipula, apa yang harus diharapkan dari sebuah tontonan yang sekedar mengandalkan dan memuaskan fan-service? DJS the Movie: Biarkan Aku Menari it's just a dance festive who statisfied the generation, especially teenagers.


SCORE : 2.5/5

Posting Komentar

0 Komentar